Ketika membicarakan cinta, rasanya tak semua orang memiliki perasaan itu sebesar Resa kepada Reino, teman semasa kecilnya. Dia tak tahu, sejak kapan perasaan itu hadir. Tapi, yang jelas, semenjak perpisahan 10 tahun yang lalu, seorang Reino selalu ada dipikirannya, nama Reino selalu tertulis di dalam diarynya, dan foto Reino selalu terpajang di atas nakas samping tempat tidurnya.
Tak ada yang bisa Resa kecil lakukan, ketika harus menghadapi kenyataan bahwa ayahnya terpercaya menjadi pimpinan perusahaan cabang di Korea, selain ikut berpindah ke Negara Ginseng itu. Karena, sangat tidak masuk akal jika seorang anak perempuan berusia 7 tahun meminta ditinggal sendirian di Indonesia. Walaupun Resa benar-benar mengajukan permintaan itu, ayah dan ibunya tentu tidak akan sampai hati mengambil keputusan untuk meninggalkan Resa. Tapi, Resa tak berputus asa, ia tetap menunggu berjalannya waktu, hingga usianya dirasa cukup untuk tinggal terpisah di Indonesia.
Beginilah kini. Ketika Resa menginjak SMA kelas 2, Ia memutuskan meninggalkan kehidupan glamournya di Korea dan kembali tinggal di Indonesia. Seiring tumbuhnya perasaan Resa kepada Reino dari waktu ke waktu, tentu satu-satunya alasan keputusan ini adalah untuk bersekolah di sekolah yang sama dengan Reino. Beruntungnya, Reino bersekolah di sebuah SMA bertaraf internasional yang jaraknya dekat dengan rumah Tante Vian, saudara perempuan Ibu. Jadi, Ia bisa tinggal bersama kerabat dekatnya itu.
Di sekolah barunya, Resa memutuskan untuk menjadi siswa yang cupu, sama seperti Eca, seorang teman kecil dalam ingatan Reino 10 tahun yang lalu. Sekali lagi. Hanya satu alasan yang mendasair keputusan Resa, pria itu. Reino. Resa ingin Reino mengenalinya. Namun sayang. Setelah berbagai hal yang Resa lakukan demi cintanya itu, takdir tidak memberikan umpan balik yang memuaskan. Lebih tepatnya, hanya luka dan kesedihan yang Resa terima. Terlebih, Reino sama sekali tidak mengenalinya.
Sudah berulang kali Resa berusaha untuk mendekati Reino untuk mengenalkan diri sebagai Eca, teman masa kecilnya dulu. Tapi, ia selalu gagal. Hal ini bukan tanpa alasan. Mengingat, di sekolah ini, seorang Reino menjelma menjadi Siswa tampan yang cerdas dan menjadi anak paling populer di sekolah. Berbanding terbalik dengan seorang Resa, anak pindahan dengan penampilan yang cupu.
Sudah jatuh, tertimpa tangga pula. Itulah penggambaran hidup Resa saat ini. Setelah tiga bulan bersekolah, alih-alih meraih cinta Reino, ia malah menjadi bahan rundungan siswa lain. Masuk ke dalam lingkungan seperti ini benar-benar di luar dugaannya. Selain itu, Usaha Resa dalam mendekati Reino melahirkan rumor yang semakin menyulitkan hidupnya. Rundungan yang menyebalkan itu, terutama dari para penggemar Reino semakin menjadi-jadi setelah rumor bahwa Resa menyukai Reino beredar. Apa yang terjadi pada Resa, mengubah Resa menjadi seseorang yang introvert. Siswa penyendiri tanpa teman.
Rundungan kembali Ressa terima siang ini. Resa dirundung di hadapan siswa lain di dalam kelas di jam istirahat. Sebenarnya, ia sudah hampir kebal, tapi rundungan kali ini adalah rundungan yang paling menyakitkan dari sekian rundungan yang telah ia terima. Bagaimana tidak, Reino, seseorang yang menjadi alasan pengorbanan Resa selama ini, turut andil di dalamnya.
Entah mimpi apa semalam, sekelompok wanita centil datang menghampirinya secara tiba-tiba. Mereka mendorong Resa hingga terjatuh dari kursi. Tanpa ampun, salah seorang dari mereka mengobrak abrik tas Resa hingga semua isinya keluar berserakan. Cacian dan makian mengenai rumor yang beredar keluar begitu saja dari mulut sampah mereka. Benar-benar memekakkan telinga. Sementara itu, Reino dan geng tidak jelasnya hanya berdiri sekitar 100 meter di hadapan Resa, memandang rendah dan menyunggingkan senyum ejekan yang begitu kentara.
"Hah, cewek cupu itu menyukai aku ? berani sekali dia"
Lihatlah! Reino menyeringai, membuat benih-benih kebencian Resa pada Reino mulai tertanam begitu saja. Sungguh, Resa tidak menyangka bahwa anak manis berhati malaikat 10 tahun yang lalu ini telah berubah menjadi pria angkuh berhati iblis. Resa benar-benar tak pernah menduga bahwa lingkungan sekolah yang sangat tidak sehat ini bisa merubahnya 180 derajat.
"Hei, cupu! jika kamu benar-benar menyukaiku, sini cium aku!"
Suara tawa menyebalkan Reino, dan remaja nakal berseragam putih abu-abu lain terdengar semakin kentara, mengejek perempuan cupu berkaca mata besar dan rambut kucir kuda yang kini terduduk di lantai kelas. Sedangkan, wanita itu menatap sendu serakan buku-buku sekolah akibat perbuatan wanita so' cantik yang mengaku bahwa drinya adalah pacar Reino.
Resa mulai menitikan air mata. Sesak. Dadanya benar-benar terasa sakit. Apakah pengobanan yang telah ia lakukan ini sia-sia? apakah keputusan yang telah ia ambil adalah sebuah kesalahan? Lagi pula, kesalahan apa yang telah ia lakukan hingga ia diperlakukan seperti ini?
Ia benar-benar tak tahan lagi. Pada dasarnya, kesabaran itu tak ada batasnya. Namun, Resa hanyalah manusia biasa.
"Baiklah, mereka harus tau diriku yang sebenarnya" gumam Resa di dalam hati.
Resa mengusap air matanya dengan kasar dan segera membereskan peralatan sekolah miliknya. Ia terbangun, melempar kacamata ke sembarang arah, melepas ikatan rambut dan membiarkannya tergerai. Kesan cupu dan aneh yang selama ini melekat pada Resa luluh lantah seketika. Resa melangkah pelan namun dengan gaya seorang model yang berjalan di lantai catwalk, menggibaskan rambut panjang nan indah, membuat semua pandangan terarah padanya, terpesona.
Beberapa saat kemudian, ia berdiri di hadapan Reino, sedikit berjinjit, hampir mengecup pipi Reino namun ia mengurungkan niatnya. Tak lama, Resa mengayunkan lengan, hingga jemari tangannya yang indah itu tepat mengenai pipi tampan Reino. Ya, ia mengganti kecupan dengan tamparan yang cukup keras.
"Kau pikir aku bisa merendahkan harga diriku hanya untuk hal bodoh semacam itu, Ha ?" Resa tersenyum sinis, membalas seringai Reino yang sangat menyebalkan.
"Dengar pria angkuh, mulai detik ini, aku membencimu !"
Dengan segenap rasa sakit dan amarah yang membuncah, Resa melemparkan sebuah foto yang terlihat usang. Resa segera meninggalkan kelas. Ia rasa, ini sudah cukup untuk membungkam mereka yang selama ini meremehkannya.
Sementara itu, semua siswa yang ada di tempat kejadian perkara terpaku. Mereka benar-benar tak menyangka bahwa cewek cupu nan introvert itu mampu melakukan hal sekeren ini. Begitupun dengan Reino. Dia tetap pada tempatnya, mengusap pipi yang mulai terasa perih. Sungguh, ini benar-benar di luar dugaan.
" K..kau, Cantik... Resa"
Pandangan Reino tak bisa teralih dari Resa yang sedang berjalan tergesa sembari menghubungi seseorang. Seketika, ia teringat pada selembar foto yang dilemparkan padanya. Ia segera memungut foto usang yang tergeletak tidak jauh dari tempatnya tertatih.
"Wanita itu, Dia ....."
Jantung Reino berdetak sangat keras setelah ia melihat potret dua anak kecil yang bergandengan tangan berhiaskan senyuman manis pada foto itu. Itu adalah foto dirinya dengan Eca, seorang teman kecil yang selalu ia rindukan dan seorang perempuan yang selalu mengisi ruang hati, dari dulu hingga detik ini. Tanpa berfikir panjang, Reino berlari menyusul Resa yang semakin dekat dengan gerbang sekolah.
"Eca ..." Reino berhasil meraih lengan Resa. Resa menoleh namun segera melepaskan genggaman erat tangan Reino dengan kasar. Bodo amat pada Reino yang mungkin telah menyadari bahwa dirinya adalah Eca, Ia semakin mempercepat langkahnya menuju sebuah Mercy yang terparkir di depan gerbang. Tak peduli pada sekolah yang belum memasuki jam pulang, Resa semakin membulatkan keputusannya untuk kembali ke Korea.
Kaca bagian depan mobil Mercy itu terbuka, memperlihatkan seorang wanita dewasa yang sedang memegang kemudi. Reino mengenali wanita itu, dia adalah Tante Vian, tante dari Eca, wanita yang selama ini dia harapkan kehadirannya. Resa benar-benar, Eca.
Reino mengacak-acak rambutnya. Ia tak pernah menduga bahwa Resa adalah Eca. Melihat Eca bercucuran buliran bening, membuat hatinya begitu teriris. Reino rasa, ia benar-benar gila. Seharusnya ia menyambut hangat wanita itu dan berterimakasih atas terkabulnya doa yang selama ini ia panjatkan. Tapi, apa yang telah ia lakukan ? Terlebih, mengingat usaha Resa dalam mendekatinya, menyebabkan penyesalan dan rasa bersalah Reino semakin memuncak. Sungguh, Raf i benar-benar menyesali keangkuhannya selama ini. Seharusnya ia mendengarkan wanita berpenampilan cupu itu.
Reino mungkin telah kehilangan akal saat ini, tapi yang jelas, ia sangat ingin meminta maaf pada Eca. Semua ini benar-benar di luar dugaan. Reino segera menghentikan taksi yang melintas, meninggalkan sekolah, meninggalkan tatapan mata heran siswa lain yang tertuju padanya, melaju menuju rumah Tante Vian, dengan hati yang dilumuri harapan dan doa semoga alamatnya tetap sama seperti 10 tahun yang lalu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Unexpected
Short StoryHanya karena "tak terduga" , cinta antara Resa dan Reino, yang telah tumbuh lama , tak mampu bersemi ketika berjumpa