Chapter 1

84 6 1
                                    

~Tantangan yang menjadi kelemahan, ialah kenyataan~

-Rangga Revano Zaki

---

Mungkin aku akan merubah segalanya demi dia, sosok yang aku sangat cintai. Tapi kenapa? sebenci itukah dia terhadapku? Sehingga cintaku lepas dengan sebuah kalimat,

"Aku mencintaimu, tapi aku juga sangat membenci ketika kamu terlalu mencintaiku."

---

Rangga Devano Zaki~

Entah mengapa, aku sangat benci dengan perasaanku. Saat aku mencintai seseorang yang benci dirinya dicintai oleh orang lain, apa faktor nya tentang itu? Membenci orang yang terlalu mencintainya? Bahkan tak ingin bertemu atau mengenalnya lagi.

Tapi, dua kalimat yang menjadi kekuatan ku, "Aku akan tetap berjuang demi dirinya, bahkan merubah hidupku, hanya untuknya."

Raissa Akira~

Yaa, aku sangat membencimu. Aku membencimu karena terlalu mencintaiku, aku tak tau apakah ini sebuah phobia dalam diriku, yang jelas, aku hanya ingin kau jauh dariku.

---

Saat itu Rangga hanya bisa melihat Raisa bermain dengan teman lawan jenisnya. Bermain dengan dikelilingi cowok sudah biasa buat Raisa, menurutnya sah sah saja, bermain bersama banyak pria, dan dia adalah sosok perempuan sendiri diantara teman laki-lakinya.

Rangga hanya bisa melihat saja, perempuan yang dikaguminya. Teman sekelas nya itu, wanita yang berdiri tepat didepannya, sedang berbincang-bincang dengan dikelilingi banyak teman prianya.

Tak lama kemudian,
"Hai Rangga, ngapain Lo disini. Ikut gue mau? Gue traktir deh," bujuk Alena, kakak kelas Rangga yang menduduki kelas 12, terdengar isu bahwa alena sangat menyukai pria didepannya itu. Dan terkadang, banyak korban dari Alena yang telah terancam saat ingin mencoba mendekati Rangga.

Rangga bergegas menyingkirkan tangan Alena yang sudah lebih awal menggandeng lengannya. Ia merasa risih dan ingin bergegas pergi dari pandangan Alena.

"Maaf, kak, gua gak bisa, banyak tugas yang harus gua selesaikan dikelas."

"Mau lo apa sih, sudah dibaik-baikin, malah betingkah, enak lo ada yang merhatiin kayak gua," teriak Alena ke Rangga saat Rangga sudah mulai menjauh darinya.

Di kelas, Rangga duduk tepat berhadapan dengan papan tulis, ia mengambil pulpennya dari laci dan mulai mencoret coret kertas dengan sembarang.

"Woe, ngapain lu bang, serius amat," datang sesosok teman perempuan Rangga, ia menghampiri Rangga dengan cara mengagetkan pria itu.

Rangga terkejut dengan kedatangan teman perempuannya itu, ia menatap perempuan itu sinis, lalu kembali melakukan aksinya diatas kertas yang sudah tidak polos itu lagi.

"Apaan tuh yang Lo gambar," ucap teman perempuannya sambil memegang tangkai permen kaki yang telah ia emut sedari tadi.

Rangga hanya diam.
"Rangga Devano Zaki, gua Dania, bukan Alena, cueknya ke dia aja, jangan ke gua, sebelin amat sih," kini Dania mulai tak tahan dengan sikap Rangga yang sedari tadi hanya cuek kepadanya.

Kertas PolosTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang