note : cerita ini di publish ulang dari akun lama ku yya
"Darisini Semuanya Dimulai"
*****
"sayang... anakku hiks... " seorang wanita paruh baya yang masih terlihat sangat muda itu, menangis sambil mendekap seorang gadis muda berumur 14 tahun. Sedangkan si gadis hanya diam diberlakukan seperti itu.lalu datanglah seorang pria.
"Damia!"
"apa apaan ini?!"sambung pria itu.
"pa... ini putri kita pa, yang kita cari selama ini..." jawab wanita yang dipanggil Damia itu dengan posisi masih menangis.
"maaf tuan, nyonya, mungkin kalian salah orang, saya bukanlah putrid kalian" kini si gadis bersuara.
"TIDAK!!!" bentak Damia, lalu suaranya memelan "sayang kamu anak mama nak"
"maaf nyonya bukankah saya sudah menjelaskannya tadi kalau saya bukanlah anak nyonya" suara si gadis kini naik 1 oktaf.
"mana! dimana gembel sialan yang telah menukar anakku! Mana dia! mana gembel yang kau sebut orang tua?! Mana gem-"
"CUKUP NYONYA!!!"
"berhenti memanggil orang tuaku dengan sebutan gembel. Kami memang hidup miskin, tapi kami tidak mengaku akui ANAK ORANG LAIN." Setelah mengatakannya si gadis langsung pergi.
Damia pov's
Rasanya bagai dihujam beribu pisau. Sakit. Perih. Aku hanya berharap kalau ini hanya mimpi. Mimpi terburukku. Dihina anakku sendiri. Aku meyakininya kalau ia memanglah anakku, perasan seorang ibu tak pernah salah. Hidungnya persis seperti Devan.
Tapi apalah dayaku, aku hanya mampu berdebat dengan diriku sendiri. Dan apa katanya? Hidup miskin? Semenderita itukah dia?. Dan dipertemuan keduaku, aku membuatnya terlihat begitu sulit?
"pa... aku... aku mengacaukan semuanya... aku kehilangannya lagi" ucapku sambil menangis.
"tidak Damia,tenanglah, aku sudah menyuruh orangku untuk mengikutinya " terang Devan, suamiku. Setidaknya aku merasa lebih baik.
"kita akan mendapatkannya kembali. Secepatnya"
Author pov's
Matahari telah tenggelam untuk segera tidur. Tapi tidak untuknya. Ia masih diam duduk dipinggir kali dekat rumahnya. Memikirkan 2 orang yang ia sebut aneh. Tapi malah kepikiran.ia terus saja melempari kerikil kedalam kali. Sampai sampai ia tak sadar kalau ada yang memperhatikannya sedari tadi.
"dorr!!!"
"haa. BangSat!! Ngagetin ih" gerutunya.
"hahaha abisnya lo melamun aja, ada apa sih Na?"
"..."
"Diana." Panggil Bangsat penuh penekanan.
"oh ya, ada apa Bang?" kata Diana balik bertanya.
"malah balik nanya, lo ada masalah? Ayah lo minta duit lagi?" Tanya BangSat lagi.
"engga kok Bang"
"lagi pula kalaupun dia butuh duit dia gak bakal minta Bang, kan langsung main ambil aja. Duit gue, duit ayah juga kan."
"Na lo baik banget, lo bisa sesabar itu ngedepin ayah lo yang brutal itu? Heran gue."
"bang, ini anaknya loh, kalau bukan gue siapa lagi Bang, nenek juga udah ngga ada, harapan keluarga cuma gue Bang" air matanya pun mulai menetes kala ia mengingat sang nenek.
"sabar ya Na, jangan ditangisin, kasian nenek,"
"gue ngga nangis kok Bang, ini air mata bahagia, karena gue bisa kumpul sama ayah sama ibu, ngga kaya anak itu"
"anak itu? Anak itu siapa Na?"
" jadi tadi sore..." Diana menceritakan semua yang terjadi di café tempatnya bekerja. Dari seorang wanita yang diketahui bernama Damia, pengakuan itu, sampai ia pergi pulang dari café.
"Na, lo serius?" Tanya BangSat, yang sedari tadi hanya menyimak.
"iya Bang, gue serius banget. Muka mereka sih mirip banget sama aku. Apa lagi ibuknya itu. Tapi mana mungkin.." tampak perubahan raut wajah BangSat.
"eh, Na udah maghrib ni, pulang yuk nanti lo diculik wewe gombel maghrib maghrib main diluar rumah." Ajak BangSat sambil berdiri.
"iya iya gue juga takut kali diculik wewe gombel hehehe" jawab Diana sambil cengengesan.
"kuyy balik" sambungnya sambil berdiri dan berjalan meninggalkan BangSat.
Dan mereka berdua pulang sambil sesekali bergurau. Tapi, nampaknya Diana tidak menyadari perubahan dari raut wajah BangSat yang drastis. Mereka juga tetap diawasi oleh orang suruhan Devan,sampai Diana masuk kedalam sebuah kontrakkan.
*****
Tbc...
KAMU SEDANG MEMBACA
Home For Love
RomanceJika bisa aku meminta waktu untuk diulang kembali. aku ingin mengulang di masa kala aku tidak mengenal cinta. cinta untuk meninggalkan atau ditinggalkan. Dan memutuskan untuk tidak mengenalnya sama sekali. Karena aku tidak menemukan rumah untuk pula...