Awal

16 2 1
                                    

TENG...
TENG...
TENG...

Bel sekolah berbunyi, memberi tanda bahwa upacara bendera di Senin pagi akan segera dimulai.

Terlihat semua siswa berlarian menuju halaman sekolah. Dengan atribut lengkap, seperti topi dan dasi. Mereka menyusun barisan sesuai dengan kelompok kelas mereka masing-masing.

Pagar sekolah sudah ditutup rapat oleh penjaga sekolah. Dan dijaga oleh seorang guru pengawas dengan membawa rotan berukuran kecil.

Sebuah motor yang dikendarai oleh seorang lelaki tua berhenti tepat didepan pagar sekolah. Dan turunlah seorang siswi dengan pakaian yang rapi.

"Ayah, aku terlambat" ucap siswi tersebut, kemudian mencium tangan Ayahnya.

Ini hari pertama sekolah. Mampuslah aku!!

Gumamnya dalam hati, dan sang Ayah berlalu setelah memberi semangat kepada putrinya.

"Permisi, Pak. Apa saya boleh masuk?"

Guru pengawas itu menatapnya tajam.

"Kelas berapa kamu?"

"Sa-saya kelas 10, Pak"

Suara siswi tersebut sedikit bergetar. Mungkin karena takut.

"Oh, siswi baru sudah berani nakal ya?"

"Pak, bukan begitu. Tadi ban motor Ayah saya bocor. Makanya saya terlambat" ucapnya sembari menggelengkan kepala.

"Hmm sudah berani menjawab kamu ya? Kamu berdiri saja diluar pagar sampai upacara selesai"

"Jadi saya nggak bisa masuk, Pak?"

"Kamu ini sudah terlambat tapi masih tidak tahu diri. Nggak bisa!"

Guru pengawas itu membalikkan badannya membelakangi siswi tersebut.

"Pak! Pak! Saya mohon, Pak!"

"Nggak bisa!"

Akhirnya siswi itu menyerah dan tetap berdiri diluar pagar sekolah. Cuaca panas membuatnya berkeringat, meskipun ia sudah memakai topi.

Tak lama berselang. Beberapa siswa turun dari angkot dan berjalan menuju pagar sekolah.

"Permisi, Pak! Boleh kami masuk?"

Dengan santainya, salah seorang dari siswa tersebut meminta izin untuk masuk. Dan beberapa siswa lainnya terlihat menahan tawa.

Guru pengawas tersebut membalikkan badannya dan melihat siswa-siswa yang baru saja datang ke sekolah.

"Dari mana saja kalian? Kalian tahu ini sudah jam berapa? Kenapa kalian terlambat?" nada suara guru tersebut terdengar sangat tinggi.

"Maaf, Pak. Kami ketinggalan angkot" jawab salah satu siswa tersebut.

"Alasan kalian saja. Kelas berapa kalian?"

"Kami siswa baru, Pak." jawab mereka kompak.

"Siswa baru sudah berani terlambat? Hebat sekali kalian semua."

"Namanya juga manusia, Pak. Pasti melakukan kesalahan."

"Menjawab kamu ya?" guru tersebut terlihat sangat geram.

"Kalian semua dihukum!!"

"Yah... Pak?" keluh semua siswa yang terlambat itu. Dan mereka membentuk barisan.

Salah satu siswa itu melihat siswi yang berdiri tak jauh dari mereka.

"Kamu terlambat juga?"

Gadis tersebut tidak menghiraukan ucapan siswa itu.

"Siswi baru juga ya?"

Tetap gadis itu diam tanpa mempedulikan ucapannya.

"Damar"

"Hah?" gadis tersebut terlihat bingung.

"Namaku Damar" ucapnya sembari tersenyum

"Oh.." balas gadis itu cuek

"Kamu tidak berniat untuk memperkenalkan namamu?"

Gadis itu tetap diam.

"Haloooo!"

Damar melambaikan tangannya di depan wajah gadis tersebut.

"Sudahlah! Kau ini." ucap siswa lain sambil menepuk pundak Damar.

"Kalian ini kenapa? Aku hanya mengajaknya berkenalan. Dia teman sekolah kita. Apa itu salah?"

Mendengar keributan didepan pagar, guru pengawas itu memarahi mereka.

"Hei kalian! Sudah terlambat, bermain-main pula. Tetap ikuti upacaranya!"

"Siap, Pak!" ucap mereka kompak.

Tapi Damar terus memperhatikan gadis tersebut. Entah apa yang ia pikirkan. Ia tersenyum sambil menggelengkan kepalanya.

*

Damar dan teman-temannya berjalan keluar dari pagar sekolah. Ia melihat siswi yang tadi pagi terlambat sekolah sama sepertinya. Gadis itu terlihat sedang menunggu seseorang. Damar pun menghampirinya.

"Hai!"

Gadis tersebut menoleh, melihat siapa yang menyapanya. Kemudian ia memalingkan wajahnya.

"Aku masih belum tahu siapa namamu"

Gadis itu tetap diam. Ia terus saja melihat kearah kanan, seperti memastikan orang yang ia tunggu.

Damar berusaha untuk melihat nama dibaju siswi tersebut tetapi tidak bisa.

"Oi Damar!" salah satu teman Damar memukul pundaknya. Memberi isyarat agar mereka segera pergi dari sekolah.

"Ah, iya. Kalian duluan saja."

"Baiklah!"

Teman-teman Damar pun pergi meninggalkannya.

Sebuah motor berhenti tepat didepan Damar dan gadis itu.

"Sekar, maaf Ayah terlambat. Kamu sudah lama ya nungguin Ayah?"

Gadis bernama Sekar tersebut bergegas naik ke atas motor dan memakai helm yang diberikan Ayahnya.

"Sekar?"

Tiba-tiba Damar memanggilnya.

Ayah Sekar tersenyum kepada Damar.

"Ayah, cepat!" ucap Sekar.

"Itu temanmu?" tanya Ayah.

"Tidak, Yah. Sekar nggak kenal. Ayo Ayah, kita pulang!" Sekar memalingkan wajahnya.

"Mari, Nak!" Ayah Sekar berpamitan kepada Damar, kemudian menjalankan motornya.

Sekar.

Gumam Damar, iapun tersenyum.

Cerita Tiga MaretTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang