Jenis pekerjaan yang dijelaskan itu kemungkinan besar akan jadi pekerjaan harianku. Daftar itu diketik rapi di sebuah kertas folio sepanjang 3 halaman. Huh! 'Pekerjaan tetap' saja ada 3 halaman, bagaimana dengan yang tambahan? Ku amati lembar demi lembar. Aha! ada pekerjaan yang dicoret. Coretannya tidak sempurna dan pekerjaan itu N-G-E-N-T-O-T. Hah! Mungkin majikan ini semacam buaya darat suka mangsa sana dan sini. Untung saja aku cowok.
Aku ditunjukkan sebuah kamar di dekat dapur di bagian belakang. Kamar ini terhubung dengan lorong samping rumah. Sehingga yang punya rumah bisa mengunci bagian ruang utama sedangkan ruang lain tetap bisa kubersihkan.
"Immm... Boimmm..." jerit Om Jemi setelah beberapa kali memanggil.
Aku mendekat mungkin dia perlu bantuan memanggilkan si Boim itu.
"Mau saya pangggilkan, Pak?"
"Loh! Yang kupanggil itu kamu..."
"Tapi nama saya Bima..."
"Iya. Tapi di sini kamu panggilannya Boim" katanya tak mau salah.
Aku hanya terdiam tak bereaksi.
"Kamu bersihkan kamar mandi saya di dalam kamar... saya mau berendam" ujarnya
"Baik, Pak"
Aku hendak berlalu saat dia memanggil.
"Boim! Hmm.. jangan panggil Pak di sini... Panggil saja mas atau kalau merasa belum bisa boleh Om" kata Om Jemi sambil menimbang.
***
Sebetulnya aku bingung bagaimana aku bisa menemukan kamar Om Jemi sedangkan aku belum ditunjukkan ruang rumah ini satu per satu. Om Jemi tinggal sendiri tanpa keluarga, konon dia pernah menikah tapi bercerai. Dugaanku pasti karena perselingkuhan dengan pembantu wanita.
Rumah ini besar dan kamarnya banyak sekali. Ya dia memang cukup berada dan mungkin rumah ini dibuat untuk menampung anaknya yang banyak. Orang doyan ngentot pasti anaknya banyak. Sayang itu tak terlaksana.
Om Jemi berbadan kekar, berotot dan suka mengenakan baju ketat. Dia mempunyai beberapa tempat fitness dan senam di kota ini dan beberapa di kota lain. Sedangkan usaha utamanya adalah toko emas. Dan nasiblah yang membawaku jadi pembantu rumah tangga di rumah Om Jemi ini.
Sebenarnya agak memalukan kalau ketahuan aku lususan SMA di desa dan sekarang hanya jadi pembantu rumah tangga di kota metropolitan. Padahal kalau di desa lulusan SMA bisa jadi pejabat di kelurahan paling tidak. Sudahlah, tak perlu disesali.
Di setiap rumah orang kaya seperti ini pasti ada yang dinamakan kamar utama. Itulah kunci yang harus kucari. Kedua, ruang itu seharusnya tidak terkunci. Ketiga, ruang itu berantakan karena semalam ditiduri. Minimal sprei atau bantalnya tidak serapi yang belum digunakan. Kubuka kamar yang di ujung tangga ternyata dikunci. Lalu sebelahnya, yah tepat seperti dugaanku.
Cerita lain lagi aku bisa mengerti tentang keterampilan hospitality hotel sedikit, tak perlu diceritakan di sini. Singkatnya aku mulai membersihkan bathtub, saat Om Jemi masuk kamar dan menguncinya. Klik. Aku sudah curiga dan pikiranku langsung saja ke daftar yang dicoret, Ngentot. Kulanjutkan mengisi bathtub dan menyiapkan handuk bersih bagi Om Jemi dengan menepiskan pikiranku.
"Sudah Im?" teriak Om Jemi dari kamar.
"Iya sudah Om..." kataku keluar dari kamar mandi.
Wow! Tubuh Om Jemi Putih dan sempurna... walau tidak sedang olah raga tapi tonjolan ototnya oke, sixpack di perutnya pun tebal. Aku juga punya sixpack tapi itu lebih karena aku kurus dan agak kerempeng. Om Jemi mengenakan CD putih yang ketat sehingga memamerkan besar senjatanya. Dia melenggang bebas ke kamar mandi.