A/N : yay, anak-anak SHS kombeeek!!!
•••
Malam itu gerimis kecil menyiram tanah Ibu Kota, membuat hawa sedikit menjadi lebih sejuk. Tak ada bintang yang bertabur di antara gelapnya malam, atau bulan yang memancarkan sinarnya.
Di dalam kamar dengan luas 2,5×3 meter itu, tampak seseorang yang menelungkupkan wajah di atas meja. Terdengar dengkuran kecil dengan napas yang terdengar teratur.
Tiba-tiba saja ia terlonjak, begitu ketukan pintu terdengar kencang dan nampak tak sabar.
"Maaf Om, tolong tenang sedikit. Ini sudah malam, takut mengganggu yang lain."
"Jangan ikut campur!"
Tok tok tok!
"Daffa, keluar kamu!"
Cowok itu menghela napas, mengacak rambutnya dengan kesal. Apa lagi ini? Ia sudah cukup lelah hari ini, kenapa waktu istirahatnya pun harus diganggu?
"Daffa!"
Ia berdesis, kemudian membuka pintu membuat ketukan yang berisik itu otomatis terhenti. Di hadapannya Farhan menatap Daffa dengan nyalang, ada kilatan emosi yang terpancar jelas.
"Om, tolong jangan buat keributan." Reon kembali buka suara, tetangga kamarnya itu jelas sudah tahu bagaimana perlakuan yang kerap Daffa dapatkan dari sang ayah.
"Diam! Ini bukan urusan kamu!" Farhan membentak, namun cowok berusia dua puluh tahun itu nampak tak takut sama sekali.
"Udah Bang, gue enggak apa-apa kok." Akhirnya Daffa berbicara, setelah sedari tadi hanya diam.
"Tapi, Daf–"
Brak!
Belum Daffa mendengar secara lengkap ucapan Reon, pintu itu sudah ditutup dengan keras oleh Farhan. Pria itu mendekatkan diri dan tanpa basa-basi menghadiahi satu pukulan di pipinya.
"Kurang ajar! Jangan pernah kamu menyalahkan orang lain!" Farhan menarik bajunya, memaksa Daffa yang tersungkur karena terlalu terkejut dengan gerakkan tiba-tiba itu. "Kamu sendiri yang membuat keluarga kamu hancur! Dan jangan pernah lupa, bahwa kamu penyebab kematian ibumu!"
Satu bogeman kembali mendarat di pipinya yang sama, membuat rasa nyeri itu semakin menjadi.
Farhan langsung keluar, kembali menutup pintu dengan membantingnya.
Reon yang sedari tadi ternyata menunggu di depan kamar, langsung masuk dan membantunya duduk di tepian tempat tidur.
"Thanks, Bang," katanya seraya meringis kecil.
"Enggak ngerti gue sama papah lo itu, Daf. Gimana bisa nyakitin anaknya sendiri?" Reon tampak emosi, deru napasnya tak stabil hanya karena melihat perlakuan Farhan terhadapnya.
Daffa hanya tersenyum tipis meski sulit. Benaknya kembali teringat ucapan Farhan tadi, dan ... membenarkan.
Ia penyebab keluarganya menjadi hancur. Hubungan antara ia dan Farhan yang tak bisa dibilang baik-baik saja.
Dan satu kesalahan terbesarnya, ia juga ... penyebab kematian ibunya.
"Daf! Woy!"
Daffa tersentak karena panggilan juga tepukan di pundaknya.
"Jangan bengong gitu lo. Gue minta es batu dulu sama Babeh, lo tunggu aja."
"Bang," panggilnya membuat langkah Reon terhenti.
"Enggak usah, nanti gue obatin sendiri aja. Gue ... lagi pengin sendiri." Matanya menatap Reon seakan menyiratkan permohonan, meminta cowok itu mengiyakan.
Seakan menangkap sinyal itu, meski dengan berat hati akhirnya Reon mengiyakan. Sempat berpesan sebelum akhirnya menutup pintu. "Jangan lupa obatin, jangan nanti-nanti."
Daffa beranjak, mengunci pintu terlebih dahulu dan duduk di meja belajar tua itu. Tangannya terjulur, membuka jendela membuat hawa dingin masuk ke kamarnya.
Jangan bayangkan pemandangan indah malam hari, seperti kelap-kelip lampu dari ramainya kendaraan. Yang tertangkap matanya kini hanya motor berjejer dengan lampu tembok yang menerangi, itu area parkir yang terletak di belakang kamar kost-nya.
Ya, Daffa tinggal sendiri di sebuah kost sederhana. Kurang lebih sudah satu tahun semenjak kejadian di mana karena ulahnya, Farhan semakin membenci Daffa dan menyuruh pergi.
Ia menghela napas, kemudian memilih membaringkan tubuhnya di atas kasur single yang tidak empuk itu. Menatap langit-langit kamar, kemudian tersenyum kecut.
Sebegitu buruk kah ia, sampai sang ayah saja ... membencinya?
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
Failove
Teen Fiction"Bukan hanya tentang rasa yang jatuh pada hati yang salah, tapi lebih rumit dari itu." (Spin off LDR or Backstreet?) ••• Dulu cintanya tak bersambut, bertepuk sebelah tangan. Ia menaruh rasa pada hati yang salah. Dan kejadian itu kembali terulang, d...