Tak perlu mengumbar janji,
Bila akhirnya mengingkari.Tak perlu mengingkari
Bila sebenarnya kau mampu menempatinya.Bila kau tak mampu menempatinya, coba sekali lagi tanya pada hati kecilmu dan cobak diingat-ingat kembali dengan perkataanmu.
Gimana? Begitu indah bukan janji yang kamu katakan untuk selalu setia.Saat ini,
Kau lenyapkan semua janjimu.
Kau lenyapkan sercercah harapan kita yang selalu kau layangkan setiap waktu yang mampu menciptakan kebahagiaan disaat itu.Jadi ini yang namanya adorasi?
Jadi ini yang namanya janji?
Jadi ini yang namanya arti dari sebuah pengkhianatan dari ucapan manismu?Kelak kau mengerti dari sebuah janji manis, namun dikhianati dengan hal yang menyakiti.
Cukup,
Aku paham sekarang bahwa ucapan indahmu sewaktu itu kau lagi bersenda gurau atau kau lagi tak sadarkan diri.Tak perlu kau menjelaskannya,
Bila akhirnya kau memang tak ingin disalahin.Tak seharusnya ada janji,
Tak seharusnya pula diri ini berharap lebih untuk sebuah janji konyol mu.Aku akan beranjak dari hati yang teramat menyakitkan.
Aku akan memulai dari sebuah luka,
Luka yang masih teramat dalam dan membekas
Cukup, aku tak ingin menceritakan lara ini pada dunia
Tapi..
Akan aku perkenalkan padamu bahwa janjimu sendiri yang akan membuatmu menyakitkan pada dirimu sendiri.Bukan, Bukan aku ingin menghukum dari rasa nestapa yang selalu terselimuti pada diri ini.
Hanya saja, aku ingin menyadarkanmu bahwa tak semua orang mampu menerima janji manis namun menghasilkan kepahitan.Aku tahu, tak selalu kepahitan itu mampu membuat rasa sukak selayaknya kopi.
Dimana kopi mampu membuat orang-orang menyukainya disaat menyedu dengan keistimewaan pahitnya.Namun itu hal yang wajar.
Bukankah kopi sudah memiliki keistimewaannya tersendiri?,
Bahwa kopi memiliki rasa pahit.
Berarti janji dari ke istimewaan-nya tidak ada penghianatannya bukan.Nah mengapa kau tak seperti kopi saja? Katakan diawal bahwa cerita kita itu pahit daripada harus janji dengan memakai kata-kata yang manis
Sepertinya tak ada habisnya bila terus berkelabu dan pada akhirnya nestapa hadir terus menerus.
Tak ada lagi yang harus ditunggu,
Tak ada lagi harapan yang menjadi kenyataan.Kini cerita dimana kita selalu bermimpi untuk dapat menjadi dua insan yang akan hidup bersama dan menemanin untuk bisa sama-sama suksesdan berkeinginan mengukir cerita terindah hingga akhir hayat sudahlah pupus dikarenakan penghianatan sebuah janji.
Cerita kita sewaktu itu masihlah berandai. Mengapa berandai bila akhirnya pupus? Mengapa tidak mengatakan kita akan mencapai nya? Mungkin saat itu kau takut mengatakan akan, karena dibalik dari kata tersebut kau masih ragu dengan cerita kita.
Coba aku tanya sekali lagi, siapa yang dapat kita salahkan dari cerita kita?
Aku?
Kamu?
Kita?
Dia
Atau waktu yang memang harus begi kita hadapi. Mungkin tepatnya sudah begini jalannya kita memilih masing-masing.
Namun haruskah melalui penghianatan baru kita terpisah? Ntahlah aku tak tau tapi jawab saja pada diri masing-masing.
Mungkin kau menemui jawabannya. bila tidak menemuinya, mungkin kau masih tidak sadarkan diri.Selalu ada kata "sampai disini" namun tak pernah ada kata "selamat tinggal".
Selalu ada kata "Kita akan kembali diwaktu yang tepat" dari katamu. Apakah kau tak lelah memberi janji namun tak pernah ada kepastian.Lagi-lagi yang ada lara semangkin dalam dan keadaan semangkin runyam karena ketidakpastian membuat harapan besar.
Sudahlah mungkin kau lebih berhak berbahagia tanpa diriku.
Aku juga mungkin dapat berbahagia dengan caraku yang melenyapkan bayanganmu dikehidupanku.Arah pulangmu bukanlah lagi aku, mungkin lebih tepatnya kau tau kemana.
Tak perlu lagi mengumbar janji,
Tak perlu lagi memberi harapan yang pastinya membuat menyakitkan setiap kata demi katamu.Kau tau anca terberatku saat ini? Iya
Sepanjang malamku.
Tau kenapa? Disepanjang malamku, nestapa selalu hadir bersama cerita klasik kita dan harapan yang pupus yang masih terekam jelas di fikirku.Padahal dama kita dulunya selalu indah dan banyak orang menginginkan berada diposisiku, nyatanya itu sesaat.
Saat ini apa orang lain menginginkan kembali diposisiku yang berselimut dengan kekecewaan teramat dalam.Terkadang aku bertanya pada diriku seraya mengingat kejadian sewaktu itu.
Apakah aku yang terlalu berharap lebih untuk kamu memberikan kabarmu setiap harinya?
Apakah aku yang selalu tetap mencintaimu dengan tulusnya namun kau sebenarnya sudah melenyapkan rasa itu makanya kau begitu? Ntahlah hanya dikarenakan kesalahapahaman sewaktu itu, kau terus menerus berubah.
Pda akhirnya aku sendiri sadar diri untuk menyudahi cerita ini.Setelah aku menyudahi mengapa kau menjelaskan setiap kalimat yang selalu aku tanyakan pada diriku setiap harinya?
Selalu aku yang menunggu atas jawaban yang aku harapkan memang tak sesuai atas jiwa-jiwa ini rasakan. Kenapa sudah berakhir baru menjelaskan? Kenapa?Sudahlah mungkin tak perlu lagi aku mengingatnya dan yang ada hanyalah semakin menyalahkan keadaan dan menyalahkan diri sendiri.
Akhirnya kepastian dari cerita kita adalah penghianatan dari sebuah janji manismu.
Untukmu yang mungkin sudah melenyapkan cerita indah kita yang suka ria memiliki impian hidup bersama, namun khayalan semata:
"Sebuah janji yang membuatku berharap lebih.
Sebuah penghianatan membuatku tak ingin lagi mengenal cinta.
Bukan hanya itu, aku menjadi sosok orang yang tidak pernah lagi mempercayai sebuah janji manis walaupun itu sekedarnya.
Darimu aku banyak mengenal arti sebuah diam.
Mulai diammu adalah kepergian yang teramat halus, darimu juga aku mampu mencairkan suasana pada diriku. Iya, dulunya aku sosok orang yang tak pernah ingin mengenal cinta begitu serius dan tak pernah ingin membalas sebuah pesan singkat dari seseorang yang mencintaiku dengan panjang. Namun karnamu menyadarkanku mampu membuat aku berubah untuk lebih perduli dari orang yang mencintaiku."
KAMU SEDANG MEMBACA
Kepastian
RomanceTak ada hal yang paling indah dari sebuah harapan yaitu sebuah kepastian yang jelas.