Siomay

21 4 6
                                    

"Gak usah bayar ongkos, gue yang anter"
.
.
.

****

"Ra, kantin yok!" Kya menarik lenganku.

"Sok aja deh, duluan, gue nyusul" jawabku dan kembali menulis.

"Yakin lu sendiri, nulis apa sih?" Mukanya menatap apa yang aku tulis, reflek tanganku menutup buku itu.

"Gak elah, udah duluan aja" kudorong punggungnya agar menjauh.

"Huft! Syyy! Ikut dong, bareng" teriaknya, seketika membuatku menutup telianga.

Seseorang dipojok kelas terlihat oleh ujung mataku, sepertinya dia sedang memperhatikan, hanya kami berdua dikelas, entah apa yang membuatku malas pergi ke kantin.

Kursi didepanku bergerak menghadapku, seseorang itu duduk tepat didepanku.

"Ngapa sih lu, ga kek biasanya" orang itu berbicara tanpa ijin.

"Mang napa, b aja tuh" aku tetap fokus kedalam tulisan.

"Ga jajan?" Tanyanya, tapi tangannya bergerak menuju buku dan menariknya.

"RAIS!!! Kembaliin ga, awas aja lo kalo sampe baca, ga ikhlasss" aku berdiri berusaha menggapai buku dari tangan panjangnya.

"Gitu dong, dari tadi perasaan diem diem bae, duduk dulu" tangannya diturunkan, dan anehnya aku menurut dan segera duduk.

"Nih" kuambil buku itu segera.

"Kalo ada masalah, jangan sok pura pura biasa aja" telunjuknya memukul kepalaku dan berlalu pergi. Aku hanya termenung sesaat dan memikirkan perkataannya.

"Ngapa lu diem aja, ayok"

"Eh, kemana?" Aku tersadar dari lamunan.

"Kekantin lah, lu mau mati di pelajaran kimia?"

"Eh iya, mampus lupa ternyata kimia, tungguin gue!" Aku segera berdiri dan tidak lupa memasukkan buku itu kedalam tas dan pergi kekantin bersama Rais.

"Teraktir gue ya" bujukku.

"Dih, ogah"

"Lah lu mah, rumah gue jauh tau, banyak ongkos yang gue keluarin" berusaha mencari alasan.

"Jajanan lu ya punya elu, berarti bayar juga pake uang elu"

"Bodo lah"

"Ga usah bayar ongkos, gue yang anter" dia berbicara tepat ditelingaku dan berjalan melebihiku. Ku diam sejenak.

"Eh, apa lo bilang?"

"Hah? Kaga, ga ada"

****

Mataku mencari sosok cewek yang tadi dikelas mengajakku ke kantin. tidak diketahui keberadaannya.

"Ra! Ngapain diem mulu, sini duduk" mataku beralih pada seseorang yang melambaikan tangan kearahku.

"Oh, oke"

you'll know itTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang