Sesingkat Itu Rasanya

16 3 0
                                    

"Raina!" terdengar suara samar-samar dari arah belakangku. Sudah pasti itu teman kelasku, Dayra Amalia.

Dayra Amalia, cewek tinggi sekaligus atlet basket di sekolahku. Karena perawakannya yang tinggi, banyak sekali para cowok yang patuh akan perintahnya. Sekalipun itu ketua OSIS!

"RAIN...!" suaranya semakin mendekat.

Aku yang sedang berjalan menuju kantin. Sontak kaget, saat suatu tangan berhasil menarikku kearah belakang. Yang alhasil, aku berputar 180 derajat menuju kemana arah tangan yang menarikku itu.

"Rain! Hah...hah...Gawat...gawat!" dengan suara yang terengah-engah. Siapa lagi jika bukan Dayra, yang entah sejak kapan kedua tangannya menggoyangkan badanku.

"Kenapa si, Ra?" tanyaku sedikit penasaran. Karena nyatanya, sekarang ia malah jongkok didepan dimana aku berdiri.

"Itu...hah...lu tau kan anak sebelah yang juga ikut ekskul seni illustrasi? Dia berantem...hah...berantem sama Raka ketua basket gue! Hah...hah...." Dayra mulai menjelaskan. Meskipun, suaranya masih terengah-engah dan kurang jelas, aku sedikit kaget dengan perkataan itu.

"Terus gue harus ngapain? Emang itu urusan gue?" jawabku acuh tak acuh. Karena pasalnya memang itu bukan urusanku. Toh, yang berantem mereka, yang babak belur juga mereka.

"Masalahnyaaaa...." tangan putih Dayra mulai memegang bahu lebarku.

"Apa?" tanyaku semakin penasaran. Karena ia malah menggantungkan perkataanya.

"Hah... Masalahnya mereka ngerebutin lu, Rain!" mendengar itu, aku langsung lari kearah lapang basket. Dayra langsung mengejarku dan kembali menarik tanganku.

"Mau kemana?" tanyanya.

"Mereka ngerebutin gue, gue harus kesana! Kalo ga bisa makin ribut." jawabku. Lalu melepaskan genggaman dari tangan putih Dayra. Mau tidak mau, Dayra harus mengikutiku pergi ke lapangan basket sekolah.

Sebenarnya apa yang mereka lakukan? Berkelahi karena atas namaku?

Sesampainya di sana aku pun langsung menghampiri kedua remaja tersebut. Sontak semua siswa-siswi di sana saling bersorak.

"STOP...!" teriakku sambil tergesah-gesah.

"Ish(plak)...ish(plak)..." gumamku yang sedang memukul lengan dari kedua lelaki tersebut.

"Udah gila ya? Hah?" lanjutku.

"Aww....sakit tau!" ucap mereka berdua.

"Ngapain sih? Ngapain? Kalo berantem, berantem aja. Jangan ngelibatin nama gua juga dong!" ucapku mulai kesal.

"Gini aja! Rain pilih aku atau Puma?" tanya salah satu dari mereka. Raka Mahesa Alfarizky (Ketua basket SMA Pelita Jaya)

”Pokoknya gue ga milih siapa-siapa dari kalian! Mau gue, cuma mau kalian semua bubar dari sini!" balasku sambil menunjukan jari telunjukku kearah mereka berdua.

"Rain,..." ucap dari salah satu mereka berdua. Namun, dengan suara sedikit memelas. Kali ini bukan Raka, tapi Puma.

Puma, teman seangkatan ekskul ku. Entah kenapa, saat dia mengatakan itu. Aku sedikit merasa luluh(?). Entah apa alasannya, tapi aku malah menatap matanya. Menatap matanya yang berwarna coklat indah dan sayu. Siapapun yang melihatnya akan terpesona.

"Rain, kita disini ga bakalan berantem kok! Tapi, disini Rain yang wajib nentuin. Apa yang harus kita lakuin, biar salah satu dari kita bisa jagain, Rain!" lanjutnya dengan suara lembut.

"Gue ga ngerti maksud lu pada apaan! Tapi, oke... Kalo gitu gue tantang lu berdua buat gambar muka gue. Semirip mungkin! Besok, pulang sekolah gue tunggu disini. Dan, siapa yang paling mirip, juga bikin gue luluh sama karya diantara kalian. Itu yang akan jagain gue(?)" ucapku sambil berharap mereka menolak perintah aneh dariku.

Kenapa aku memilih itu? Karena, Raka(Ketua Basket) mungkin 100 persen tidak akan bisa melakukan itu. Dilihat dari gerakannya saja, sudah mulai bingung. Tapi, harapan pasti ada di Puma. Jelas ia mengikuti ekskul yang aku ikuti. Tapi, beberapa hari lalu aku sempat melihat karyanya. Dan menurutku itu sedikit, a-ma-tir. Jadi, aku yakin mereka akan menolaknya.

"Oke, kita siap!" ucap mereka bersamaan. Yang sontak benar-benar tidak bisa dipercaya. Ekspektasi ku meleset 180 derajat.

"Oke, tapi inget ya. Ga boleh ada yang suruh bikinin ke siapa pun! Harus karya sendiri!" ucapku sedikit kecewa.

Akhirnya, semua yang ada di lapang ataupun yang sedang menonton di lantai atas. Bubar ke kelasnya masing-masing. Menanti hari esok, yang entah akan mengejutkan seperti apa.

𖦹
𖦹
𖦹
𖦹

Hari pun telah berakhir. Hari ini, hari di mana mereka berdua (Puma dan Raka). Memberikan hasil karyanya padaku.

"Gila sih lu, Rain! Lu yakin mau milih diantara mereka berdua? Kenal mereka aja kaga." ucap Dayra dengan tidak yakin.

"Yakin, sekali yakin harus yakin!" balasku.

Gila tuh anak! - Dayra

.
.
.

"Oke, mana gambaran kalian? Kalo dua-duanya ga sesuai harapan gue. Semua ini bakalan gugur. Dan, diantara kalian berdua ga akan ada yang gue pilih!" ucap gue diantara mereka berdua.

"Apapun itu, Puma bakal berusaha buat milikin Rain!" sontak mendengar itu semua murid bersorak ria.

”Terserah, intinya gue ga peduli! Mana cepetan?" ucapku berusaha sedingin mungkin bersikap kepada mereka berdua.





































Bersambung....







Oke semua! Maaf kurang lebihnya. Kalo ada saran komen aja di bawah:)
Jangan lupa tinggalkan jejak dengan cara
(Vote,komen, juga share ya)

See youuu🐰

-salam dari clinomania 🌃



Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 11, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

PUMA | by _sbhxxxiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang