"Kita tidak bisa membiarkannya gitu aja bro.." Bahar mengemukakan pendapat.
"Orang gitu harus dibuat kapok dan bertanggungjawab. Jangan sampai nanti dia mengulangi hal yang sama setelah kawin sama adik kamu" sambung si Amet.
Aad yang diberi saran hanya diam. Wajahnya menampakkan kemarahan tapi juga kebingungan. Beberapa waktu sebelumnya si Wati adik bungsu Aad yang masih SMP sesenggukan menangis. Ibu pingsan, sedang Ayah sudah membawa sapu hendak menghajar Wati. Semua karena hubungan terlalu bebas. Si Wati hamil muda. Orang tua mana, keluarga mana yang tidak kecewa? Meski Wati bukan wanita satu satunya adik Aad, namun memang dia paling genit. Beda dengan Ambar kakaknya yang sekarang sekolah di Kabupaten sebelah.Saat didesak akhirnya Wati mengaku kalau dia dihamili pacar, Tiar namanya. Ayah urung menghajar Wati. Tiar anak Pak Somad, kuli pasar. Sedang Tiar sendiri pengangguran, kerja serabutan. Terkadang ke Jakarta jadi kuli bangunan, kalau di kampung terkadang jadi tukang ojek, atau makelar apa saja. Penghasilannya tidak tetap. Umur Tiar 2 tahun lebih muda dibanding Aad. Dulu dia kakak kelas Ambar semasa SMP.
Tiar itu anaknya belagu menurut Aad, Bahar dan Amet. Beberapa kali mereka hampir baku hantam karena belagunya si Tiar. Entah kenapa si Wati itu justru sangat dekat dan kebablasan. Aad kecewa, sedih, marah dan bingung. Disamping nantinya pasti (harus) jadi kakak ipar si Tiar, dia juga ingin rasanya bikin si bajingan itu kapok dahulu. Jangan sampai dia melakukan itu lagi suatu hari kelak.
"Apa usulmu, Har?" tanya Aad.
Bertiga mereka merapat dan merundingkan suatu hukuman bagi Tiar. Suatu tindakan yang bisa membuat Tiar takut pada keluarga Aad seumur hidup. Sesuatu yang cukup membuat malu. Sesuatu yang membuat ia jera dan tidak berani macam-macam lagi seumur hidup. Namun tidak menimbulkan suatu bukti untuk melapor ke pihak berwajib. Tindakan ini cukup membuat Tiar terkenang seumur hidup tapi tidak membuat dia tewas.
***
Sesuai rencana, Tiar diculik dan dibawa ke sebuah rumah kosong yang cukup sepi. Di sana mereka berniat melaksanakan rencana yang disusun. Amet sudah siap dengan perlengkapan kamera dan foto. Setelah menutup semua jendela kamar dan memastikan tidak ada orang lain di rumah itu, baru mereka membuka penutup mata dan balaclava yang dipakai Tiar.
"Aku ada di mana?"
Reaksi yang salah.
Buk! hantaman dari Bahar mengenai perut Tiar. Selagi hantaman berikut disiapkan, Aad memegang tangan Bahar.
Aad menggelengkan kepala menatap Bahar
"Cukup! nanti dia pingsan pula...."
"Kalian mau apa?! Apa salah aku?" tanya Tiar sambil meringis...
Dahinya mengeluarkan keringat. Rambut Tiar lurus basah oleh keringat karena disekap di bawah balaclava yang umum dipakai pada musim dingin.
Tangan Tiar masih terikat borgol ke belakang tak berkutik. Kaus oblong putih yang ketat juga sudah basah, sehingga badannya yang liat itu tercetak. Juga puting yang hitam itu.
Saat Aad berkeliling di kamar itu dia menemukan sebuah gantungan baju dan dua jepitan baju. Digunakan jepitan itu untuk mulai menyiksa Tiar. Aad mencubit puting Tiar dan menjepit dengan jepitan pink. Satunya juga dijepit dengan jepitan warna biru muda.
Tiar berteriak, itu membuat mereka harus kembali menyumpal mulut Tiar. Sayangnya sumpal yang mereka gunakan tadi entah ke mana... mereka hendak menggunakan balaclava tapi sayang terlalu tebal.
Buk! sekali lagi tinju Bahar yang besar menggampar mulut Tiar yang berisik. Hingga bibir Tiar berdarah.
"Berisik lagi, aku ga segan bikin kamu pingsan atau sekalian masuk kuburan...!"
KAMU SEDANG MEMBACA
HUKUMAN TIAR
FantasyTiar menghamili Wati. Kakak Wati, Aad bermaksud menghukum Tiar. Akhirnya mereka menculik Tiar untuk dihukum di sebuah rumah kosong.