1 week challenge dari IndonesiaWpCommunity First time buat cerita genre misteri😅.
Tentang adikku -Thea- yang memiliki boneka tua dari paman. Sikapnya menjadi aneh setelah ia memiliki boneka itu. Kepeduliannya terhadap lingkungan berkurang, sifat cari perhatiannya menghilang, dulunya ia suka bermain namun sekarang tidak lagi, sepertinya ia lebih memilih bermain dengan boneka tua tersebut daripada keluar rumah dan bermain dengan teman-temannya.
Thea memang berbeda dari anak lainnya, ketika ia berada dipelukan keluarganya ia menjadi manusia paling bahagia di muka bumi ini, tetapi ketika ia bermain dengan temannya dia menjadi manusia paling pendiam diantara yang lain. Untungnya masih ada yang mau main sama dia berkat ibu yang sering menyuruh anak-anak luar mengajaknya main, kalau tidak seperti itu mungkin anak sekitar tidak ada yang mengenalnya apalagi untuk mengajaknya main.
Boneka yang itu sudah sekitar satu bulan menjadi miliknya. Semakin hari semenjak adanya boneka itu keanehan pada diri anak tersebut perlahan muncul.
Bukan boneka beruang, panda atau bentuk hewan lainnya, tapi ini boneka yang bentuknya nyaris seperti manusia, lebih tepatnya anak kecil. Warnanya putih kusam, memiliki kaki yang panjang dan tangan standar. Rambut berwarna pirang yang terlihat sedikit kusam ini terdesain kuncir dua dilapisi topi berwarna putih.
Sering kali aku melihat Thea sedang berbicara dengan boneka tua itu. Gerak-geriknya memberitahuku seakan-akan boneka tersebut menjadi teman baginya. Beribu fikiran aneh tentangnya tapi selalu kutepis dan kuanggap hal sepele, mungkin karna dia tidak ada teman saja menurutku.
Tapi, tidak.
***
"Thea, bantu mamah dek, kakak lagi ngerjain tugas," ujarku sambil berteriak memanggilnya yang berada di kamar.
"Kakak aja, nanti dia nangis kalau ditinggal."
Aku sangat terkejut dengan jawaban Thea, Dia? siapa? setahuku dia di kamar sendiri lagipula tidak ada orang di rumah ini selain aku, Thea dan mamah. Akhirnya aku hampiri dia yang sedang berada kamar.
Pemandangan yang sangat menakjubkan, Thea berbicara dengan bonekanya seperti halnya ia berbicara dengan manusia pada umumnya.
"Kamu ngobrol sama boneka?" tanyaku
"Iya kak, Cheki lagi cerita tentang kegiatan dia pas aku tinggal sekolah."
"Cheki? siapa?"
"Cheki adik kita kak." ujarnya seraya mengangkat bonekanya dan menunjukan kepadaku.
"Adiknya kakak kan cuma kamu aja."
"Boneka yang di kasih paman kaaaaak," ujarnya geram, "Cheki ga seperti boneka pada umumnya, dia bisa bicara seperti kita manusia."
"Aneh-aneh aja kamu," ujarku dan langsung kutinggal pergi karena merasa hawanya berbeda.
"Maafin kata-kata kakak aku ya Cheki, kakak aku belum bisa nerima kamu jadi adiknya," suaranya samar-samar, "tapi kamu tetap aku anggap adik, jangan sedih!" Aku sudah berada jauh dari kamar namun suaranya masih terdengar samar, dia benar-benar menganggap Cheki manusia!
Ingin sekali membicarakan soal Thea dan Cheki sama ibu, namun aku takut ibu menjadi kepikiran. Kasian ibu semenjak ditinggal ayah, dia menjadi tulang punggung keluarga. Ibu menghidupi kami dengan hasil penjualan Roti. Untungnya ada rumah peninggalan ayah yang cukup luas dengan dua kamar, kamar yang ditempatiku sama Thea, dan kamar yang ditempati ibu.
***
Ibu memintaku untuk membantunya menyiapkan makan malam. Sekitar 20 menit makanan sudah siap disajikan. Ibu mengode dengan matanya yang menunjuk ke kamar, itu artinya ibu menyuruhku memanggil Thea. Sepertinya aku lelah jika harus menghampiri dia di kamar, jadi aku memanggilnya dengan berteriak.
Thea keluar menghampiri kami di meja makan, dia diam sekali tidak berceloteh sedikitpun. Aku yang sedaritadi sudah menyantap makanan, akhirnya berhenti. Kulihat tatapan yang diberikan ibu kepada Thea sedikit aneh. Sepertinya ibu menyadari, putri bungsunya sudah menjadi anak yang berbeda akhir-akhir ini.
"Thea, cobain dong ini donat buatan kakak enak tau," ujarku memecahkan keheningan, supaya Thea bersuara dan tidak membuat ibu berfikiran macam-macam. Cukup aku saja.
Thea mengambil donat buatanku di piring yang lain, karena piringnya sudah berisikan nasi dan banyak lauk. Namun dia langsung pergi membawa makanannya untuk dimakan di kamar.
"Thea makan disini aja," ujar ibu memanggil Thea yang hendak membuka pintu kamar.
Ia hanya menoleh tanpa menjawab.
"Kak, ibu merasa ada yang ga beres sama Thea."
"Perasaan ibu aja kali," ucapku seraya menenangkan sang ibu.
"Dia sepertinya menghindar dari kita, dia jadi pendiam banget," ucap ibu dengan antusias, "dan dia juga tadi bawa makanan banyak banget, diluar porsi yang biasa dia makan."
"Thea kan emang pendiam bu, lagipula dia marah sama aku, makanya dia diam aja tahu sendiri kan dia kalo ngambek gimana?" aku berbohong, aku yakin penyebab Thea berubah pasti karna Cheki. Aku tidak mungkin ngasih tau ibu, bisa saja ibu marah sama paman karena salah paham nantinya.
***
Hari sudah malam, aku pergi ke kamar berniat untuk tidur. Namun lagi dan lagi kejadian aneh menghampiri. Ketika aku memasuki kamar kulihat Thea sudah tidur sambil memeluk bonekanya. Dan ada piring bekas sisa dia makan di nakas. Makanannya habis, laper sekali sepertinya. Aku berusaha menetralkan suasana supaya bisa tidur, karena kalau tidak aku akan kepikiran dan tidak bisa tidur. Syukurlah aku tidur pules.
Sekitar pukul satu malam aku terbangun. Thea sudah tidak ada di sampingku. "Jangan-jangan Thea ... " tidak! Sebelum pikiran-pikiran aneh tentang Thea muncul, aku segera keluar berniat menghampiri kamar ibu, apakah Thea tidur disana? saat melewati ruang tamu kulihat ternyata Thea tidur di sofa sana dengan boneka sialan itu yang berada di pelukannya.
Alhasil aku bangunin dia, takut jika ibu tahu, nantinya aku dikira ngusir dia dari kamar.
"Thea ... " ucapku memanggilnya seraya menggoyangkan tubuhnya.
Dia menggeliat, "kenapa lagi Cheki?" sepertinya dia masih belum sadar.
"Ini kakak, Thea."
Dia melotot, menatapku dengan tatapan tidak suka. Dia mendorong tubuhku supaya menjauh.
"Kakak sana jauh-jauh!" ucapnya dengan panik, "Kalau Cheki bangun terus lihat kakak, dia pasti takut!"
"Mana mungkin Thea, kamu ada-ada aja!" ujarku, "dia cuma boneka, ga hidup seperti kita!" ucapku gerang.
"Kakak ga tahu tentang Cheki!"
"Apa yang kakak ga tau tentang boneka ini? bilang sama kakak!" kesalku seraya mengambil boneka itu, namun tanganku ditepis oleh Thea. Dia sangat menyayangi bonekanya.
"bilang juga sama Cheki, dia udah merubah segalanya tentang kamu!" lanjutku.
Dengan perasaan kesal aku berlari menuju kamar, bukan kamarku tapi kamar ibu. Berniat ingin menceritakan semuanya tentang Thea kepada ibu. Semuanya yang sengaja aku tutup-tutupin dari ibu dengan alasan takut ibu khawatir akan kubongkar malam ini. Ucapan Thea yang menunjukan bahwa dirinya sangat mementingkan Cheki masih melekat dibenakku. Tanganku yang memerah karena ulah Thea ketika menepis tanganku masih terlihat merah. Entah kenapa Thea kuat sekali, padahal dia hanya anak kecil yang masih duduk di bangku kelas tiga sekolah dasar.
"Kenapa?" tanya ibu yang terbangun karena kehadiranku atau karena keributanku dan Thea di luar tadi. Aku tidak tahu, aku memasuki kamar ini dengan pandangan buyar.
"Thea berubah bu! Thea bukan adikku bu, Thea yang aku kenal ga seperti ini! hiks ... " ucapku dengan air mata yang langsung menetes tanpa dipinta.
"Pelan-pelan, ada apa?" ibu menunggu jawabanku, dan aku masih diam mengatur napas. "Ibu juga udah sadar tentang perubahan Thea semenjak adanya boneka yang dikasih paman waktu itu." lanjutnya.
"Iya bu, Thea sering ngobrol sama boneka, sering marah sama aku juga."
"Ibu tahu, ga usah dilanjut. Ibu punya rencana buat misahin Thea dan bonekanya," ujar ibu, "besok ibu kasih tahu, sekarang tidur dulu, tenangin diri kamu."
Bersambung...
KAMU SEDANG MEMBACA
Catatan Terakhir "Tentang Adikku Dan Boneka Misteriusnya"
Mystery / ThrillerTentang adikku --Thea-- yang diberikan boneka oleh sang paman. Kelihatannya seperti boneka biasa namun nyatanya itu adalah boneka misterius! Banyak hal-hal aneh yang terjadi semenjak hadirnya boneka itu, bahkan banyak perubahan pada diri Thea. Lalu...