"Ibu, Kakak, jangan sakitin Cheki."
Deg!
Suara Thea terdengar dari belakang. Aku dan ibu menoleh, yaps benar itu Thea. Masih mengenakan handuk berwarna merah dengan rambut dan badan yang terlihat masih basah. Berusaha menyelamatkan boneka sialan itu tanpa rasa malu dengan apa yang ia kenakan. Dasar anak kecil.
Aku menatap ibu dengan tatapan penuh tanda tanya. Thea berlari menghampiri kami, merebut boneka itu kembali dan membawanya kabur. Aku kembali mengejarnya, dia masuk ke dalam rumah dan suara tangisan yang membeludak terdengar sangat kencang. Ibu mencegahku, dan berkata, "Nanti aja, malu sama tetangga." aku mengiyakan ucapan ibu dan ternyata benar beberapa tetanggaku sudah berdiri di depan rumahnya saling menanyakan hal apa yang terjadi.
***
Thea tidak keluar kamar setelah kejadian tadi, sepertinya ia masih mau melidungi bonekanya.
"Kita usahain bakar nanti malam ya, pas Thea tidur."
"Tapi kalau dia bangun gimana, Bu? Lagian ibu tau sendiri kan, dia kayak punya ikatan batin sama bonekanya?" tanyaku takut terjadi kegagalan lagi nantinya.
"Kita kunciin dia di dalam kamar, lah. Lagipula udah malam, tetangga juga udah tidur, ga akan terganggu."
"Hmm iya juga si," ucapku. "Nanti malam bangunin ya, aku mau tidur dulu."
"Ehhh ... Jangan dong! Bentar lagi juga dia tidur."
"Yaudah deh."
***
Aku dan Ibu kembali lagi dengan kegiatan tadi sore, berusaha untuk membakar boneka Cheki. Sekarang boneka itu sudah berada di tangan ibu, dan peralatan untuk membakar sudah berada di tanganku. Pintu kamar juga sudah terkunci.
Ibu memintaku untuk segera menyalakan korek, dan membakarnya. Begitu cepat, boneka sudah terbakar setengahnya tetapi aku dan ibu masih menunggu sampai boneka itu ludes terbakar.
Kami kembali kerumah. Terdengar suara tangisan yang tidak terlalu keras, pasti itu Thea, dan ternyata benar. Dia nangis di dalam kamar, sendirian. Tidak bisa keluar karna kamar terkunci.
Ibu menghampirinya, memeluknya berusaha menenangkan dan aku ke dapur mengambil air penenang dari pak Rogo. Tangisnya pun mereda setelah minum air itu. Malam ini kita tidur bertiga di kamarku, menemani Thea yang merasa sedih karena kehilangan bonekanya.
Pagi ini pun ibu segera bergegas ke pasar beserta Thea yang juga diajak, tujuannya ya ingin sekedar membelikan boneka baru untuknya. Thea memilih boneka-boneka yang diinginkan. Ibu bilang ke Thea kalau ibu minta maaf dan sebagai penggantinya ibu akan belikan ia dua kali lipat boneka. Mereka pulang ibu membawa belanjaan dan Thea menggendong dua boneka di tangannya.
"Asik ... boneka baru tuh," ucapku meledeknya.
"Iya dong, aku dibeliin ibu dua boneka," jawabnya seraya mempamerkan kedua boneka beruang yang satu berwarna ungu dan yang satunya lagi berwarna pink. Bonekanya cukup besar.
"Lebih bagus ini kan daripada Cheki?" tanyaku
Dia diam tak menjawab pertanyaanku dan bergegas ke kamar menaruh bonekanya di sana.
***
Ini adalah hari kedua Thea kehilangan boneka Cheki, Thea juga terlihat sudah nyaman dengan boneka barunya. Namun, sepertinya tidak senyaman dengan boneka Cheki kala itu. Hari-harinya tidak dipenuhi dengan boneka itu, dia masih mengajakku bermain bersama, tentu saja aku mau.
Namun,
Semingu kemudian, Thea berulah. Tidak berulah dengan boneka barunya, tidak. Ia berulah mencari-cari keberadaan Cheki. Padahal ia sendiri tau Cheki telah dibakar. Hari-harinya berubah ia menjadi lebih sering menangisi Cheki. Katanya dia ngerasain kalau Cheki tersiksa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Catatan Terakhir "Tentang Adikku Dan Boneka Misteriusnya"
Mystery / ThrillerTentang adikku --Thea-- yang diberikan boneka oleh sang paman. Kelihatannya seperti boneka biasa namun nyatanya itu adalah boneka misterius! Banyak hal-hal aneh yang terjadi semenjak hadirnya boneka itu, bahkan banyak perubahan pada diri Thea. Lalu...