"AKSARAA!!"
Panggilan bernada berat khas yang sangat familiar di telinganya itu sontak membuat seorang cowok berseragam putih abu-abu berantakan dengan bandana yang terikat rapi di kepalanya menoleh sekilas. Dia berdiri di rooftof sekolah. Sebatang tembakau terselip manis di sela jarinya. Rahangnya yang tegas, selalu berdiri tegak. Menunjukkan kekuasaannya. Rambut hitam legam yang acak-acakan, habis terkena angin. Penampilan cowok itu selalu tertampang urakan, meski ia tengah berada di sekolah.
"Lo beneran nolak si Mona. Gak nyesel lo nolak cewek primadona dari sekolah kita?"
"Gak." balas Aksara padat, singkat dan jelas. Tanpa mau berbasa-basi.
"Aksara kalo ngomong sama gue gak bisa agak panjangan. Perlu gue ajarin kosakata sama lo."
"Males," kata Aksara."Lo kalo kesini mau ngomongin itu aja, sono mending lo balik."
"Bukan itu aja kalik. Ada panggilan kepala sekolah buat lo. Lo gak denger?"
"Denger." ucap Aksara kontan membuat api emosi tersulut dalam diri Bara. Cowok itu langsung berdiri sedikit mendekat ke arah Aksara.
"Kalo lo denger kenapa lo masih disini Aksara Aiden Atmaja." ucap Bara gemas pada sikap cuek satu temannya ini.
"Bokap."
Bara mengerlinding tak suka,"Emang yah lo prasasti hidup, irit banget kalo ngomong. Gue gak ngerti."
"Itu pasti suruhan bokap. Gue males ketemu dia." ucap Aksara menekan kata dia tanpa mau menyebut kata papa di kalimatnya.
"Temuin aja dulu, siapa tau penting Ak." bujuk Bara.
Hening. Aksara diam tak bergeming ia enggan untuk menjawab atau melakukan usulan Bara. Matanya terpejam erat menikmati terpaan angin yang menerpa wajahnya.
Bara berdecak."Ak? lo dengerin gue gak sih"
Mata Aksara terbuka bersamaan dengan kilatan emosi muncul di kedua matanya."Gue bukan boneka. Gue bukan mainan yang seenaknya mereka buang atau mereka ambil seenaknya. Gue gak mau ketemu dia."
Bara meringis takut melihat rahang Aksara mengeras. Menunjukkan ketidaksukaannya.
"Oke..Oke. Lo disini aja, gue gak mau maksa lo lagi, kalo lo belum siap ketemu bokap lo. Tapi satu pinta gue, berhenti ngerokok itu gak baik buat kesehatan lo Ak." ucap Bara lalu meninggalkan Aksara sendirian.
Setelah kepergian Bara, Aksara berdecih lirih.
Ia mengambil sebatang tembakau lagi dari bungkusnya lalu bangkit dan berjalan ke arah sofa yang memang sengaja ia letakkan.
****
Mulmed : Aksara
KAMU SEDANG MEMBACA
'Bukan CinderBelle'
Подростковая литератураIni bukan kisah dongeng tentang gadis malang yang merubah nasibnya ketika bertemu pangeran. Ini juga bukan kisah gadis yang merubah hidupnya karena bertemu ibu peri. Tapi ini kisah tentang Teresa Aurabella yang harus menjalani hidup seperti kisah...