Part 2

19 2 0
                                    

note : Mohon maaf kalau ada typo, Selamat membaca.

Aku mulai memejamkan mata dan tertidur.

Terasa sesorang menggoyangkan bahu ku. Aku tidak pernah mengantuk seperti ini kalau tidak karena bosan, aku tersadar dari tidur ku.

"Maaf ka mata ku kedinginan" Kata suara itu sopan.

Aku yang sadar kalau tangan ku yang memegang kompres telah lari dari posisi awalnya. Langsung membenarkan posisi tangan ku kembali pada tempatnya.

"Aduhhhh" Sipemilik dahi yang tak sengaja ku benturkan kompresan mengaduh.

"Eh- eh maaf ya, ga sengaja" Kata ku.

Aku tadi buru buru hingga tidak mengontrol tenaga ku saat mencoba membenarkan letak kompresan.

"Iya gapapa kok, pasti cape kan tangannya" Katanya, lalu aku hanya membalas dengan senyuman mengiyakan pernyataannya.

Lalu meninggalkan semenit yang sunyi karena aku canggung dan tidak tau lagi harus berbuat apa.

"Oh iya, gimana kamu udah enakan ?" Ide ku bertanya memecah keheningan ini.

Entah kenapa aku jadi merasa harus berbicara padanya dan tidak ingin mengabaikannya. 

Tidak biasanya aku merasa seperti ini, biasanya aku akan dengan teganya mengabaikan lawan bicara ku. Terlebih terhadap orang yang baru ku kenal, aku akan membiarkannya sampai menyerah dan tidak ingin berbicara lagi dengan ku.

Tapi entah kenapa ada rasa bersalah jika aku mengabaikannya.

"Udah lumayan enakan, cuma rada haus aja" Sambil dia mengelus elus lehernya.

"Yaudah kamu pegang dulu ya ini" Aku mengambil tangannya dan mengarahkan ke kompresan itu.

"Aku ambilin air dulu disitu" Sambil menunjuk ruangan pantry yang ada di UKS ini.

Aku berjalan membuka pintu pantry dan langsung mengambil gelas yang ada di dalam rak. Mengisinya dengan air dari dispenser yang ada di pojok ruangan.

Mengapa aku jadi tidak betah untuk diam jika bersamanya. Hal ini tidak pernah terjadi sebelumnya, aku tidak pernah merasa bersalah mendiamkan orang lain.

Bahkan semua orang yang tidak akrab dengan ku menjuluki ku si 'ice queen'. Aku memang dingin pada semua orang dan itu biasa ku lakukan.

Namun entah kenapa sekarang aku seperti ini.

Apa mungkin karena dia adiknya Naya, jadi aku merasa senyaman ketika aku bersama Naya. Tapi tidak mungkin, mereka jelas orang yang berbeda.

Chaca bukan Naya si pemilik hati ku. 

Terasa air mengalir ke tangan ku. Terlihat air sudah meluap dari gelas, ku hentikan aktivitas tangan ku yang sedari tadi menekan tombol di dispenser agar air berhenti keluar.

"Bodohhhh!!!" Ku kutuk diri ku didalam hati.

Aku terlalu fokus memikirkan Naya dan keanehan yang terjadi saat aku berada didekat si ceroboh itu. Sekarang malah air yang ku ambil jadi meluap.

Ku letakkan gelas di atas meja pantry, mengambil tisu yang ada disana.

"Bisa ga sih Sha ga sebodoh ini" Keluh ku lagi dalam hati, sambil memberishkan air yang sudah terlanjur jatuh di lantai.

Setelah selesai aku bergegas kembali pada si ceroboh itu. Dia pasti sangat haus karena pusing dan tidur yang kurang nyaman.

Aku mengambil kompres yang ia pegang dan meletakkan pada kom.

HERSWhere stories live. Discover now