From the moment I went through

246 50 5
                                    

Hitoka tidak pernah percaya pada kemampuannya sendiri. Bahkan sekalipun teman-teman sekelasnya selalu memuji kemampuan menggambarnya, Hitoka merasa ia tidak sehebat itu. Hitoka selalu berpikir kalau ia hanyalah manusia tower B yang tidak memiliki bakat atau kemampuan apapun.

Setidaknya itu yang dirasakan Hitoka sebelum ia memutuskan untuk menjadi manajer tim bola voli putra Karasuno. Sifat minder dan gugup Hitoka berkurang sedikit demi sedikit semenjak ia menggembalai tim yang terkenal aneh dan liar itu.

Walaupun sebenarnya Hitoka sendiri tidak yakin apakah perubahan sifatnya ini murni karena kemauan dari dirinya sendiri atau hanya karena pengaruh orang-orang di tim itu, tapi yang jelas, Hitoka mensyukuri keputusannya untuk tidak mundur saat Shimizu-senpai menawarinya.

Namun, bukan berarti sifat aslinya yang minder dan gugup itu hilang begitu saja. Tidak terhitung seberapa banyak Hitoka merasa ada atau tidak adanya dirinya bukanlah hal yang penting dalam tim ini; tidak terhitung pula Hitoka merasa dia tidak memberikan sumbangsih besar pada kemenangan tim. Pada dasarnya Hitoka memang minder dan gugup, sulit untuk menghilangkan sifat aslinya sekalipun ia sudah berusaha keras.

Hitoka tidak merasa dirinya spesial, yang ia lakukan hanya membuat poster donasi dan membantu Shimizu-senpai. Ia juga tidak pernah benar-benar berada di dalam pertandingan. Ia tidak duduk di bench karena hanya satu manajer yang diperbolehkan untuk duduk di sana dan Shimizu-senpai lah yang akan selalu menduduki tempat itu sampai seluruh anak kelas tiga lulus nanti.

Bukannya Hitoka iri dengan Shimizu-senpai. Justru sebaliknya, Hitoka sangat mengagumi Shimizu-senpai sampai ia berpikir kalau ia tidak cukup mampu untuk duduk di bench. Ia tidak cukup percaya diri untuk berada di tengah-tengah tim sebagai manajer seorang diri; ia tidak merasa yakin kalau ia akan berguna ketika saat-saat kritis dalam pertandingan.

Hingga sampai di akhir kelas satunya, para anak kelas tiga sudah lulus, tim pun hanya terdiri dari anak kelas dua dan anak kelas satu. Hitoka pun menjadi manajer satu-satunya dalam tim bola voli putra Karasuno.


...


Hitoka akui ia tidak punya kemampuan bersosialisasi yang baik. Ia adalah anak yang cenderung pendiam dan pasif. Teman-temannya semasa SD dan SMP hanya didominasi oleh perempuan. Jarang sekali ia bisa berteman akrab dengan anak laki-laki yang sifatnya cenderung keras dan bersemangat. Selain karena kemampuan bersosialisasinya tidak cukup baik, sifat penakut dan prasangka Hitoka sering kali menggila setiap kali ada laki-laki yang datang mendekat padanya.

Awalnya, berada di klub voli terasa menyulitkan bagi Hitoka. Anggota klub yang didominasi oleh pria tinggi dan besar itu sering kali membuat Hitoka takut dan gugup. Apapun yang ingin ia keluarkan selalu tertahan di ujung tenggorokan; apapun yang ingin ia lakukan selalu berakhir kaku karena takut akan dianggap salah. Rasanya sangat tidak memungkinkan bagi dirinya untuk bisa bertahan di klub dalam waktu yang lama.

Namun, setidaknya perasaan itu hanya bertahan sebentar. Kemampuan Hinata dalam bersosialisasi membuat Hitoka menjadi nyaman berada di klub. Terlebih, semenjak kejadian Hinata dan Kageyama bertengkar pada pertengahan musim panas kelas satu mereka, Hitoka merasa sedikit santai ketika berada di lingkungan klub.

Kejadian itu memang sedikit menakutkan bagi Hitoka, tapi ada satu hal yang berubah setelah kejadian itu. Hinata dan Kageyama menjadi lebih dekat dengannya. Tidak jarang kedua duo kombi aneh itu mengajaknya bicara atau bercanda; tidak jarang pula kedua orang itu meminta tolong Hitoka untuk membantu mereka latihan.

Kejadian di pertengahan musim panas itu memang menakutkan; Hitoka tidak ingin mengalaminya lagi, tapi kejadian itu sangat berarti bagi mereka bertiga. Mereka menjadi percaya satu sama lain setelah kejadian itu terjadi.

The Picture that Capture usTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang