Desire.

3.6K 316 35
                                    

Arthur menatap kagum pemuda yang masih terbalut kaus jersey basahnya. Matanya berkilat— hampir napsu binatangnya menguasai. Jika saja Jeon Jungkook bukanlah pemuda yang masih berusia 22 tahun, Arthur tidak akan segan untuk mendekatinya. Namun, ia tahu kalau dirinya lebih cocok untuk menjadi ayah dari  pemuda itu. Hampir berkepala empat, Arthur harus menelan semua keinginannya.

Jeon Jungkook terlalu indah. Selembar kertas tidak akan cukup untuk mendeskripsikan pemuda itu. Arthur dibuat tergila-gila pada bocah tanggung usia. Dirinya bahkan dengan tidak tahu diri selalu melihat Jungkook dalam kejauhan, hampir setiap hari.

Arthur bukanlah bocah labil yang dengan gamblang mengambil keputusan, ia harus tahu waktu. Jungkook memiliki banyak penggemar dan teman yang selalu menjaganya. Dan Arthur hanyalah seorang dosen tua yang tidak tahu kapan akan menikah jika bukan bersama Jungkook. Pemikiran anehnya selalu bercabang, kapan ia bisa memiliki bocah itu, memeluk tubuh yang pasti pas jika ia dekap, dan menyentuh kulit putih halus miliknya.

Sampai sekarang, belum ada keberanian untuk ia melangkah lebih dekat. Jungkook terlalu sulit untuk digapai, sebagaimana terlihat bahwa bocah itu bisa saja menolaknya dalam satu pertemuan. Bukan lagi, Jungkook mungkin tidak tahu ia menjadi dosen di sini. Ia tidak pernah mengajar Jungkook, dan itu menjadi salah satu penghambatnya.

Arthur menyukai semua sisi dari Jungkook. Caranya tersenyum, tertawa atau bahkan diam saja, Arthur merasakan jatuh cinta. Halnya, ini cuma cinta sepihak. Keinginan Arthur begitu tinggi, namun usahanya begitu minim. Bisa dibilang, ia payah dalam urusan cinta. Berpuluh tahun hidup, ia melakukan semuanya sendiri. Tidak pernah berpikir jika nanti akan ada pasangan yang bisa membantunya untuk sekadar mencuci piring. Menjadi lajang memang bukan maunya, tapi ia tidak pernah mendapat seseorang yang pas. Kecuali... debaran gila yang ia rasakan saat melihat Jungkook untuk pertama kalinya.

Kala itu, Arthur baru saja selesai merekap nilai mahasiswanya untuk ujian tengah semester. Jam menunjukkan pukul 5 sore, nihil jika masih ada mahasiswa yang berkeliaran, kecuali mungkin ada beberapa yang mengambil jadwal malam. Jarak antar ruangan dan parkiran lumayan jauh, ia harus melewati klinik, ruang rektor dan salah satunya lapangan besar yang sudah becek karena hujan melanda. Matanya tidak salah jika ia melihat siluet pemuda bermain bola sendirian di sana. Yang ia tahu, pemuda itu berlari mengelilingi lapangan sampai lima kali, jika Arthur tidak salah menghitung. Ia agak bingung karena bocah itu hanya sendiri, tidak ada orang selain dirinya, tapi ia tahu jika bocah itu adalah seorang kapten ditim bolanya. Dengan nomor punggung 1 dan bertulis JJK, Arthur berusaha mencari nama panjangnya setengah mati.

Jeon Jungkook, mahasiswa semester akhir dengan Fakultas Ilmu Olahraga dijurusan Pendidikan Kepelatihan Olahraga.

Arthur begitu takjub karena Jungkook sangat mencintai bidang olahraga. Ia bahkan sangat mendukung semua keputusan anak itu, walau Jungkook tidak mengetahuinya sekali pun. Arthur menyukainya diam-diam dan ia tidak tahu sampai kapan akan begini.

Sampai sekarang, entah sudah bulan keberapa ia mengendap bagai pencuri hanya untuk menonton tim Jungkook berlatih. Arthur sudah tahu jadwalnya. 4 sore dan Jungkook akan setengah jam lebih cepat dari waktu itu. Anak itu akan melatih dirinya sendiri, walau sekadar meregangkan otot-otot kakinya.

Jungkook begitu manis pada teman-temannya. Ciri-ciri kapten yang disukai. Tapi, kadang ia akan mendengar Jungkook berteriak ganas saat satu atau dua orang tidak fokus dalam latihan. Arthur pikir itu keren. Alisnya yang menukik serta rahangnya yang mengeras membuatnya menjadi panas.

Dan Arthur sering sengaja untuk melihat lama tato dilengan anak itu serta pahanya yang sangat sekal. Arthur ingin sekali saja mengelusnya, dan ia yakin kulit itu akan terasa halus dikulit kasarnya.

Sekarang, dengan jadwal yang akurat, Arthur melihat Jungkook kesekian kalinya, duduk dibagian paling ujung sampai orang tidak akan bisa untuk menjangkaunya walau sehidung saja. Mau taruh dimana jika ia ketahuan sering menonton bola hanya untuk Jungkook, imej sangarnya akan hilang begitu saja.

charm [artkook]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang