Ricky Devano & Riry Devano

6 1 0
                                    


Terlahir dari keluarga yang sama, di hari yang sama, dengan keadaan berbeda, juga perhatian yang berbeda.

Ricky Devano anak pertama dari Tomo Devano dan Tina Devano, lahir dalam keadaan sehat wal'afiat membuatnya menjadi anak yang disayang oleh kedua orang tuanya. Riry Devano anak kedua atau adik kembar dari Ricky, lahir lima menit lebih lambat dengan keadaan yang berbeda  membuatnya harus rela dipandang sebelah mata oleh orang tuanya.

Bisu. Riry mengidap bisu sedari lahir. Ia lahir dengan sehat tapi, Riry yang masih bayi menangis tak mengeluarkan suara membuat dokter yang menanganinya panik. Setelah pemeriksaan yang cukup panjang, akhirnya di ketahui bahwa bayi itu mengidap bisu. Hal ini membuatnya tidak bisa bicara apalagi merengek meminta kasih sayang. Yang bisa ia lakukan hanya melihat kakaknya yang selalu diberi perhatian. Namun, disisi lain ia bersyukur karena saudara kembarnya tidak ikut membencinya, malahan menyayanginya dan ikut membela apabila orang tuanya bersikap kasar.

"Jangan ngelamun trus, nanti kesambet berabe" Riry tersentak dan spontan menoleh kebelakang. Senyum nya mengembang setelah mengetahui siapa yang menegurnya.

Ricky duduk disamping Riry, mengelus pelan rambut adik kesayangannya itu.

"Kamu mikirin apa?"tanya Ricky, Riry menggelengkan kepalanya.

"Gak mau bilang sama kakak? Hebat ya, sekarang udah bisa main rahasia-rahasiaan sama kakak"

Mata Riry melotot mendengar nada tahukan keluar dari mulut kakak kembarnya itu. Dengan cepat ia menulis sesuatu di Sticky note yang selalu ia bawa.

"Ih engga kok. Riry gak nyimpan rahasia apa-apa. Kakak jangan nuduh aku kek gitu"

Ricky tertawa membaca tulisan itu, kemudian mengangguk.

"Iya-iya kakak percaya kok. Lagian, mana mungkin sih adek kakak yang cantik ini bakal nyimpen rahasia sama kakak kesayangannya"goda Ricky

Riry cemberut. Tapi, itu memang benar adanya. Selama ini, ia tidak pernah menyembunyikan apapun dari Ricky. Bukan karena ia ingin Ricky tau dan ikut andil dalam masalah yang ia hadapi. Tapi, Serapi apapun ia menyimpan rahasia, Ricky pasti mengetahuinya, entah dengan cara apa.

Riry menyodorkan sticky note pada Ricky.

"Gimana aku bisa nyimpen rahasia. Kalau kakak selalu tau apa Riry alamin"

"Bukannya itu tugas seorang kakak? Kakak itu harus bisa jadi tempat curhat adiknya. Jadi, kamu bisa curhat apapun sama kakak. Kakak gak bakal marah kok, kakak malah senang" Ricky menatap Riry

"Kakak gak mau kamu sedih. Makanya kakak ngelakuin semua ini buat kamu. Kamu gak perlu ngerasa ngebebanin kakak"

Riry tersenyum dan mengangguk. Ia senang karena Ricky bisa menjadi tempat bersandarnya di kala orang tuanya mengacuhkan nya.

"Gih sekarang tidur siang. Nanti, sore kita pergi" Riry memiringkan kepalanya bingung, membuat Ricky tersenyum.

"Kita jalan-jalan. Kamu pasti suntuk kan dirumah trus?"

Riry mengangguk. Ricky tersenyum.

"Makanya gih tidur. Nanti biar kita ga kesorean perginya" Riry segera bangkit dari duduknya dan berlari ke arah kamarnya.

Ricky tersenyum melihat Riry yang begitu semangat. Memang, Ricky selalu menyempatkan diri untuk mengajak Riry jalan-jalan di sela kegiatan sekolahnya yang begitu padat.

Apa Riry tidak sekolah? Dia sekolah. Hanya saja semua tugasnya akan diambil alih oleh Ricky jika melihat Riry kesusahan.

Ricky berjalan ke arah kamarnya. Istirahat sejenak sebelum menepatkan janjinya untuk mengajak adik tersayangnya jalan-jalan.

***

"Sudah siap?" Riry mengangguk semangat,Ricky menggandeng tangan Riry kemudian masuk ke dalam mobil.

Ricky hanya bisa tersenyum saat Riry tak henti-hentinya memperlihatkan wajah bahagianya.

"Kita kemana hm?"

Riry menoleh ke Ricky, lalu menuliskan sesuatu

"Riry maunya ke pasar malam, Kak"

"Emangnya ada pasar malam sore-sore gini?" Riry menggeleng lemas.

"Gak papa. Kita ke mall aja, nanti kan disana ada Timezone jadi kamu bebas main sepuasnya biar kakak yang bayar"

Riry menatap Ricky tak percaya

"Beneran kak?"

"Ya beneran lah. Masa kakak bohong sama adek kakak sendiri"

Senyum Riry semakin lebar. Membuat Ricky juga ikut tersenyum.

Sekitar tiga puluh menit perjalanan Ricky dan Riry akhirnya sampai di sebuah mall yang cukup besar. Dengan semangat Riry membuka pintu mobilnya dan berlari memasuki mall membuat Ricky terkejut dengan aksi adiknya itu.

"Riry! Jangan lari, tungguin kakak!!"

Langkah Riry terhenti seketika, setelah mendengar teriakan dari kakaknya itu. Riry menampilkan cengiran nya saat Ricky sampai di hadapannya.

"Jangan lari-lari. Nanti,kalau kamu ilang gimana? Kakak gak punya adik lagi dong"

Riry cemberut mendengar perkataan Ricky yang seolah-olah ia akan hilang apabila pergi sendirian. Kakaknya itu memang terlalu possesive apabila sudah menyangkut dirinya.

Ricky meraih tangan Riry lalu membawanya masuk ke dalam mall. Riry kembali tersenyum saat Ricky menariknya menuju Time Zone.

"Main sepuas kamu. Kakak tunggu disini" ucap Ricky. Riry mengangguk dan pergi dari hadapan Ricky.

Ricky trus melihat Riry yang asyik bermain. Seakan esok ia tak lagi punya kesempatan untuk bercengkrama dengan Riry. Aktivis sekolahnya yang padat, juga tuntutan orang tua harus membuat nya pintar untuk membagi waktu dengan adiknya.





Tbc...

Pendek kan pendek?
Sengaja ehe, biar part selanjutnya lebih panjang. Lagian aku juga pengen tau respon kalian tentang story baru ini, soalnya kan story yang kemarin belum aku lanjut sama sekali.

Oke guys. Sampai jumpa di part selanjutnya...

Lidya Putri
12 Mei 2020


Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 12, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

KEMBARTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang