0.1

171 29 11
                                    


Seorang namja berjalan cepat sambil menggendong seorang anak laki-laki dalam dekapannya. Anak kecil itu tertidur, mungkin terlalu lelah menangis. Selain itu udara malam ini dingin, ia tidak ingin anak laki-laki itu sakit. Akhirnya namja itu sampai pada suatu rumah bertingkat dua di kawasan hutan itu.

Namja itu langsung masuk dan membawa anak laki-laki itu memasuki kamar yang didekorasi sama persis dengan kamar di rumah lama anak itu - sebelum terbakar - lalu membaringkannya di tempat tidur. Tak lupa meletakan boneka kelinci pink kesayangan anak kecil itu disebelahnya.

Namja itu kemudian duduk di lantai sebelah tempat tidur anak laki-laki itu. Ia bersandar pada tempat tidur kemudian menghembuskan nafas berat. Ia menyandarkan kepalanya pada pinggiran tempat tidur kemudian menutup matanya sambil tetap berusaha menetralkan nafasnya.

Setelah berpuluh-puluh tahun akhirnya ia bertemu kembali dengan kekasih hatinya. Jantungnya berdetak sangat kencang mengetahui namja mungilnya telah kembali ke sisinya. Ia merasa sangat bahagia sampai ingin menangis rasanya. Hei, jangan menghakimi Jungkook. Kehilangan pujaan hatinya dan harus menunggu berpuluh-puluh bahkan ratusan tahun untuk dapat bertemu kembali bukanlah hal yang mudah.

Setelah nafasnya mulai stabil. Ia pun menghadapkan tubuhnya ke arah tempat tidur dan mulai mengagumi paras elok dari anak laki-laki yang tidur itu. Kali ini ia bertemu kekasihnya lebih cepat dari dugaan. Tapi tidak ada yang berubah. Namja mungil itu tetap cantik di mata Jungkook. Kulitnya putih bersih dengan semburat pink pada pipinya. Matanya menutup indah, bulu matanya sangat lentik. Pipinya masih gembil, hidungnya mungil sekali. Dan jangan lupa bibir plum nya yang sangat menggoda Jungkook untuk menciumnya.

Cup

Cup

Ya, Jungkook mencium bibir dan kening anak itu lama. Ia tidak peduli jika di cap sebagai pedofil sekarang. Toh, anak ini akan segera menjadi miliknya selamanya. Ia megusap lembut pipi gembil itu. Kemudian menyadari ada bekas abu dari kebakaran sebelumnya. Ia memutuskan untuk membersihkan tubuh anak mungil ini dan kemudian menggantikan bajunya menjadi piyama satin berwarna putih.

Ia kembali mendudukan dirinya di lantai dan menghadap namja kecil yang sudah tidur nyenyak sambil memeluk boneka kelinci pink nya itu. Jungkook kembali terdiam memandangi namja kecil itu tidur. Ia seakan tidak bosan memandangi anak itu tidur. Tapi Jungkook masih harus melakukan hal lainnya.

Akhirnya ia pun bangun dari duduknya, mengusap lembut pipi anak itu dan mencium keningnya lama kemudian berbisik,  "Tidur yang nyenyak sayang." Kemudian keluar dari kamar itu.

.
.
.
.
.
.
.
.
.

Saat melangkahkan kakinya turun pada anak tangga terakhir. Ia menyadari ada sosok lain di rumah ini. Akhirnya ia melangkah menuju dapur dan benar saja. Ada seorang namja lain berambut ungu yang sedang membuka kulkas.

"Ahh, Tuan Jeon anda sudah kembali?" 

Jungkook pun hanya diam memandangi namja itu mulai menuang air putih dingin dan meminumnya.

"Jadi kau sudah menemukan Jimin?"

Jungkook tetap tidak menjawab namja yang sedang tersenyum padanya itu. Jungkook mengernyitkan dahinya saat melihat lesung pipi yang sangat terlihat saat lawan bicaranya tersenyum.

"Dia di atas sedang tidur. Dan sejak kapan kau punya lesung pipi, Namjoon?"

Namja rambut ungu itu -Namjoon- hanya terkekeh kecil mendengarnya. "Wanita-wanita manusia menyukai namja dengan lesung pipi sekarang. Jadi apa salahnya mencoba kan?" 

Jungkook tidak menanggapinya dan malah pergi menuju ruangan lainnya. Namjoon mengikutinya sambil membawa gelas kosongnya.

"Kau bau asap, Jung. Kenapa tidak mandi dulu, sih?" Namjoon mengendusi udara sekitarnya. Ia mengoyangkan gelas kosong itu dan kemudian gelas itu mulai terisi cairan berwarna merah gelap. Namjoon kembali mengesap cairan merah itu sambil memandangi Jungkook dan sudang menuang minuman beralkohol lainnya dalam gelas.

"Aku bisa mengisinya kalau kau mau, kau tau itu kan?" Namjoon mendudukan dirinya di sofa dalam ruangan itu.

"Aku lebih suka vodka dari pada wine, kau tau itu Namjoon."

"Aku bisa mengisinya dengan vodka kalau itu yang kau mau."

Jungkook hanya diam dan duduk di sofa berhadapan dengan Namjoon. Mereka hanya diam menikmati minuman masing-masing. Jam sudah menunjukan pukul 4 pagi sekarang.





"Aku tau kau ingin aku memanggil Seokjin, benar bukan Joon?"

Jungkook sengaja menekan kata memanggil dalam perkataannya. Namjoon hanya diam dan tidak berani memandang wajah Jungkook sekarang. Ia menutup matanya merasakan sakit pada dadanya. Tenggorakan nya terasa tercekik mendengar nama itu. Kembali teringat kejadian naas yang membuat Jungkook mengambil Seokjin darinya. Seokjinnya, belahan hatinya.

Namjoon dapat merasakan hawa panas dan pengap dalam ruangan itu. Ruangan kerja itu berubah menjadi gelap gulita. Dan saat Namjoon membuka matanya. Jungkook tidak ada disana.

Tapi iblis itu kembali. Tuannya kembali. 




Dengan tubuh yan berapi-api sehingga Namjoon hanya bisa melihat padanya saja. Namjoon memantapkan hatinya kemudian berlutut dan menyembah dihadapan tuannya. "Akan kulakukan apapun, tuan. Kau tahu itu. Apapun." Namjoon dengan lantang mengatakannya. Karena Iblis tidak suka keraguan.

Iblis itu menunjukan seringainya, ia sangat tahu mahluk didepannya sangat loyal padanya. Tidak ada salahnya memberikan sedikit hadiah, bukan? 

"Lihat aku."

Namjoon pun menaikkan kepalanya. Jika ia menusia biasa, sudah dipastikan ia akan mati karena menatap mata sang iblis. Iblis itu mengarahkan pedangnya kebawah dagu Namjoon dan mengangkatnya membuat Namjoon berdiri.

"Jika hal itu terjadi lagi. Akan kupastikan kau tidak akan melihat Seokjin kembali."

Namjoon melihat kedalam mata tuannya. Ia pun mulai merasakan rasa terbakar pada dadanya. Bajunya habis terbakar. Ia pun menangis dan berteriak kesakitan tapi ia tahu ia tidak bisa menghindar dari tatapan tuannya itu. Pada dadanya mulai terukir sigil iblis itu pada dada kirinya, tepat diatas jantungnya. Sigil itu bercahaya dan menimbulkan bekas bakar pada dadanya.

"AKKHH!!! AKKHHHHHHHHH!!!!!!!" Iblis itu mencengkram lehernya dan mengangkatnya dari lantai. Namjoon memegang tangan iblis itu pada lehernya. Sekarang seluruh tubuhnya terasa terbakar.

Hingga pada akhirnya, iblis itu melepaskan tangannya dan Namjoon terjatuh diatas lantai. Ruangan itu berubah menjadi terang kembali. Seakan tidak terjadi apa-apa. Iblis itu sudah tidak ada lagi di hadapannya. Namjoon melihat ke arah dadanya. Sigil itu tetap ada pada dadanya tapi tidak ada rasa sakit saat Namjoon memegangnya.

Dengan sisa tenaganya Namjoon mencoba untuk berdiri kemudian berbalik ke belakang untuk keluar dari ruangan itu. Dan ia melihat ia ada disana.






Seokjinnya terbaring di lantai sedang tertidur.

TBC

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 06, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Usagi-san [KOOKMIN Fanfiction]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang