HANSE ( VICTON )

22 4 4
                                    

Aku sibuk melamun dan menundukkan kepalaku ke bawah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Aku sibuk melamun dan menundukkan kepalaku ke bawah. Antara menahan malu dan merasa bahagia malam ini. Entah, perasaan ini semakin bertambah saja tanpa permisi. Tidak sopan memang.

"Kamu kenapa hey?"

Suara itu membuyarkan lamunanku. Sedikit serak namun aku menyukainya. Aku mendongakkan kepalaku ke atas. Menatap wajahnya sayu hingga dia membalas tatapanku. Mata kami bertemu dan semburat merah di pipiku terpoles bak cat air yang sudah mengering. Aku ingin mengatakan bahwa aku baik-baik saja. Tapi lidahku ini kelu. Tubuhku kaku bahkan hanya ditanyai seperti itu.

"Are you okay darl? Tunggulah sebentar lagi pesanan kita datang, sayang."

Hanse menarik sudut bibirnya dan tersenyum kecil kepadaku. Sungguh hanya dengan melihatnya itu membuatku hangat. Lebih dari secangkir teh di malam hari. Aku menyukainya. Tidak, aku mencintainya. Cafe itu menjadi saksi bisu beberapa bulan lalu ketika hatiku hancur berkeping-keping. Lalu dia datang, meredakan hujan dan menciptakan pelangi.

"Jangan menangis lagi, sayang."

Katanya.

"J-jangan memandangku seperti itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"J-jangan memandangku seperti itu."

Ucapku agak gugup setelah sedikit aku menyeruput latte yang baru saja datang beberapa menit lalu. Bukannya menuruti perkataanku, Hanse semakin memperhatikan wajah tembemku. Lihat saja, aku semakin malu ditatap seperti itu.

"Tidak. Aku hanya melihatmu lama agar aku bisa tidur nyenyak nanti."

Hanse menopang dagu itu dengan kedua tangannya. Membiarkan tehnya semakin dingin dihabisi malam hari. Aku terdiam kembali. Walau perasaanku memang lebih baik dari senja itu.

"Hanse sudah!"

Aku mulai kesal diperhatikan seperti yang Hanse lakukan sekarang. Ku putar bola mataku malas tetapi apa? Hanse lebih memilih tertawa ringan karena ucapanku.

"Iya aku sudah mencintaimu dan sepertinya kamu juga harus sudah. Sudah bersikap gemas di hadapanku, darl."

Tubuhku mematung mendengar perkataan yang keluar dari mulutnya. Tiba-tiba saja membeku seolah-olah aku sedang berada menginjakkan kaki di kutub selatan.

"Yass skakmat sayang."

Kalimat itu mengakhiri perdebatan kecilku dengannya.

Sinar jingga itu menguasai sebagian wilayah sang biru

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sinar jingga itu menguasai sebagian wilayah sang biru. Auranya memancar cerah seakan memberi kode bahwa dia ratu baru di pagi itu. Sungguh, bahkan aku sedikit terpana melihat dua pemimpin langit saling beradu memperebutkan posisi nomer satu.

"Bagaimana? Indah bukan?"

Hanse menoleh ke belakang lalu menatapku dengan wajah khas-nya.

"Lebih indah lagi jika kamu membenahi cara berpakaianmu terlebih dahulu."

Sahutku seadanya. Memang kebiasaan Hanse dari dulu. Membuka dada dan berpakaian kurang rapi. Sialnya, itu malah menambah kesan sexy. Bagai badboy dan lebih sialnya lagi mengapa aku bisa mencintainya? Mataku sayu menatap langit dan memperhatikan setiap detik peperangan baru. Aku terdiam bahkan kantukku masih menyerang. Tapi siapa yang tahu? Pagi buta ini aku diculik oleh pria yang menarik lenganku paksa hanya untuk melihat harmoni di pagi hari.

"Aku menyukai sunrice, sunset, dan.."

Hanse menggantungkan kalimatnya. Aku mendengarnya dan menaikkan sebelah alisku.

"Kamu."

Lanjutnya sambil tersenyum terhadapku.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 08, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

BoyfieTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang