Pernahkah kalian membaca cerita dimana salah seorang anak dibenci keluarganya karena dianggap membunuh?
Seingat Yoongi, banyak cerita seperti itu. Dia tahu karena dulu adik perempuannya sering membaca cerita semacam itu. Entah dimana menariknya cerita fiksi tentang drama keluarga dengan tema itu, Yoongi tidak pernah tahu.
Sialnya dia justru menjadi satu yang mengalaminya di dunia nyata.
Hanya saja Yoongi tahu bahwa dia memang pantas dibenci atas kesalahan yang dia lakukan.
Mungkin ini karma yang harus Yoongi terima karena dulu dia sering mengolok Jikyung karena membaca bacaan semacam itu. Atau ini memang karma yang harus diterimanya karena dia adalah seseorang yang secara tidak langsung telah mengantarkan Jikyung kepada maut.
Tangan Yoongi mengusap wajahnya kasar, memutuskan untuk berhenti melamun. Lelaki itu bangkit dari ranjangnya dan segera menuju kamar mandi. Dia harus segera bersiap-siap jika tidak ingin terlambat bekerja.
*
"Oppa maaf," Jikyung mati-matian meminta maaf kepada Yoongi.
Sebenarnya, dia tidak tahu hukuman apa yang akan Yoongi berikan padanya. Tapi masalah hukuman dan kedisiplinan, Jikyung tahu kakak lelaki keduanya itu tidak pernah main-main. Kedisiplinan Yoongilah yang membuatnya berhasil menjadi salah satu guru yang bertugas menegakkan kedisiplinan di tempat kerjanya sekarang, sebuah SHS swasta yang cukup populer.
"Oppa?" Jikyung kembali merengek. Dia masih belum menyerah meminta maaf pada Yoongi. Dia tahu dirinya salah, ikut temannya ke sebuah ajang balap liar hanya karena penasaran, tertarik dan mengisi rasa bosannya atas rutinitas sehari-hari. Tapi Jikyung hanya penonton, dia tidak ikut balapan -- tentu saja. Toh semua berjalan lancar sampai saat dimana dia digoda oleh beberapa orang -- saat dua teman lelakinya tengah balapan dan hanya menyisakan dia dan satu teman perempuannya di sana -- dan seseorang datang menyelamatkannya. Sialnya orang yang membela Jikyung ketika dia digoda adalah salah satu teman Yoongi. Tentu, Jeon Jungkook -- teman Yoongi itu -- mengadu pada Yoongi dan membuat Jikyung dimarahi habis-habisan.
Sekarang, dibanding terus mendengar rengekan Jikyung, Yoongi lebih memilih menatap Jikyung tajam, "Kau bosan kan? Ingin mencari sesuatu untuk melampiaskan rasa penasaran? Makanya besok ikut aku. Kutunjukkan satu hal yang bisa sekaligus memacu adrenalinmu," setelahnya, lelaki itu beranjak menuju kamarnya.
"Eomma, bantu aku membujuk oppa," kini sasaran Jikyung berganti. Dia beralih kepada sang eomma yang duduk di sofa bersama kakak tertuanya -- Kim Seokjin.
"Tapi kau memang salah Ji," ini Seokjin yang menyahut.
Taehee -- Nyonya Kim -- hanya menghela nafas dalam. Dia tidak bisa banyak berkata, sebenarnya dia juga kecewa pada putrinya. Tapi Jikyung sudah meminta maaf dan mengaku salah, itu sebabnya Taehee tidak menuntut banyak selain meminta Jikyung tidak mengulangi hal itu lagi.
"Aku kan sudah minta maaf oppa," sahut Jikyung pelan.
"Sana minta maaf pada appa," Taehee mengarahkan.
"Kalau appa memarahiku seperti Yoongi oppa bagaimana?"
"Bukannya appa memang sudah marah padamu?"
"Bukan begitu Seokjin oppa. Kalau appa tidak luluh dengan permintaan maafku bagaimana?"
"Ya terima saja."
*
Nyatanya, hanya Yoongi yang tidak luluh pada permintaan maaf Jikyung. Bagaimanapun juga, Jikyung memang bungsu yang paling disayangi di keluarga ini. Terlebih dia satu-satunya anak perempuan. Seorang anak yang lahir ketika kedua orang tua mereka bahkan sudah nyaris putus asa. Mereka kira mereka tidak akan memiliki anak lagi, terlebih perempuan. Jarak usianya dengan kedua kakaknya cukup jauh. Berbeda dengan Seokjin dan Yoongi yang hanya memiliki selisih usia dua tahun. Jikyung bahkan memiliki selisih usia sepuluh tahun dengan sang kakak pertama.
KAMU SEDANG MEMBACA
Frozen (Complete)
FanfictionYoongi berharap bukan hati keluarganya yang beku, sayangnya itu hanya harapan. Hati mereka terlanjur beku untuk Yoongi. Amarah dan kekecewaan mereka sudah terlanjur membekukan hati, memicu rasa benci, mengikis kasih sayang yang dulu sempat mereka mi...