O4

10 1 0
                                    

Sesuai perintah Yuna tadi, gue memutuskan untuk nemuin Bu Taeyon. Agak khawatir juga sih kenapa gue disuruh nemuin itu guru. Bareng si prasasti berjalan pula.Gue sih berdoa semoga gada urusan yang terlalu penting.

Gue mencoba untuk tenang. Setelah udah agak mendingan, gue ketuk pintu ruangannya. Dan terdengar suara jawaban dari dalam sana. Pas gue masuk ke ruangan Bu Taeyon ternyata dia masih sendiri.

"Ayo nak Yeri, masuk dulu." Sapa Bu Taeyon ramah. FYI, Bu Taeyon itu walikelas MIPA kelas sebelah. Walikelasnya Lee Jeno.

Gue memutuskan untuk senyum singkat sebelum gue berjalan kearah Bu Taeyon. Kalo diliat-liat, mukannya Bu Taeyon tuh masih segar bugar banget. Kalian mungkin kaget pas tau umur Bu Taeyon yang sebenarnya.

"Oh iya nak, Jeno kemana yah? Kok belum sampai?" Tanya Bu Taeyon. Gue cuman jawab gatau. Gue kira Jeno udah sampai sini, batin gue.

Gak lama, pintu ruangan terbuka dan seketika fokus gue sama Bu Taeyon langsung kearah sumber suara.

"Maaf Bu, Saya terlambat." Ucapnya. Jeno datang dengan santai sambil menunjukkan raut muka kebangsaannya. Dan saat itu juga mendadak gue keringet dingin karena Jeno berdiri tepat disamping gue.

"Ya tuhan, jangan bikin Yeri pingsan disini. Yeri gamau dianggap aneh sama Jeno lagi..." batin gue sambil memejamkan mata.

"Nah, berhubung Jeno sudah disini begitu juga dengan Yeri, ibu mulai saja ya."

"Yeri, ibu dengar kamu cukup hebat dalam segi seni rupa. Kamu pandai mencampurkan warna-warna yang serasi. Dan hasil karya kamu sering kali dibicarakan oleh para guru. Jadi ibu minta tolong sekali, bisa tidak kamu pindahkan karya seni kamu kesebuah tempat? Ditaman sekolah kita, ada beberapa tembok yang cat-nya masih polos. Kepala sekolah memerintahkan kita para guru untuk mencari murid-murid berbakat seperti kamu. Jadi bagaimana?" Jelas Bu Taeyon.

Gue yang dengar penjelasan bu taeyon masih ada sedikit yang belum gue paham. Ya maklum, Yeri telmi.

"Kamu jangan khawatir, kamu tidak sendiri. Guru-guru yang lain sudah menyuruh muridnya yang berbakat untuk membantu kamu. Ibu berencana menggabungkan perwakilan kelas kamu bersama kelas ibu. Dan juga ibu menyuruh Jeno sebagai perwakilan kelas MIPA 1 dan kamu sebagai perwakilan MIPA 2. Bagaimana?" Tanya Bu Taeyon sambil natap kita berdua —jeno yeri—

"Hm, iya deh bu, saya bisa." Final gue setelah gue mikir sebentar.

Gue sih gak yakin hasilnya bisa bagus, tapi kata bang Iyun, kalo kita gak berusaha gimana kita bisa tau hasilnya bagus atau enggak?

Ngomong-ngomong, dulu gue ga tertarik sama sekali dengan dunia seni rupa. Karena gue gak bisa 'bermain' dengan warna, dan gue juga takut untuk mencoba hal-hal baru. Gue takut hasil gue gagal total.

Suatu ketika pas gue lagi ke-pameran seni sama bang Iyun, gue ngeliat banyak banget lukisan mulai dari lukisan yang cuman digambar pakai pensil, diwarnai dengan macam-macam corak sampai lukisan yang terbuat dari abu pun ada. Seketika gue punya sedikit minat untuk mempelajari lebih dalam tentant ilmu seni rupa.

Kata bang Iyun juga, kita harus menemukan siapa 'jati diri' kita yang sebenarnya. Apa kemampuan kita yang selama ini kita pendam. Bang Iyun sudah menemukan jati diri-nya. Dia mendalami ilmu seni musik, karena dia cinta banget sama musik.

"Jeno? Bagaimana dengan kamu? kamu mau tiak menjadi partner Yeri?" Tanya Bu Taeyon sambil mandang kearah Jeno. Mau gak mau gue juga ikut noleh dong, dan ternyata—

 Mau gak mau gue juga ikut noleh dong, dan ternyata—

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

(datar aja cakep😭)


Gue langsung terpesona gitu liat side face-nya Jeno. Btw, ini pertama kalinya gue ngeliat Jeno sedekat ini. "Ganteng banget bundaa, pengen bungkus. Tapi lupa kalo doi jodoh orang." batin Yeri. Huft, Yeri mah sadar diri aja ya.

Ah, daritadi Jeno pas ditanya cuman manggut-manggut doang, greget sendiri gue. Untung ganteng.

"Ini nak, uang untuk membeli barang yang diperlukan. Sekolah memang menyediakan peralatan melukis tapi jika kamu ingin menambah hiasan lain, beli saja pakai uang ini." kata Bu Taeyon sambil menyerahkan 3 lembar uang seratus ribu. Perhatian sekali.

"Ah iya, terima kasih banyak ibu." ucap gue ramah. Gak lama, gue ijin pamit karena udah sore juga.

Dan sekarang gue lagi jalan menuju gerbang sekolah. Bareng Jeno. Iya, kita keluar bareng. Sampai sekarang pun gue sama dia masih sama-sama diam. Sebenernya gue paling gengsi kalo disuruh buka topik pembicaraan. Tapi karena yang pengen gue ajak bicara adalah Lee Jeno, maka—

"Jadinya gimana? Mau beli peralatannya kapan?" gue terpaksa membuka pembicaraan. Karena sejujurnya gue kesel banget sama orang yang pendiem kayak Jeno.

"Terserah." jawab Jeno singkat sambil memasang airpods-nya.

Hah, jawaban apa itu. Tidak jelas. Gue pun yang denger jawaban Jeno pun cuman bisa mendengus kasar.

"Jen!!" teriak seseorang. Seketika gue langsung natap kearah suara itu muncul.

"Udah selesai? Tadi bahas apa?" tanya Yuna yang tiba-tiba langsung berdiri dihadapan Jeno.

"Gak ada. Kenapa belum pulang?" tanya Jeno singkat.

Ekhem, kalian jahat sekali tidak menyadari keberadaanku sama sekali. Memang benar, yang ceria akan selalu kalah dengan yang jelita.

"Belum, biasa... Eh, ada Yeri juga?" tanya Yuna.

'Emang lo kira yang bediri disini daritadi siapa? Patung selamat datang?' batin gue.

"Iya." jawab gue singkat.

"Pulang sendiri ya. Gue lagi gak pengen nganter lo." jelas Jeno entah untuk siapa. Ia mulai melangkahkan kakinya menjauh dari gue dan Yuna. Yuna pun tak habis akal, Ia memilih mengejar Jeno dan meninggalkan gue.

"Jeno sering nganterin Yuna pulang?"

O
OO
OOO
OO
O

INI FIRST UPDATE SETELAH RENAME YA? WKWK
GATAU KENAPA, TADI PAS LAGI BENGONG KEPIKIRAN RENAME DAN BERAKIBAT HARUS NGEDIT COVER WP LAGI:(

CERITANYA PENDEK YA? EMANG.
SENGAJA BUATNYA LEBIH PENDEK DARI PART-PART SBELUMNYA.

AYYO STR34M NCT DREAM—RIDIN'! 💚

j a n g a n  l u p a  t i n g g a l k a n  j e j a k

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 04, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

𝐑𝐔𝐌𝐈𝐓 || Lee JenoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang