Aku merindukan masa indah bersamamu. Andai, waktu bisa kuputar kembali. Aku tidak ingin hidup di masa sekarang ini.
***
Udara malam begitu dingin. Malika suka itu. Tidak ada bintang di atas langit sana. Menandakan akan turun rintik hujan. Biarlah hujan membasahi bumi. Biarlah hujan yang menjadi saksi ketika dirinya menangis akan kejadian masa lalunya.
Malika merindukan sosok ayahnya. Dimana waktu dia kecil, sebelum tidur pasti ayahnya selalu membacakan dongeng untuknya. Walaupun pekerjaannya sebagai pengabdi negara yang jarang pulang ke rumah, tetapi ayahnya adalah sosok yang menyayangi keluarga.
Malika menghela napas kasar. Lelah dengan hari ini. Tidak habis pikir dengan Lyora. Malika takut Lyora akan melakukan hal di luar dugaan kepada dirinya.
Apa dirinya begitu jahat, sehingga membuat Lyora begitu benci padanya.
Malika pikir tidak.
Tentang Malik yang kembali, membuat Malika ingin bercerita dengan sahabatnya kecilnya itu. Banyak kata-kata yang ingin dia utarakan kepada Malik. Tetapi bibirnya kelu dan rasanya canggung jika berhadapan dengan pemuda itu.
Waktu sudah menunjukkan pukul sepuluh malam, tetapi matanya sulit dipejamkan. Ketika akan beranjak dari tempatnya berdiri, Malika teringat surat pemberian Malik dulu. Tahun lalu Malika melaminating surat itu, agar tak rusak.
Tak beberapa lama, Malika menemukannya.
Dari Malik untuk Ara yang manis
Hai Ara
Aku minta maaf sudah meninggalkanmu tanpa memberi taumu dulu. Aku juga tidak tau ini mendadak. Ada masalah yang harus diselesaikan disana, kata ayahku. Semoga kamu bahagia. Jangan menjadi penakut, jadilah pemberani jika ada yang menertawakanmu. Aku akan selalu berdoa agar kita bisa bertemu kembali ....
Sahabatmu,
MalikMalika tersenyum ketika membaca surat yang di berikan Malik untuknya sepuluh tahun lalu. Masih kecil, tetapi sudah memiliki sifat bijak.
Itulah yang Malika sukai dari seorang Malik.
Di sana juga ada foto kebersamaan Malik dengan dirinya. Malika menyimpan semua itu dalam kotak. Jika sedang sedih, melihat semua itu saja sudah sedikit membuatnya terhibur.
"Malik sini foto sama aku," ajak Malika sambil menarik lengan Malik.
"Nggak ah, aku kan jelek," ucap Malik cemberut.
Malik tidak suka dirinya di potret, tapi Malika tetap memaksa.
Malika menyeret tangan Malik untuk mendekatinya, akhirnya Malik mau berfoto dengannya. Malika menjepret hampir lima belas kali, dia selalu berganti gaya, tetapi Malik? Dia hanya menunujukkan raut muka tanpa eskspresi.
Namanya juga terpaksa. Tapi lucu.
Senyum tipis muncul di bibir Malika. Di ambilnya salah satu foto, "Malik gue kangen sama lo."
Tak terasa foto itu menemaninya tertidur sampai ke alam mimpi.
****
Kelas Malika sedang menggerombol. Bukan karena sedang bergosip ria, melainkan guru Bahasa Indonesia menyuruh mereka untuk belajar kelompok. Kebetulan Malik dan Malika satu kelompok.
Setelah selesai berunding membahas soal yang di berikan oleh guru, mereka wajib mewakilkan anggota kelompoknya untuk presentasi.
Akhirnya dalam kelompok 4 yang beranggotakan Malika, Malik, Dinar, dan Dodi mendapuk Malik sebagai mederator dan Malika yang mempresentasikan hasil diskusi kelompok mereka.
Bagaimana dengan sisa keduanya?
Dinar dan Dodi hanya duduk manis di tempatnya. Menyebalkan.
Dalam presentasi ada kelompok lain yang menanggapi. Setelah presentasi selesai Malik dan Malika duduk di bangkunya. Kelompok mereka akan membenarkan jawaban yang di sarankan dari kelompok lain tadi.
"Em ... Malik tolong ambilin penghapus dong."
Ketika ingin mengambilnya dari tangan Malik, Malika tidak sengaja menyentuh tangannya. Membuat mereka saling adu pandang.
"Ara ...," beo Malik.
"Ara?"
"Eh maaf, nih penghapusnya."
"Ara siapa?"
"Lo mirip banget sama sahabat kecil gue."
Ternyata Malik nggak lupa sama gue? batin Malika.
"Emangnya dia dimana?"
"Dia jauh dari gue, mungkin gue nggak akan ketemu lagi sama dia," ucap Malik.
Malika yang mendengar terenyuh ingin mengatakan, 'Malik ini gue Ara sahabat kecil lo.'
Hal itu tidak bisa di lakukan oleh Malika. Memang hatinya sedikit tergores, tetapi inilah keputusannya. Dia harus bisa menanggung segala risiko yang akan terjadi.
****
Bel istirahat berbunyi. Malika dan Dinar segera ke kantin untuk mengisi perutnya yang sudsh berdemo.
Ada pemandangan yang mengusik hatinya. Malik dan Lyora sedang duduk bersama. Malika membuang muka saat melewati mereka.
Kini Malika yang harus memesan makanan, karena Dinar dan Malika sepakat untuk membeli makanan secara bergantian tetapi dengan uang sendiri-sendiri. Hal itu untuk tidak terlalu berdesakan dengan yang lain.
Setelah bergulat dengan siswa siswi yang juga ingin membeli bakso, akhirnya Malika mendapat apa yang diinginkannya.
Ketika akan menuju ke tempat sudah dikatakan Dinar, seseorang menabraknya begitu keras. Membuat kedua mangkuk bakso yang ada di tangannya jatuh ke lantai dan sontak para penghuni kantin memperhatikannya.
Malika menatap nanar dua mangkuk bakso yang jatuh ke lantai. Setelah itu beralih ke sang penabrak, ternyata ...
"Ups sorry nggak sengaja," ucap Lyora.
Malika tau bahwa yang di lakukan Lyora adalah sengaja, "Lo apaan sih, bakso gue jadi jatuh kan," ucapnya kesal.
Tangan Malika terasa panas karena terkena kuah bakso yang tadi sudah dia berikan sambal yang cukup banyak milik Dinar.
"Kalau lo benci sama gue, jangan umbar kebencian itu di banyak orang. Murahan tau nggak!" bentaknya.
Merasa rencananya berhasil, Lyora melanjutkan dramanya, "Gue kan udah bilang nggak sengaja."
Kemarahan Malika sudah tidak dapat dia kendalikan. Dia sudak muak dengan perilaku cewek di hadapannya ini. Gadis itu menarik rambut Lyora dengan paksa dan adu jambak pun terjadi.
Dinar langsung beranjak dari tempat duduknya untuk melerai pertengkaran keduanya. Tetapi dia telat ternyata ada seseorang yang baru saja melerainya.
Hati Dinar merasa lega.
Sesuatu di luar dugaan terjadi, orang itu menampar Malika di hadapan penghuni kantin.
Thank you♡.

KAMU SEDANG MEMBACA
Malik dan Malika (SEGERA TERBIT)
Teen FictionBagi Malik, Malika adalah kado terindah yang di berikan Tuhan kepadanya. Sedangkan bagi Malika, Malik adalah tembok besar pelindung baginya. Suatu ketika Tuhan merenggut kebahagiaan mereka. Perpisahan tidak membuat kisah mereka berujung. Semasa pu...