Teresa

5 0 0
                                    

"TERESAA!!"

Cewek berambut coklat lurus sebahu sedikit ikal di bagian bawahnya itu menoleh cepat. Ia terpaksa menoleh ke bawah saat dirinya sedang melakukan aksi nekat di atas pohon. Maya yang berdiri tak jauh dari pohon yang dipanjat  sahabatnya dengan tatapan heboh bersama dengan Febbi di sampingnya. Kedua wajah sahabatnya itu tampak meringis-ringis ketakutan.

"Teresa jangan gila lo. Turun!" titah Maya dibawah sana.

"Iya Re kalo sampai jatuh gimana? Lo gak mau mati muda kan?" timpal Febbi bersungut heboh.

"Gak mungkin kali Feb kalo patah tulang iyah. Kan nih pohon pendek gak mungkinlah sampai anak orang is dead"

"Didunia ini gak ada yang gak mungkin kok May. Buktinya ikan dilaut sama sayur di darat bisa kita lihat di pasar."

"Dih malah nyalur ke sana."

"Ya kan gue cuma ngasih tau biar lo ngerti secara gak langsung definisi takdir." ujar Febbi tak mau kalah.

"Capek yah gue ngomong sama lo." kata Maya memutar kedua bola matanya."Sama capeknya nungguin doi peka."

"Guys-guys." keduanya menoleh begitu mendengar suara itu. Tere menghembuskan napas jengah mendengar pertikaian kecil kedua sahabatnya itu.

"IH RE! LO BELUM TURUN JUGA? BETAH BANGET SIH CEPETAN TURUN BAHAYA."

"Dari tadi mbaknya kemana? Gue lagi berjuang setengah mati nolongin Mimin, lo berdua bukannya bantuin malah sibuk sendiri." omel Teresa masih berusaha menggapai si Mimin

Biar kalian tau saja si Mimin adalah seekor kucing. Kucing kesayangan Teresa yang membuat Teresa bahkan bisa melakukan apapun. Bahkan manjat pohon hanya demi si Mimin.

"Ya kita-kita bisa apa sih Re. Lagian ngapain si Mimin pakek manjat pohon segala." ucap Maya. Geleng-geleng kepala.

"Si Mimin lagi manjat buat dapetin kulkas May." balas Teresa asal.

"Putus dari Giraka bikin lo jadi orang gila kaya gini hah? Mau gue anterin ke RSJ gak?" Febbi malah menawari.

"Ayo Feb. Kita ke RSJ sekarang juga. Kali aja otak lo yang kegeser," ujar Maya disamping Febbi dan menarik lengan Febbi agar mau ikut dengannya.

"Haha bukan otaknya aja May. Tapi psikisnya juga," ujar Teresa melihat Febbi aneh.

"Lah gue kan nawarin Teresa ngapain malah gue yang diajak?" protes Febbi.

"Ya lo juga perlu diperiksa. Kali aja lo positif gila," ujar Maya membuat Febbi mengerutkan keningnya berkali-kali lipat.

Mengabaikan ocehan yang tidak akan pernah usai. Teresa lebih memilih mendekati Si Mimin perlahan-lahan walau rasa takut akan jatuh, tapi tak membuat Teresa nyerah begitu saja menjangkau kucing kesayangan yang berada diujung dahan.

Hap...

Satu gerakan cepat berhasil membuat Teresa mampu menggapai kucingnya. Dan kini tengah berada pada dekapannya.

"Ululu Mimin. Kamu ngapain sih harus manjat kesini segala, yah kalo lo kesini buat nyariin gue pacar gue mah ikhlas-ikhlas aja. Lah ini malah nyusahin. Bikin malu gue aja." obrolnya pada si kucing.

"Udah Re kalau mau ngobrol jangan disana mending turun dulu. Mau ngobrol milihnya di kafe lah ini di pohon. Gak elit banget lo." teriak Maya menyadarkan temannya yang malah masih sibuk duduk manjah diatas pohon.

Teresa menunduk takut dengan menggigit bibirnya pelan,
"Gimana caranya gue turun?" tanya Teresa kebingungan

Maya dan Febbi saling menepuk jidatnya pelan,"Lo bisa naik masak gak tau caranya turun sih." omel Febbi.

Teresa menggeleng-gelengkan kepalanya,"FEB SEARCH DI GOOGLE. GUE BARU NYADAR KALO GUE TAKUT KETINGGIAN." teriak Teresa

"Bukan temen gue." ujar Maya dan Febbi bersamaan

***

Mulmed : Teresa.

'Bukan CinderBelle'Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang