Jisoo turut menarik nafasnya dalam-dalam. Keringat membanjiri sekujur tubuhnya, dan jantungnya ikut berdegup sangat kencang. Entah mengapa, hatinya terasa sakit dan ia tidak pernah merasakan panik sampai seperti ini. Demi Tuhan, dalam hati pria ini terus mengucap doa agar semua proses menegangkan ini segera selesai dan penderitaan wanita ini bisa segera berakhir.“Jangan berteriak. Berteriak hanya akan membuat energi anda habis. Ayo berjuanglah sedikit lagi”
“Sedikit lagi, ayo Nyonya.. sedikit lagi. Tarik nafasmu dalam-dalam..”
“Sayang, ayo bersemangatlah. Sedikit lagi. Aku tahu kau wanita hebat.” Jisoo berbisik di telinga wanita ini, menimpali ucapan tim medis yang membantu persalinan Jennie hari ini. Wajah lelah dan sayunya terlihat begitu menderita, membuat Jisoo semakin ingin mengakhiri ini dengan cepat. Namun benar-benar tidak ada yang bisa ia lakukan saat ini selain memegang erat tangan Jennie dan mempercayakan semuanya kepada tim medis.
“Aaaaaaaaaaah..”
Bersamaan dengan teriakan kencang dari wanita ini, terdengar suara tangis bayi. Jisoo hanya bisa menatap takjub ketika salah seorang tim yang membantu persalinan mengambil bayi mungil yang nampak normal itu dari bawah tubuh Jennie. Jisoo mengalihkan pandangannya pada Jennie, wanita ini terlihat menitikkan air mata, memejamkan matanya sambil menarik nafasnya. Meskipun demikian, Jisoo bisa melihat senyuman kecil di bibir wanita yang sangat dicintainya itu. Anak kedua mereka baru saja lahir.
“Tuan dan Nyonya Kim, selamat. Bayi kalian perempuan.” Ucap wanita yang menggendong nyawa baru itu. Mendengar hal itu, Jennie membuka matanya, tersenyum ketika mengetahui Jisoo tengah menatapnya sambil tersenyum penuh haru. Ia merasakan sesuatu menggenggam tangannya makin erat.
“Kau hebat sekali, Jennie ah~ terima kasih karena telah melahirkannya dengan normal dan selamat”
“Terima kasih juga karena telah menemaniku menjalani saat-saat yang sangat berat.” Jennie menjawab lemah.
Jisoo tersenyum lagi, mengusap rambut istrinya. Ini adalah pertama kali baginya menemani Jennie dalam persalinan karena wanita itu yang meminta keberadaannya. Jennie juga menginginkan ibu kandungnya, namun mertua Jisoo itu tidak bisa hadir karena sedang berada di luar kota. Jadi Jisoo benar-benar meluangkan waktunya dan tidak pergi ke kantor dari kemarin pagi demi menemani persalinan istrinya. Beruntung, proses menegangkan itu berjalan lancar.
“Aigo Putriku, menggemaskan sekali pipmu seperti Mommy mu” Jisoo terlihat terharu menggendong anak keduanya untuk pertama kalinya.
6 bulan kemudian…
Jennie masih sibuk di dapur bersama dengan bibi Choi yang membantunya ketika akhirnya suara tangis terdengar dari lantai dua. Ya, sejak Jennie mengandung anak kedua Jisoo, pria itu akhirnya memutuskan untuk membeli rumah sendiri dan mengajak seorang pelayan untuk membantu mengurus rumah yang kini memang jauh lebih besar dari pada Apartement mereka dulu. Apalagi saat itu Jennie tengah mengandung dan ia juga harus mengurus Jayden yang masih kecil. Apartemen kecil tidak lagi layak untuk keluarga baru mereka, lagipula Jisoo memang sudah berencana dari lama untuk membeli sebuah rumah pribadi dan memboyong keluarga kecilnya untuk tinggal di sana. Rumah itupun berlokasi strategis, dekat dengan rumah orangtua Jennie dan juga orangtua Jisoo agar dua keluarga itu bisa dengan cepat menjangkau apabila mereka rindu pada Jayden cucu mereka.