PEMBANTAIAN KELUARGA MENUR ARYA

135K 2.1K 1.5K
                                    


"Ikutlah denganku akan ku jamu kalian karena sudah datang jauh-jauh untuk menemuiku"

Sugik menoleh melihat Sugeng yang mengangguk memberi gestur bahwa sebaiknya mereka tak menolak tawaran dari SOBO karena orang seperti beliau tak pernah mau mendengar kata tidak dari siapapun.

Sugik akhirnya mengangguk mengikuti setapak demi setapak jalan tempat SOBO sedang berjalan, rupanya di belakang gubuk reot itu terdat sebuah jalan yang mengarah semakin dalam melewati pohon-pohon tinggi yang terlihat muram, tanah yang mereka injak terasa lembab berwarna kehitaman serta beraroma sedikit busuk, bebauah yang membuat Sugik merasa tidak nyaman, beberapa kali dirinya harus menutup hidung saat mengikuti lelaki berperut buncit bernama SOBO itu yang entah kenapa bisa berajalan lebih cepat di bandingkan mereka yang jauh lebih muda.

"kau tadi dengar kan apa yang dia katakan" kata Sugik yang terdengar seperti berbisik,

"soal apa?" tanya Sugeng sembari berjalan menendang batu kerikil kecil yang di hadapannya.

"dia bilang mayat perempuan serta mayat laki-laki, kau pikir untuk apa dia menyimpannya di dalam kamarnya"

Sugeng hanya diam, ia tak mau menjawab pertanyaan Sugik, sesekali dirinya mendapati Sugeng melihat keatas, di mana terbantang pemandangan dari ranting-ranting pohon dengan dedaunan rimbun berwarna hijau tua, tak sedikitpun Sugeng tertarik dengan keingintahuan Sugik, bagi dirinya yang sudah lama menyaksikan hal-hal sinting seperti ini, ia hanya berusaha menyampaikan hal itu kepada Sugik bahwa terkadang keingintahuan itu bisa membunuh.

"kadang lebih baik bila kau tidak tahu apa yang mereka sembunyikan"

"apa" Sugik bertanya, tak mengerti maksud dari kalimat Sugeng.

Sugeng menghembuskan nafas panjang, kemudian berkata sekali lagi kepad Sugik agar ia lebih mengerti apa yang coba ia katakan kepadanya "orang-orang seperti mereka memiliki sesuatu yang tak ingin sembarang orang ketahui," Sugeng berhenti sejenak memandang tajam tepat ke dalam mata Sugik, "lebih baik menjadi anak polos yang tak tahu apa-apa tapi memiliki umur yang panjang daripada menjadi seekor kucing penguping, yang mana kita tidak pernah tahu kapan kepala kita di tabas, apa yang bisa di lakukan oleh orang seperti mereka kau tak akan ingin tahu lebih jauh"

"Geng, sebenarnya apa yang sedang kau rencakan dengan dia"

"semua orang pasti mencari jalan yang paling aman, hal itu yang ku lakukan selama ini untuk bertahan, sebentar lagi gik, sebentar lagi kau akan tahu apa yang selama ini ku sembunyikan"

Sugeng berjalan lebih cepat mengejar Sobo sementara Sugik kini diam termangu mencerna setiap kalimat Sugeng hingga tanpa sadar dirinya memandang punggung sahabatnya. ia seperti tak mengenali siapa Sugeng yang sudah ia anggap seperti saudaranya sendiri. Apa yang sebenarnya kau inginkan geng.

Sugik sempat melihat ke atas langit. Cuaca sedang Mendung. batin Sugik yang kini memandang dedaunan mulai berjatuhan, "malam ini hujan deras akan turun"

**
Siapa sangka di balik jalan setapak yang di penuhi pohon-pohon rindang tinggi tersembunyi sebuah rumah besar yang menyerupai sebuah Vila yang bersembunyi di antara kaki gunung. Tempat di mana tak sembarang orang pasti tahu. Sugik terlihat takjub, belum pernah ia melihat tempat seperti ini selain kediaman milik Kuncoro yang juga megah, namun di sini semua terasa berbeda, begitu asing, seakan tempat ini menunjukkan sisi lain dari kediaman milik Kuncoro.

Kediaman milik Kuncoro memiliki Abdi yang tersebar di segala penjuru, merawat setiap sisi tempat sementara kediaman milik SOBO memiliki sisi unik kebalikannya, di mana tak banyak abdi yang bisa Sugik temui, hal itu terlihat begitu mencolok membuat Sugik merasa bahwa SOBO mungkin juga memiliki sifat yang berlawanan dengan Arjo, dia terlihat lebih tenang juga lebih banyak memperhitungkan terasa dari pemilihan kosakata saat dia berbicara.

JANUR IRENGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang