18+
Arthur dengan nekatnya memasuki ruang ganti setelah tahu, teman setim Jungkook sedang berada di luar. Jungkook kemungkinan sendirian, dan Arthur hanya ingin menyemangati anak itu.
Tepat sekali, ia tidak salah mengira. Jungkook sudah lengkap dengan jersey andalannya dan sedang mengikat tali sepatunya. Arthur duduk di sebelah bocah itu, melihat Jungkook yang seperti acuh atas kehadiran dirinya. Jungkook mendongak, menatap Arthur yang terdiam, tidak mengatakan apa-apa.
"Kau tidak takut ketahuan temanku, Prof?" Jungkook berucap jahil, anak itu sedikit tersenyum genit.
Arthur hanya menghendikkan, "Untuk apa? Bukankah bagus jika mereka tahu kapten kesayangan mereka ternyata berpacaran dengan dosen tua?"
Jungkook menyemburkan tawa, anak itu menggeleng-geleng. "Ya. Setidaknya pacarku itu tampan, jadi aku tidak terlalu malu jika ketahuan dengan pria bangkotan."
Yang lebih tua mendengus, "Ya, ya. Terserah. Bilang pada yang menciumku terlebih dahulu. Siapa, ya?"
Si Jeon memerah malu, ia melengos, tidak mau melihat Arthur. Arthur hampir saja tertawa jika tidak ingin serius kali ini. Ia ingin Jungkook fokus pada permainannya.
"Jeon, kau kapten yang hebat."
Jungkook agak terkejut mendengar kalimat yang barusan Arthur ucapkan. Sedikitnya ia merasa terharu, namun baru pertama kali ia dipuji sebegininya. Jungkook rasanya ingin menangis karena bahagia, usahanya selama ini tidak disia-siakan.
"Begitukah?" Matanya berkaca-kaca. Jungkook tersenyum manis namun rautnya berkata lain.
Arthur terkekeh, ia merangkul anak itu mendekat, menangkup pipi Jungkook dengan tangan kirinya. "Kau kapten terhebat yang pernah kutemui. Saat kau membimbing teman-temanmu, memberi arahan yang pasti dan kau rela untuk menyimpan berbagai perasaan agar timmu tetap bahagia, tidak ada beban. Kau menyimpannya sendiri. Kau itu hebat, kau tahu? Benar-benar hebat. Aku bangga sekali padamu, boy."
Jungkook entah sejak kapan menitikkan air matanya, anak itu menggigit bibir bawahnya, dan menunduk. Tidak mau jika Arthur melihat muka jeleknya saat menangis.
"T-thanks, Prof. Aku sampai lupa... apa aku pernah sebahagia ini? Mungkin ini hanya sebuah pujian, tapi efeknya sangat besar bagiku. A-aku merasa dihargai, kerja kerasku tidak berjalan sia-sia. Aku menunggu siapapun yang memujiku. Dan aku sangat berterima kasih karena kau lah orangnya."
Arthur mengangguk, ia mencium kening Jungkook agak lama. "Kau pantas mendapatkannya, boy."
Pemuda Jeon merengkuh leher Arthur. Menyandarkan kepalanya di bahu lebar pria itu. Rambutnya menggelitik tengkuk Arthur hingga membuat si empu merinding.
"Aku mencintaimu, Prof."
Pernyataan itu begitu manis. Arthur mendekap lebih erat tubuh Jungkook, mengusap punggung anak itu lembut.
"Aku juga."
Ketukan pada pintu memecahkan momen mereka. Jungkook mengusap wajahnya yang basah, kembali menatap Arthur dengan senyuman cantiknya.
"Sudah waktunya, Prof."
Arthur mengerti. Ia mencumbu bibir Jungkook dalam pagutan halus, lalu menyatukan kening mereka.
"Lakukan yang terbaik, Jeon."
•••
Pertandingan semakin panas. Arthur terus mengikuti arah Jungkook yang kadang memerintah teman setimnya untuk ke posisi yang tepat.

KAMU SEDANG MEMBACA
charm [artkook]
Short StoryArthur adalah salah satu dosen yang bekerja di kampus Jungkook. Jungkook adalah mahasiswa yang menyukai sepak bola sebagai hobinya. Bagaimana jika Arthur tenyata diam-diam menyukai Jungkook dan melakukan langkah ke depan untuk mendekati anak itu?