BAB II - Matchmaking Party

25 4 2
                                    

Sherly POV

Aku mematung sejenak mencoba mencerna kata-kata yang baru saja keluar dari mulut Juan. Anak yang mencoba berkenalan denganku kemarin. Aku melirik kearah Kenny yang menatap padaku dengan tatapan yang tidak dapat kumengerti maksudnya. Aku melirik kearah Juan yang menunggu jawaban kaluar dari mulutku. "Emm. Maaf sepertinya Sabtu ini tidak bisa Juan." Kataku kemudian. Juan menunjukkan ekspresi kecewa sedangkan Kenny tersenyum puas mendengar jawabanku. Axel dan Gabby yang melihat drama di depan mereka hanya menahan kekehan mereka melihat ekspresi Juan dan Kenny bergantian. Aku heran kenapa Axel dan Gabby bisa sampai menahan tawa padahal menurutku tidak ada yang lucu dari hal ini.

Juan menatap ke arahku dan mencoba tersenyum menutupi kekecewaan yang terpancar diwajahnya. "Tidak apa. Bisa tau kenapa?" Kurasa ia ingin memastikan suatu hal yang aku juga kurang paham apa yang ingin dia pastikan.

"Mama dan papaku sedang tidak ada di rumah, jadi untuk beberapa waktu aku rasa tidak baik kalau keluar rumah." Ujarku dengan jujur.

Juan tersenyum kembali setelah mendengarkan jawaban dari ku sambil menganggukkan kepalanya beberapa kali. "Okey, kalau gitu setelah orang tuamu kembali bisa aku ajak jalan?" Tanyanya lagi tanpa putus asa.

Ia menjukkan wajah yang sangat berharap akan jawaban yang akan ku berikan. Tanpa pikir panjang aku menganggukkan kepalaku sambil memberikan senyuman padanya. "Okey" jawabku kemudian.

"Okay, kalau gitu kabarkan ya kapan bisa jalan." Ujar Juan dengan senyum menawannya. "Aku ada kelas. Duluan ya." Aku menganggukkan kepalaku tanda setuju. Ia tersenyum dan berlalu pergi menghampiri grombolan mahasiswa cowok yang menunggunya. Dan ketika kulihat banyak mata yang memandang kearah kumpulan kami terutama perempuan-perempuan yang menetap kagum pada Juan yang barusan berlalu dan juga satu orang lagi yang masih disini Kenny. Aku mengalihkan pandanganku pada Kenny yang menunjukkan wajah yang kesal, dan Gabby serta Axel yang mencoba menahan kekehan mereka.

***

Aku berbaring menatap langit-langit kamarku setelah mandi dan berganti pakaian. Membayangkan sebenarnya apa yang terjadi barusan di kampus.

Aku masih terheran kenapa Juan mengajakku untuk nge-date. Membayangkan bagaimana ekspresi yang dibuat olah Kenny setelah aku meng-oke kan tawaran Juan untuk pergi dengannya. Sebenarnya aku malas untuk meladeninya keluar. Hanya saja aku merasa kasihan setelah melihat wajah Juan yang sangat berharap akan jawabanku. Kenapa Kenny menunjukkan wajah tidak suka setelah aku mengatakan iya atas tawaran Juan? Apa Kenny menyukaiku? Pipiku terasa panas kembali terhadap angan-anganku sendiri.

Aku menggelengkan kepalaku berusaha menepiskan semua pikiran yang muncul dibenakku. Tapi memang dari dulu Kenny overprotective denganku ketika anak-anak cowok menggangguku di TK. Tapi sekarang sudah lain ceritanya, aku sudah bukannya dalam keadaan diganggu.

Tok. Tok. Tok. Segala lamunanku buyar ketika mendengarkan pintu kamarku diketuk, yang jelas oleh Kenny karena tidak ada orang selain aku dan Kenny di rumah ini. "Ya, masuk aja Ken." Ujarku masih membaringkan diriku di tempat tidur. Kenny masuk dengan wajahnya yang masih kesal dan mendatangiku. Ia duduk di samping tempat tidurku dengan tatapan kesal yang dia berikan berjam-jam kepadaku. Sejak di perjalanan pulang dia juga hanya diam saja. "Kenapa Ken?" Tanyaku memecahkan keheningan karena dia masih belum mengucapkan sepatah katapu padaku.

Dia mengangkatku sehingga terduduk, berjalan menuju gantungan handukku, dan berjalan kembali ke arahku megeringkan rambutku yang masih sedikit basah. Ia menggosok-gosokkan pelan handuk itu sehingga sedikit-demi sedikit air yang ada pada rambutku terserap oleh handuk itu.aku hanya terdiam dan wajahku memanas.

Crazy Little Thing Called You and MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang