1

172 15 6
                                    

       Seni menyadarkanku bahwa dirimu adalah salah satu karya Tuhan paling indah. Kala kau berdiri disampingku dengan senyuman, di ruang yang penuh dengan karya seni manusia, mataku hanya tertuju padamu. Jika benda-benda ini bernyawa, aku sangsi apabila mereka tidak merasa iri karena kau merenggut perhatianku, sepenuhnya.

       "Mino-ya,"

       Terkadang, yang aku butuhkan setiap hari hanya mendengarmu melafalkan namaku.

       "Bukankah lukisan ini luar biasa? tapi mendengar ceritanya, wahh aku merinding melihatnya, bagaimana bisa dia melukis kekasihnya sendiri setelah membunuhnya?"

       Setiap reaksimu membuatku tersenyum, hentikan Seungyoon, aku bahkan tidak bisa mengkonsumsi yang manis.

       Kau menyilangkan tangan, menatap lukisan tersebut dengan tatapan sendu dan berkata lirih "Cinta itu buta ya"
Saat itu pun aku masih melihatmu dengan senyuman.

       "Cinta itu tidak buta Seungyoon-ah. Cinta itu memberikan kekuatan bagi manusia untuk melihat hal-hal yang tidak dapat dilihat oleh orang lain."

       Kau memutar bola mata dan mencercaku dengan ucapan kotor yang entah bagaimana dimataku kau masih terlihat polos, jadi aku hanya tertawa mendengarmu.

       "Mino-ya, aku tahu kau mahasiswa sastra, tapi tolong jangan tularkan kesastraanmu padaku ya? Otakku tidak memadai untuk mencerna kata-katamu."

       Selanjutnya aku mengambil langkah besar menyusulmu yang semakin menjauh. Mengekor di belakangmu seperti seekor anjing. Meskipun dapat berjalan ber-iringan, kau dan aku sama-sama tahu, kita tidak bisa saling bergandengan.

____________________________________

       Aku sering mendengarkan lagu favorite ku dalam iringan petikan gitar di konser, namun tidak pernah kubayangkan senar-senar itu dipetik dari kamar ini, kamar yang selama ini aku huni sendiri.

       "You look so beautiful in white, tonight"

       Mungkin, pada masa silam, disuatu tempat, kau pernah melantunkan lagu yang sama untuk seseorang yang pernah menjadi prioritasmu. Bait demi bait meluncur dari bibirmu, terdengar begitu tulus, hingga membuat hatiku sedikit perih.

       "Sangat merdu, Yoon." ucapku, kau membalas senyumanku.

       "Suka?"

       "Very much, you have no idea"

       "Aku pikir kau hanya tampan saat memakai pakaian gelap, tapi hari ini..." kau menggantung ucapanmu, aku tertegun, menelan ludah pun terasa berat.

       Lalu, kau berkata kaos putih ini cocok dengan kulit tan milikku. Hanya pujian biasa namun membuat hatiku membuncah. Aku tidak pernah tahu, kau yang terlihat lugu dan polos, kini jari-jarimu menari di atas kulitku, dengan mata sayu penuh hasrat. Aku membiarkan lenganmu menelusup ke dalam pakaianku, membiarkan jari lentikmu mengusap area dadaku, mati-matian mengontrol diri agar jantungku tidak bergemuruh, atau mungkin kau sudah merasakannya, Yoon?

       "Song Minho"

       Ini pertama kalinya kau melafalkan nama lengkapku setelah pertemuan pertama kita.

       "Can we?"

       Kau membelai rahangku, menariknya membuat wajah kita saling berdekatan. Aku tidak pernah suka menyia-nyiakan waktu, entah keberapa kalinya aku mengecap bibirmu, bibir penuh yang lebih nikmat daripada nikotin yang biasa ku hisap. Aku tidak mampu mengelak, tidak juga mampu untuk mengakhiri ciumanmu yang semakin menggebu, siapa aku yang berani menolak? Aku budak cintamu.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 07, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

BucinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang