Don't forget vote dan coment yaa
Happy Reading💕
"Sedih boleh, terpuruk jangan"
~Griselda
.
.
.Arin menyusuri koridor sekolah dan menuju ke kelasnya. Dia berjalan sendiri tanpa Selda karena mereka berbeda kelas. Tiba-tiba seseorang menabraknya dan membuat Arin jatuh tersungkur.
"Eh maaf, gue gak sengaja. Lo gak apa-apa kan? Sini gue bantu berdiri."
Seseorang yang tak sengaja menabrak Arin itu pun membantu Arin untuk berdiri.
"Gue gak apa-apa kok. Makasih."
"Yaelah, jangan bilang makasih gitu. Kan gue yang udah bikin lo jatuh. Ohh iya, lo Arin kan? Kenalin, nama gue Rizki," ucap nya sembari menjulurkan tangannya.
"Loh, kok lo bisa tau nama gue?" Arin sedikit terkejut karena Rizki mengetahui namanya, tapi dia langsung menyambut uluran tangan Rizki sebagai tanda perkenalan. Rizki hanya tertawa.
"Siapa sih yang gak kenal lo. Cewek cantik dengan segudang prestasi," ucap Rizki sambil tersenyum tulus.
"Ahh masa sih, berarti gue terkenal dong?" gumam Arin. Lagi-lagi Rizki tertawa.
"Kenapa lo ketawa?" Arin bertanya karena sedari tadi Rizki terus-terusan tertawa.
"Lo lucu tau gak."
"Ahh lo mah gitu. Udah deh gue mau ke kelas." Arin yang merasa salah tingkah memilih untuk pergi menjauh dari Rizki. Namun belum sempat Arin pergi, Rizki langsung menghentikannya.
"Tunggu, mau ke kelas? Bareng yukk, kan kelas kita sebelahan." Tanpa menunggu jawaban dari Arin, Rizki langsung menarik tangan Arin.
"Ehh.. Emm... Ya udah deh." Arin hanya menurut saja.
Sepanjang koridor Rizki tak hentinya membuat lelucon hingga membuat Arin tertawa. Selda yang tidak sengaja melihat Arin dan Rizki dari kejauhan ikut tersenyum.
"Akhirnya lo bisa ketawa lagi Rin. Semoga ini akan jadi awl dari kebahagiaan lo," gumam Selda.
***
Suasana kelas sudah mulai ramai. Ketika Arin masuk ke dalam kelasnya, semua teman menyapanya. Banyak teman-teman yang menyukai Arin, karena meskipun dia cantik dan pintar tapi dia tidak pernah sombong. Dia juga terkenal baik, ramah dan murah senyum. Jadi wajar saja jika banyak orang yang menyukainya. Tak lama guru yang akan mengajar datang. Merekapun mulai menjalankan aktivitas belajar mereka. Sepanjang pelajaran Arin tidak bisa berkonsentrasi. Dia melamunkan kebersamaannya yang dulu ketika masih bersama Ferdy. Meskipun dia sudah bisa mengikhlaskan Ferdy tapi untuk melupakan dia masih belum bisa. Tanpa Arin sadari bel istirahat sudah berbunyi.
"Lo gak istirahat?" tanya Fika, teman sebangku Arin. Arin tersentak kaget.
"Eh emang udah bel ya?" Arin bertanya balik.
"Haduhh, ngelamunin apa sih lo sampe gak denger suara bel," Fika mencibir, sedangkan Arin hanya tersenyum sambil memperlihatkan sederet gigi putihnya yang rapi.
"Nyengir aja terus. Udahlah gue mau ke perpus. Ohh iya, tadi pas gue izin ke toilet gue ketemu Selda. Kata dia lo disuruh langsung ke kantin kalo udah istirahat. Gue pergi ya, Bye."
Belum sempat Arin mengucapkan sesuatu pada Fika, Fika sudah lebih dulu meninggalkannya. Arin hanya bergumam tak jelas sambil merapikan buku-bukunya lalu melangkahkan kakinya ke luar kelas menuju kantin. Sesampainya dikantin Arin memicingkan matanya mencari keberadaan Selda. Hari ini kantin sangat ramai. Banyak sekali siswa dan siswi yang berlalu lalang. Ada yang sedang santai sembari mengisi perut, bercanda dan bergosip ria. Bahkan tak jarang mereka yang ke kantin hanya untuk tebar pesona saja. Arin terus berjalan, sesekali menengok ke kanan dan kiri. Hingga terdengar sebuah suara yang memanggil namanya dari sebelah barat. Tanpa melihat Arin pun sudah tau siapa yang memanggilnya. Dia adalah Selda. Arin pun berjalan menghampiri Selda.
"Lama banger lo. Lumutan gue nungguin lo."
"Ya elah mbak, lebay amat sih lo."
"Udah ah, lo yang pesen sana. Gue lagi males antri."
"Ok deh. Biar lo gak cemberut lagi," ledek Arin lalu beranjak untuk memesan makanan.
"Seperti biasa ya!" teriak Selda.
Arin hanya mengacungkan ibu jarinya pertanda mengerti. Sembari menunggu Arin, Selda memilih untuk memainkan ponselnya. Tiba-tiba datang dua orang pria yang tidak Selda kenal.
"Permisi, boleh gabung gak?" tanya salah satu dari pria itu. Selda terlihat bingung karena dia tidak mengenal mereka.
"Emm meja yang lain penuh. Boleh ya?" lagi-lagi pria itu bertanya.
Selda melihat suasana kantin. Memang benar, hari ini kantin sangat ramai.
"Ohh ok, duduk aja," kata Selda mempersilahkan mereka berdua untuk duduk.
"Gue Vian, dan ini sahabat gue Rizki. By the way, nama lo siapa?" tanya Vian.
"Nama gue Selda," ucap Selda singkat.
Kemudian mereka berbincang-bincang, saling bercerita satu sama lain. Dari kejauhan terlihat Arin yang berjalan mendekat ke meja tempat Selda duduk sambil membawa makanan pesanan Selda.
"Nih makanannya." Arin memberikan makanan yang dipesan Selda. Tatapan Arin beralih pada kedua pria yang sedang duduk bersama Selda.
"Siapa tuh?" bisik Arin setelah duduk disamping Selda.
"Ohh iya, hampir aja gue lupa ngenalin. Itu Vian dan Rizki. Vian, Ki, dia Arin sepupu gue."
"Halo Arin, ketemu lagi kita," goda Rizki.
Rizki mengedipkan sebelah matanya pada Arin, sedangkan Arin tidak terlalu menanggapi godaan Rizki. Dia hanya tersenyum dan mulai bergabung dengan candaan mereka.
.
.
.
Tbc.Holla teman-teman😘
Semoga tetap suka dengan karya-karya ku😊😊😊
Jangan pernah bosen, Okayy😉
Jangan lupa Follow juga untuk tau cerita-cerita lainnya😊
Trim's💕
@dewya_denk
KAMU SEDANG MEMBACA
ARIN
Teen Fiction"Bantu aku berdiri, Ajarkan aku berlari" ~Arindia Gadis itu tak pernah menyangka bahwa ia harus kehilangan seorang yang ia cinta untuk selamanya. Keterpurukan terus saja menggelayutinya. Hingga datang seseorang yang mampu mengusir rasa sedihnya. Mem...