Be With You | Part - 1

2 0 0
                                    

Hargai penulis! ^.^
Happy Reading!! 😜


"Kapan kita jalan?, sekarang kamu udah enggak ada waktu lagi buat aku!, aku ini pacarmu apa bukan sih?!". Desis Raka sebal, kedua matanya menyipit menatap Bella sinis.

Yang ditatap hanya diam menunduk dan memilih memainkan jari jari diatas pangkuannya.

"Kamu dengar aku enggak sih Bell?!". Lanjutnya dengan nada berbisik dan menatap tajam kearah Bella.

Lagi lagi Bella hanya diam dan menunduk. Dia tidak mau menatap wajah siRaka. Dia takut.

Raka menghela nafas panjang, berusaha meredamkan emosinya yang sudah diujung tanduk. Raka tidak mau emosinya meledak didepan Bella.

Perlahan dia meraih telapak tangan Bella, mengenggamnya erat, lalu dibawa kearah bibirnya. Dikecupnya lembut punggung tangan Bella.

Reflek Bella menatap tangan kanannya yang sekarang sedang diusap pelan oleh Raka. Bella mendongak menatap wajah tampan Raka, lalu mata bulat Bella berkaca kaca. Bella merasa dirinya terlalu jahat karena sudah menyakiti hati tulus Raka, Bella merasa sudah tidak pantas lagi menjadi kekasihnya.

"Eh, jangan nangis... i-iya iya, aku minta maaf yah, udah bikin kamu nangis kayak gini!... udah jangan nangis.. ". Ujar Raka merasa bersalah. Diusapnya pelan pipi cubby Bella yang sudah dibanjiri air mata.

Bella semakin menangis mendengar setiap kalimat yang keluar dari bibir Raka. Seharusnya Bella yang minta maaf kepada Raka, bukan Raka.

Raka terkejut bukan main, bukannya menenangkan Bella yang menangis, tapi menambah Bella menangis kejer. Raka menggaruk tengkuknya yang tidak gatal lalu dia berfikir, apa perkataannya tadi terlalu ajaib sehingga menambah tangis Bella?.

"Aduh, kok tambah mewek gini sih Bell?, kamu tahu kan.. kalau aku enggak suka ngelihat kamu nangis?!". Diusapnya kembali pipi cubby Bella.

"Hiks!, Rakaa... aku yang minta maaf, k-karena.. karena--".

"Husssttt....". Jari telunjuknya menyentuh bibir Bella.

"Udah... sekarang kita masuk kelas, bentar lagi bell masuk nih..!". Lanjut Raka lalu berdiri dari kursi yang terbuat dari kayu, dibelakang sekolah.

"Tapi--"

"Kalau sampai kita telat masuk kelas, aku ngambek tujuh hari tujuh malam sama kamu.. mau?". Dengan cepat Bella menggeleng polos, Raka tersenyum gemas melihatnya. Tanpa sadar tangannya mengacak rambut Bella.

                           

"Gimana bro, nanti sore lu ikut enggak?, butuh kepastian nich!?". Bisik Daniel kepada Raka yang sedang duduk anteng disampingnya, menatap papan tulis yang sudah dipenuhi angka angka keramat milik Pak Kumis tebal.

"Gua... enggak jadi ikut kayaknya..". Jawab Raka berbisik tanpa menoleh kearah Daniel.

"Kenapa?, karena pacar lu enggak ikutan!"

Raka hanya diam, tidak menjawab ucapan Daniel. Raka tidak mau membahas soal itu lagi.

"Ck, santuy bro... kayak dipantai-- jangan tegang gitu!, lu harus tetap ikutan!, kalo enggak ada lu, enggak seru men..!". Daniel menepuk bahu Raka pelan, tapi langsung ditepis oleh Raka.

"Enggak mau jadi obat nyamuk... lu sama Angga--kan, bawa doi.. masa gua enggak!, enggak mau ikutan gua!". Gerutu Raka tidak suka, tetap menghadap kedepan, tidak ada niatan untuk menoleh.

Daniel tersenyum kecut, membayangkan kejadian kemarin lalu, ketika dirinya menemani Raka untuk bertemu dengan Bella, serasa Dunia milik Raka dan Bella, Daniel hanya menjadi penonton seperti difilm-film drakor.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 27, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

BE With YOUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang