Sekolah baru

223 28 7
                                    

"Bila kau tak tahan lelahnya belajar, maka kau harus tahan menanggung perihnya kebohongan"

- Imam Syafi'i

Hari pertama sekolah, apa yang terlintas di pikiranmu selain tempat baru? Mungkin banyak hal, mulai dari suasana baru, kawan-kawan baru yang mungkin saja tidak semuanya baik, guru-guru baru dan banyak hal baru lainnya.

"Raa, udah selesai belum nak?." Itu suara ayahku.

"Udah yah, tunggu bentar lagi aku keluar." Pintaku pada ayah.

Baju putih, rok abu-abu, lengkap dengan balutan hijab segitiga putih yang kukenakan. Hari pertama sekolah aku tidak boleh berantakan meskipun di sekolah lama aku bukan murid teladan, bukan berarti di sekolah baru ini aku harus tetap seperti itu, minimal ada perbaikan gizi edukasi sedikitlah, hehehe.

"Udah nih yah, berangkat yuk. Takut telah, heheh." Senyuman merekah menandakan ada semangat yang bergejolak di hatiku.

"Hmm, siap ya wahai murid baru." Ledek ayah padaku yang sedang sibuk membenarkan posisi hijabku.

"Ih, apaan sih yah." Gerutuku ambil memanyunkan bibir.

"Aduh, aduh, ayah bercanda sayang." Ujar ayah.

25 menit perjalanan, akhirnya kami sampai di sekolah baru. Terhitung lama untukku orang yang sangat tidak senang berlama-lama. Ayah berjalan di depanku, sementara aku? Tentu saja tetap berada di belakang ayah seperti anak kucing yang tidak ingin kehilangan jejak induknya.

RUANG KEPALA SEKOLAH

Ayah berhenti di sebuah ruangan yang di bagian atasnya tertulis "Ruang kepala sekolah".

"Nah Raa, kamu tunggu di sini, ayah masuk dulu." Pinta ayah.

"Iya yah, jangan lama-lama. Aku takut." Mungkin rasa asing membuatku sedikit tak percaya diri di sini.

"Iya, gak lama kok." Ujar ayah.

10 menit kemudian ....

"Kiandra Ayesha Darmawan?"

"Iya Bu?"

"Mari saya antarkan ke kelas kamu, kata ayahmu di sekolah lama kamu di program IPA, betul?"

"Betul Bu."

"Oke, kalau begitu, saya sepakat menempatkan kamu di kelas XI IPA 2, bagiamana?"

"Saya ikut saja Bu."

"Oke kalau begitu mari saya antar."

"Ayah pulang dulu ya, enjoy in the new school sweeatheart." Ayah mulai berpamitan padaku.

"Iya Yah." Ucapku sambil mencium tangan ayah.

Beberapa kelas sudah dilewati, rasanya lama sekali untuk sampai di kelas baru, sekali lagi aku katakan bahwa orang yang tidak sabaran sepertiku memang selalu ingin yang cepat saja. Hmm, maklumlah.

"Kiandra, ini kelas kamu. Silakan masuk." Pinta ibu kepala sekolah sembari mempersilakan aku masuk.

"Baik bu, terima kasih."

Dengan langkah kecil aku memasuki ruang kelas baru, suasananya sedikit horor, bukan karena ada aura mistis tapi karena aku memang belum terbiasa dengan orang-orang baru ini.

"Permisi pak." Aku mulai mengetuk pintu kelas baruku .

"Silakan masuk."

"Saya murid baru pak." Ujarku sedikit kikuk.

"Ohiya, Kiandra Ayesha?"

"Iya, pak." Jawabku!

"Saya Pak Herman guru kimia, kebetulan pelajaran saya yang sedang berlangsung. Kamu silakan perkenalkan diri terlebih dahulu." Pinta Pak Herman.

"Baik, perkenalkan nama saya Kiandra Ayesha Darmawan, bisa dipanggil Kiandra."

"Baik, Kiandra kamu bisa duduk di samping Elina." Pak Herman menunjuk kursi kosong di samping Elina.

"Baik pak." Aku hanya mengangguk.

.
.
.
.
.
.

Hari pertama sekolah cukup baik, teman-teman di kelas juga tidak begitu buruk. Yah, bisa dibilang enjoy sih, mungkin seterusnya bisa lebih baik.

Aku kembali bergelut dengan gawaiku, seperti biasa menulis di blog sebagai kebiasaan yang tidak bisa kutinggalkan setiap harinya.

"Sesuatu yang baru mungkin saja bisa membuatmu tersenyum, tapi belum tentu membuatmu nyaman."

-Raayesha-

Entahlah, aku memang suka menulis sajak-sajak receh yang aku sendiri tidak pernah merasakannya. Mungkin terdengar aneh, tapi aku lebih suka menulis keadaan sekitar dibandingkan dengan keadaanku sendiri. Memangnya aku harus menulis apa? Cinta? Aku bahkan tidak tahu apa aku pernah jatuh cinta atau tidak hahaha.

"Hmm, Facebook apa kabarnya? Sebulan gak dibuka bisa jadi sarang laba-laba nih, wkwkwk." Aku terkekeh sendiri dengan jok yang sama sekali tidak lucu itu.

GRUP SAJAK SENJA

"Matamu, adalah gambaran dunia dalam skala kecil. Darimu aku belajar, bahwa selain dari globe aku tetap bisa melihat dunia dari sorot indah itu."

-Zaa-

Postingan itu menarik perhatianku, puitis namun terdengar renyah. Kubuka profilnya menyempatkan waktu sebentar untuk hanya sekedar stalking siapa pemiliknya. Tak ada foto sama sekali, tapi tak apa toh aku senang tulisannya bukan pada penulisnya.
Akunnya memang hanya berisi kata-kata saja, bagus dan tentunya berbobot. Kupikir pasti dia seorang penulis.

Add!
Kutekan saja, siapa tahu aku bisa belajar banyak dari setiap tulisannya.

Setelah berselancar sebentar di sosial media berlogo F biru itu, aku menutupnya kembali, takut dimarahi bunda jika terlalu lama bermain handphone.

"Raa?" Bunda mengetuk pintu kamarku.

"Iya, bunda."

"Bunda boleh masuk?"

"Boleh bunda."

"Gimana sekolahnya? Bagus?" Tanya bunda padaku sambil mengelus lembut puncak kepalaku

"Alhamdulillah bunda, aku kayaknya bakal betah." Jawabku dengan cengengesan

"Bagus deh kalo gitu, yaudah kamu turun makan dulu, abis itu tidur ya. Udah malem." Perintah bunda.

"Iya, bunda."

------------

Jangan lupa Vote, dan tinggalkan tanggapan di kolom komentar ya.

Salam Author : Aksara Lara

KITA SATU TAPI TAK MENYATUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang