"Diantara tanda Allah mencintaimu adalah Dia menghadirkan orang-orang yang baik dalam hidupmu yang selalu mengingatkan dan mengajakmu kepada kebaikan"
____________
"Gantilah pakaianmu." Seorang pria mengulurkan paper bag kepada Hilya. Hilya kaget dan merasa tidak kenal dengan orang tersebut ia menolak dengan halus.
"Hei jangan takut aku bukan orang jahat, aku hanya ingin menolongmu. Ambillah!" Dengan gemetar Hilya menerima paper bag itu. Hilya membuka sedikit untuk melihat isinya. Seperti satu set gamis masih terbungkus plastik 'opp' dan masih ada labelnya.
"Terima ka....." Hilya mendongakkan kepalanya, ucapannya terpotong ketika tak mendapati orang yang memberinya baju itu.
Hilya menuju toilet wanita dan segera mengganti pakaiannya yang basah itu dengan pakaian pemberian orang yang tak dikenal. Hilya tampak berpikir keras, mengingat pakaian dalamnya juga ikut basah. 'ah percuma dong, masa' iya aku tanpa daleman...' batin Hilya.
Setelah membuka paper bag itu, betapa terkejutnya, dia menemukan pakaian dalam lengkap. Tanpa pikir panjang lagi dia memakai itu, tak peduli apa yang akan terjadi nantinya. Seusai berpakaian lengkap ia masuk ke dalam mushola dan melaksanakan kewajibannya untuk sholat.
Dia memohon kepada sang Maha Cinta agar selalu diberi petunjuk atas masalah yang menimpanya, 'yaa Rabb, jika memang dia jodoh yang telah Engkau pilihkan pertemukan lah kami dengan jalan yang terbaik.'
Seusai laporan kepada sang Khaliq, Hilya bergegas keluar dari mushola. Hujan pun telah reda. Ia menemukan orang yang telah memberinya pakaian itu.
"Assalamu'alaikum, yaa Akhy. 'afwan Akhy yang memberi pakaian ini tadi kan?" Hilya memberanikan diri untuk bertanya kepadanya, sedangkan laki-laki itu masih sibuk dengan gawainya sesekali melirik gadis yang tampak cantik dengan gamis berwarna hijau army yang memang diberikan oleh pemuda itu.
"Oh iya, gak usah dikembalikan, adikku tak akan suka baju yang sudah bekas." Ucapnya sedikit sadis.
"Oh iya sekali lagi terima kasih, Akhy. Saya permisi dulu. Assalamu'alaikum." Ucap Hilya dan berjalan kaki sambil menunggu taksi lewat.
'Laki-laki itu sungguh tampan, tinggi, putih, mata elangnya indah dan perhatian sekali. beruntung nanti yang menjadi istrinya.' batin Hilya sambil membayangkan pemuda yang terlihat angkuh itu.
"Bagaimana Ily apakah kamu mau ta'aruf dengan laki-laki yang Mama pilih?" Tanya Papa Hilya yang sangat berharap putrinya menikah dengan laki-laki pilihannya itu.
"Apa papa yakin dia laki-laki yang baik untuk Ily, Pa?" Tanya Hilya ragu. Ily adalah panggilan keluarga untuk Hilya, jadi hanya orang-orang yang terdekatnya yang memanggil dia 'Ily'
"Papa yakin, nak. Kenapa Papa pilih dia, dia anak teman Papa. Dia alumni pondok pesantren, ngajinya bagus, bisa berdakwah dan hafalannya sudah sampai 5 juz." Jelas Papa Hilya yang bernama Rohman. Papa Hilya seorang aktivis dakwah sehingga banyak yang memanggilnya ustadz Rohman.
"Iya, nak. Papamu pasti memilihkan yang terbaik untukmu." Kini Mama Hilya, ustadzah 'Aisyah ikut bicara. Kedua orang tua Hilya memang ustadz dan ustadzah, papanya sering mengisi ceramah di berbagai masjid, sedangkan Mamanya dia guru pendidikan agama Islam. Jika kebanyakan orang, jika orang tuanya mengerti agama akan mengajari anak-anaknya memanggil orang tuanya dengan sebutan 'Abi dan Ummi' kenapa Hilya memanggilnya 'Papa-Mama'. Semenjak kecil memang begitu yang diajarkan kedua orang tuanya dan mereka tidak mempersalahkan itu.
"Baiklah, kalau sekedar ta'aruf Hilya akan coba." Ucap Hilya, dia tidak ingin mengecewakan kedua orang tuanya. Ia juga sadar bahwa yang dia lakukan dengan Alfa yang pacaran sembunyi-sembunyi itu salah. Ia akan tebus kesalahan itu dan tak ingin menyakiti orang tuanya dengan membohonginya lagi.

KAMU SEDANG MEMBACA
Dia, Imamku
SpiritualKisah seorang perempuan yang ikhlas menerima lamaran dari seorang laki-laki yang tidak ia kenal. Berbekal keyakinan hati ia mengabdikan dirinya menjadi seorang istri dan berharap sang suami mampu membimbingnya dunia akhirat hingga mampu meraih cinta...