Bab 2 : Raker

27 5 14
                                    

DISCLAIMER⚠️
Typo bertebaran!!

......

"Ibu..... Kenapa gak bangunin Hana?" teriakan pagi terdengar dari penjuru kamar Hana. Dengan tergesa-gesa, ia segera mengambil handuk dan melesat untuk pergi ke kamar mandi.

Sedang di ruang makan, Kak Irene masih sibuk mengunyah sebongkah roti. Risih melihat kelakukan adiknya, ia terus saja berceletuk geram kepada Hana.

"Cepetan mandinya. Telat tau rasa lo!"

"Lagian ibu gak tau kalo hari ini kamu ke sekolah," sambung Hani, Ibu Hana.

"Makanya anak gadis bangun pagi, jangan ngebo mulu!"

Hanya butuh beberapa menit, Hana sudah bisa keluar dari kamar mandi. Ia mengusap-usap rambutnya dengan handuk, lalu berjalan menuju meja makan.

"Hana lupa gak bilang sama Ibu. Lagian Kak Irene juga gitu kan Bu dulu. Malah lebih parah ngebonya," protes Hana sambil mengambil secentong nasi goreng.

"Gue ngebo karena malemnya produktif, gak kaya elo." Balas Irene tak terima.

"Udah ah, masih pagi juga." Hani melerai keduanya. "Oh iya Han, tadi pagi Renjun ke sini, bawa kardus yang isinya tumpukan kertas. Tadi ibu simpen di pojok deket tv. Nanti kamu rapihin ya.",

Mendengar perkataan ibunya membuat Hana terhenti dari aktivitas makannya. Dengan nasi yang masih dimulut, ia beranjak untuk memeriksanya.

Benar saja, tumpukan berkas itu diantarkan Renjun ke rumahnya. Hal ini membuat Hana menghela napas panjang, merasa heran atas kelakuan Renjun padanya.

"Ck, yang bener aja tuh anak. Kamar gue kan sempit, hikss." Hana meraut dongkol. Lalu merengek seperti anak kecil.

"Kenapa sih harus di rumah gue hah? Renjuuuun" teriak Hana kesal.

***

Di sekolah, sudah ada Haechan dan Tami yang pertama datang. Mereka memang sengaja datang lebih awal, karena mengingat ada beberapa dokumen yang harus Tami cetak.

Ditemani Haechan, Tami meminjam printer sekolah. Walau ini hari libur, namun masih ada beberapa TU yang tetap hadir di sekolah.

"Chan, lo yang minta ijin ya?" pinta Tami berbisik.

Lalu sesaat, Haechan melihat ke dalam ruang TU melalui kaca.

"Aman, gak ada dia kok." ucap Haechan yakin.

"Beneran?" tanya Tami sekali lagi.

"Iya, bener deh."

Lalu, Tami mulai memberanikan diri untuk mengetuk pintu.

Tok tok tok...

"Assalamu'alaikum."

Sesaat tak ada respon. Namun tak disangka, sosok perempuan bergincu merah kini tepat di hadapannya, dengan membawa segelas kopi yang
aromanya kini sudah tercium oleh seisi ruangan.

"Wa'alaikumssalam. Ngapain Neng? libur kok masih ada di sekolah?"

Sial, itu yang kini ada dipikiran Tami. Masih pagi, ia sudah disambut oleh TU berperangai super jutek itu.

Haechan yang dibelakangnya, kini melangkah mundur. Ia memutuskan untuk tetap menunggu di luar.

"Oh ini bu, pramuka mau ngadain raker. Kebetulan ada beberapa dokumen yang harus di-print. Jadi, saya mau ikut nge-print di sini. Boleh kan bu?" rasanya Tami merasakan sensasi yang amat menyeramkan baginya. Melebihi perasaan menghadapi ratu medusa; begiru killer baginya.

AMBALAN (Huang Renjun ft. 00L)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang