Kerinduan.

4 0 0
                                    

06.02 WIB

"Ini. Dipakai ya kalungnya"

Dia, Alvaro, Lelaki yg selama ini aku cintai, dia pergi keluar negri sudah tahun lalu tidak ada kabar. Entah apakah dia sekarang mempunyai wanita lain ataupun keberadaanya sekarang. Aku kangen kenangan selama bersama Alvaro. Aku selalu menunggu kabar dari beberapa temannya dan kabar dari Alvaro sendiri

[Alvaro. Kamu kemana?]

Pesan itu sudah masuk. Tapi tak dijawab, apakah itu sudah masuk tapi di baca oleh wanitanya yg sekarang? Sudahlah aku tak mau berfikiran negatif. 
.
.
.
Tok tok tok!

"Non Raizza, sudah saatnya sekolah" itu suara bi lina. Bibi yg selama aku kecil merawatku sampai sebesar ini. Bibi yg sangat baik pengganti orangtuaku
"Iya biii... Abis ini Raizza keluar!" Ucapku lalu bangkit dari kasurku.

Aku Raizza Verdana. Sering juga di panggil Raizza. Dan... Ya... Disini lah aku. Di lapangan sekolah, satu tahun lalu, biasanya sebelum upacara. Aku dan Alvaro selalu bercanda, bermain abcd siapa yg tidak bisa menyebutkan nama hewan dengan cepat akan kalah dan memutari lapangan 3 kali. Sekarang keberangkatannya ke luar negri tanpa alasan dan ijin ku membuat hari hari ku menjadi berbeda. Kesepian tak ada canda tawa dan omelan dari Alvaro, hening tiak ada suara kagetannya dengan tiba tiba menggendongku dari belakang. Tidak ada kebawelan alvaro dan cerita cerita dia selama latihan di ruang band dan di lapangan saat latihan basket Semua berbeda. Sangat berbeda. Hanya ada kenangan satu tahun lalu sebelum keberangkatan Alvaro ke luar negri.

"SIAP!!!... GRAK!"
Semua peserta upacara menempati posisinya sendiri sendiri dan berbaris sesuai kelasnya.
.
.
.
Setengah jam digunakan untuk berdiri berbaris dan bersiap di lapangan, sekarang murid murid kembali ke kelasnya masing masing. Ada waktu kosong 3 jam sampi istirahat nanti, karna semua guru harus rapat untuk ulangan mendatang.

Kling!
Satu pesan masuk di hp ku, aku mengambilnya dari saku rok ku dan membukanya. Ada nomor orang asing yg mengirimku pesan

+62 778 3627 **

[Hai]

Aku mengerutan dahiku. Siapa yg mengirimku dengan nomor asing itu

[Siapa ya?]


[Kita bisa bertemu?]

Dia mengajakku bertemu, siapa orang ini. Masih ada waktu 3 jam si, aku bisa menggunakan waktu itu buat nemuin orang ini

[Bisa, dimana?]

[Dikafe depan sekolah kamu]

Oke. Aku menutup pesan itu lalu segera berjalan menuju kafe depan sekolahku.

Aku menunggu lebih dari setengah jam, aku kira orang itu bercanda, akhirnya aku mulai bosan dan hampir saja berdiri dari tempat itu. Tiba tiba seorang lelaki langsung duduk di hadapanku memakai kacamata hitam dan masker membuatku tak mengenalinya. Tapi rambut dan postur tubuhnya..., Tunggu. Aroma wangi ini juga aku mengenalinnya.

Lelaku itu perlahan membuka maskernya dan kaca mata hitamnya sambil tersenyum. Aku terkejut. Sangat terkejut. Mataku sudah berkaca kaca hampir menumpahkan air mata kebahagian di sudut mataku.

"Al-Alvaro..." Itu suara pertamaku yg keluar dari mulutku saat melihat alvaro di hadapanku. Aku sangat bahagia.

Dia tersenyum. Sama bahagianya seperti aku. Aku langsung cepat memeluknya erat, ini semua seperti mimpi, selama satu tahun lamanya akhirnya aku dipertemukan kembali

"Hai... Bagaimana kabarmu?" Tanyanya masih sambil memelukku

Sebelum dia melontarkan pertanyaan dan sapaan itu. Alvaro sempat membuka hp nya dan membaca pesan dari hpnya. Entah apa itu isinya.

Aku melepaskan pelukan dan mulai berbicara padanya "k-kenapa kau pergi sangat lama. Aku sedang tidak baik baik saja gara gara kau" ucapku seperti orang merajuk.

"Kau sedang tidak baik baik? Kenapa?" Tanyanya khawatir sambil menggenggam tanganku

"Gegara kau tak ada kabar selama satu tahun dan meninggalkanku keluar negri tanpa alasan yg jelas" ucapku masih seperti orang merajuk. Dia tertawa ringan seperti tidak ada apa apa. Tapi sungguh, aku sungguh bahagia disini. Aku berharap ini bukan mimpi, jika ini mimipi aku akan terus melanjutkan tidurku sampai nanti

"Aku harus melanjutkan bisnis ayahku. Jadi jangan marah, aku ada disini, kau adalah kekasihku always and online" ucapnya mengelus lembut pipiku
.
.
.
Disisi lain
"Apa kau sudah bahagia disana Raizza?. Aku bahagia melihatmu bahagia, aku selalu melihat story ig mu yg isinya kesedihan hatimu tanpa keberadaanku disana, maaf jika setelah ini aku akan benar benar pergi dari hidupmu. Semoga kau bahagia bersama penggantiku nanti, Alfios, dia pasti bisa menjagamu, pasti bisa membuatmu bahagia, lebih bahagia dari kau bersamaku dulu, kita akan bertemu di surga nantinya" Aku tersenyum melihat hp ku yg sekarang menunjukan layar berisi story ig Raizza, disitu ada foto Raizza dan Alfios kembaranku. Sepertinya Raizza sangat bahagia, aku bisa melihat wajah bahagianya sekarang. Air mataku perlahan mengalir dan jatuh. Besok adalah hari dimana kebahagiaanku dengan Raizza. Mensiv ke 36 bulan dan aniversery yg ke 3 tahunnya. Satu tahun lalu aku dan Raizza tidak bisa merayakannya, karna aku harus keluar negri untuk berobat karna penyakit kangkerku, aku susah pasrah, aku selalu berdoa untuk Raizza disana dan untuk kesembuhanku, aku yakin suatu saat nanti aku akan bertemu dengannya lagi, meskipun itu yg terakhir kalinya Raizzan melihatku. Aku tersenyum melihat bagaimana Raizza memeluk Alfios di kafe itu sambil berpose saat aku dan Raizza ada di sebuah taman untuk merayakan ulangtahunnya. Aku rindu semuanya.

"Alvaro... Makan dulu nak agar bisa pulih kembali" itu suara bunda ku yg saat ini mengantarkan makanan bubur. Selama satu tahun pula aku hanya bisa minum air putih, bubur berserta obat obatan, aku rindu dengan yogurt yg selalu Raizza bawakan saat aku haus, aku rindu dengan rendang yg selalu Raizza antar saat orangtuaku tak ada dirumah. Aku sangat rindu.

"Dengan storynya lagi nak?" Tanya bunda mengelus rambutku saat melihat layar hp yg aku pegang saat ini

Tak ada jawaban dariku, hanya ada isakan yg membuat bunda mengangkat daguku menghadap bunda.

"Aku kapan bisa pergi dari rumah sakit ini bunda. Aku sudah berdoa, aku sudah sekuat tenaga agar penyakitku segara hilang. Tapi kenapa aku masih disini. Masih lemah seperti ini" ucapku menjatuhkan air mata lebih deras, bunda menatapku dengan sayu, mengelap air mata yg merambat di pipiku.

"Aku tak perlu khawatir nak. Kamu pasti bisa seperti dulu lagi. Pasti bisa, bunda yakin. Kamu akan sehat lalu pulang ke jakarta dan menemui Raizza. Alvaro anak kesayangan bunda pasti bisa menghadapi semua ini. Tuhan maha tau sayang, tau segala masalah yg di berikannya, eluh eluhan dan doa doa hambanya. Semangat ya sayang" ucap dan semangat bunda membuatku lebih tenang

Aku hanya tersenyum menghadap bunda. Senyuman manis yg selalu aku tampilkan saat aku jatuh.

"Benar bunda. Aku pasti bisa menghadapi semua dan akan segera menemui Raizza, aku juga percaya bahwa Tuhan maha tau segalanya. Aku ingin cepat cepat keluar dari rumah sakit ini dan bertemu dengan Raizza. Memeluknya tak kalah erat dengan pelukannya, aku sangat rindu, andai Raizza disini, menemaniku, tapi aku tak mau Raizza harus tau keberadaanku yg sekarang, malah malah hanya membuatnya khawatir dan sedih" ucapku kembali menunduk

"Kan di Jakarta sudah ada Alfios, jadi kau tak perlu khawatir Alvaro" Ucap bunda lagi dengan senyum lembutnya

"Benar yg dikatakan bunda" ucapku masih dengan senyuman manis. Tapi dihatiku mengatakan yg sebaliknya, aku tak akan bisa ke Jakarta san bertemu dengan Raizza. Aku hanya bisa bertemu di surga nantinya, dan hidup bahagia disana. Aku hanya menutupi kesedihanku di depan bunda agar bunda juga tidak ikut sedih melihat keadaanku sekarang.

Hai:) aku balik lagi:) buat cerita baru... Aku minta supportnya ya. Udh lama cerita ini aku tulis di buku tulis lalu ke lapop ku. Lalu aku tulis ke sini.
Maaf kalo ada typo:)
Vote nya dulu sama coment nya. Nanti aku up lagi:)
Terimakasih

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 06, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Surprise Of LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang