Surat Imron

5.2K 29 0
                                    

ASRAMAKU ASMARAKU

Aku Imron, teman Robby. Aku menulis email ini karena temanku
Robby. Sebelum aku sampai pada maksudku ada baiknya kujelaskan
latar belakangku.

Nama lengkapku David Palangkay asli Menado. Imron pemberian
nama dari teman-teman seasrama. Nama itu untuk membedakan
dengan David dari Kendari, David Situmorang, dan David yang
akhirnya mendapat panggilan Tokek. Lebih baik Imron daripada
dipanggil Palang atau Kayu. Menurut mereka wajahku mirip
Imron, orang Pemalang yang baru saja lulus dan meninggalkan
asrama. Kulitku putih dan tinggiku 180 dengan badan cukup
besar dan kencang. Semula memang aku ingin masuk militer
tetapi dua kali ujian tidak lulus. Kalian tahu bagian mana?
Ya tepat, itu ujian saat seorang tentara diperiksa duburnya.
Ah sudahlah! Gagal di situ aku masuk sekolah guru pendidikan
jasmani sekarang ini.

Semenjak aku masuk, seperti mahasiswa luar pulau pada umumnya, memilih tinggal di asrama. Senior sedaerah terakhir baru saja lulus ketika aku masuk. Untung ada Dicky seorang mahasiswa teknik
seangkatanku. Kami langsung akrab dan tidak lama kami memulai
hubungan kami sebagai sesama jenis. Tentu saja ini tidak kami beritahukan
kepada siapapun hingga kami menemukan seorang yang punya perilaku seperti kami, Robby.

Aku dan Dicky awalnya ragu dengan Robby. Hal itu terbukti ketika kami
gagal dengan proyek kami. Pernah aku sengaja tidak menutup kamar
mandi waktu kencing. Kupelorotkan celanaku hingga ke paha. Saat itu
Robby hendak mandi namun entah tidak tahu dia sama sekali tak terpengaruh.
Si Dicky juga pernah mendekati dengan cara merangkul tapi reaksinya tidak seperti yang kami inginkan. Harapan muncul waktu kami makan siang di kantin.
Kami tambah akrab dan aku merasa, ah.. bisa juga nih!

Malamnya kami tidur bersama. Dicky punya usaha paling keras dengan
meminjam satu majalah gay pada Salon kenalannya. Kami mungkin akan berhasil waktu itu andai saja aku bisa meredam nafsu sedikit saja. Tapi aku tak tahan waktu Dicky membuka celana dan memamerkan kontol ngacengnya itu. Baunya, hangatnya membuatku ingin merasakannya. Hingga terjadilah
cerita seperti yang pernah kalian baca di blog.

Kami berdua kecewa sekali karena Robby hanya memandangi dan tidak ikut.
Bagiku ada rasa puas tersendiri dipandangi saat kami sedang bermesra tetapi tujuan kami Robby ikut. Setelah kejadian itu Robby jadi menghindar dari kami. Baik di kampus maupun di asrama.

Belum lagi beberapa teman di blog menyalahkan Robby atas ketidaksiapan Robby. Seharusnya ikut threesome saja. Ada teman juga kirim imel menolol - tololkan Robby karena cuma bengong. Bahkan lebih keras lagi ada yang mencaci-maki mengatakan kalau dia munafik dsb dsb. Dua info terakhir aku tahu karena Robby sendiri yang foward imel-imel itu ke imelku.

Aku mau kasih masukan buat teman-teman. Jangan kalian menimpakan semua ke Robby, kasihan! Coba kalau itu juga pertama kali buat kalian.
Pikirkan perasaannya. Shock yang dia alami. Lebih baik kalau kalian
memberikan solusi supaya Robby bisa kembali akrab dengan aku dan Dicky.
Siapa tahu aku bisa membuat cerita yang sama serunya dengan cerita-cerita Robby.

Sebagai penutup himbauanku, aku mau cerita pengalaman pertamaku waktu SMA. Mirip dengan yang Robby alami tapi berbeda tempat dan waktu kejadian.

Semasa SMU aku tumbuh sebagai remaja ganteng. Tidak kalah dengan Hengky Kurniawan yang sedang naik daun dengan film 'Buruan Cium Gue' kala itu. Badanku belum sebesar sekarang karena masa pertumbuhan. Kisah pertamaku adalah dengan
Tyo. Dia anak blasteran Swedia-Jawa. Di Menado dia hidup dengan ibunya saja.
Ayahnya menurut desas-desus meninggalkan ibunya semenjak dia masih dikandung.

Sekali waktu aku main ke Tyo dan aku menemukan majalah porno straigth.
Itu pertama kali aku melihat benar-benar majalah porno dan bukan seperti Popular, Playboy Indonesia, atau koran merah yang sedang digugat sekelompok
orang. Kontolku langsung tegang habis, sampai sakit rasanya. Aku bingung karena wajahku memerah menahan birahi. Ini ruginya punya kulit putih.

Tyo cuma senyum-senyum melihatku.

"Tegang Vid?" tangan Tyo mengarah ke selakanganku tapi tangkas kumenepis.

Tyo menghela nafas dan menurutnya wajahku kelihatan serius
sekali waktu itu. Ya, ada rasa takut dosa, ada rasa ingin tahu,
ada nikmat, ada malu, semua bertarung di dalam pikiranku.

Tiba-tiba saja Tyo membuka kaus singletnya. Lalu celana panjang SMUnya dan ya... celana dalam. Kontolnya terpelangting.
Tegang dan besar sekali menurutku. Ini juga pertama kali aku melihat sebayaku telanjang setelah melalui bertahun-tahun masa puber. Pangkal kontol Tyo tumbuh rambut keriting yang lebat berwarna hitam. Tubuhnya proporsional dan bagus sekali.
Tidak seperti aku yang kurus dan jangkung waktu itu.

Tyo mendekat duduk di sebelahku di atas kasurnya. Dia ikut memandangi majalah itu bersamaku. Sesekali dia menunjuk bagian majalah dan mengomentarinya. Tanganku jadi dingin dan gemetar. Ada sekali waktu Tyo mengocok kontol tapi tidak sampai keluar. Itu juga saat pertama aku mengenal namanya onani.

Tanpa kusadari tangan kanan Tyo sudah di atas pahaku dan sikunya sudah menyentuh kontolku. Rasanya nikmat sehingga kubiarkan.

"Enak Vid?" tanya Tyo sambil tersenyum.

Aku hanya membalas dengan senyuman aneh. Ini juga kata Tyo karena aku tidak ingat reaksiku.

"Onani bareng yuk..." ajak Tyo.

Akupun mulai membiarkan tangan Tyo membuka busanaku satu persatu. Akupun membiarkan saat Tyo memelorotkan celana dalamku. Tak lama aku merasakan memeluk seseorang dalam keadaan bugil. Tapi tak tahu selanjutnya harus bagaimana.

Entah dari mana tiba-tiba saja aku dikecam rasa takut dan bersalah.
Aku bangun dan kembali mengenakan pakaian. Aku ambil semua barangku dan pergi meninggalkan Tyo dan majalah pornonya. Ada rasa benci dan malu tapi ingin kepada Tyo.

Semenjak itu aku banyak melamun. Aku mulai melakukan onani
dengan fantasi lembar-lembar gambar yang tidak bisa menghilang
dari otakku. Perasaanku kacau dan aku tidak bisa konsentrasi belajar. Entah rasa apa namanya aku tidak tahu. Aku menjauh dari teman-teman pria terutama Tyo. Rasa dan pikiran kotor itu berkurang kalau aku lelah joging atau berenang. Sejak itulah aku jadi suka olah raga.

Olah raga mengembalikan konsentrasi belajarku. Malam-malamku tidak terganggu lagi dengan bayang-bayang lelaki dan perempuan yang bersanggama. Aku juga tidak terganggu lagi dengan
bayangan tubuh telanjang Tyo.

Terkadang ada rasa rindu untuk menemui Tyo. Semua itu tidak
kesampaian hingga Tyo pindah ke Jakarta dua bulan kemudian.
Akupun tidak tahu alamatnya hingga sekarang. Hingga akhirnya aku
bertemu dengan Kak Amat, orang jawa-arab yang membobol pertahananku dan menyebankan aku gagal masuk tentara. Oh ya kalau kalian berminat nanti aku suruh Robby menceritakannya buat kalian.
Kirim permintaan kalian ke imel Robby saja (onani17kl@yahoo.com).

Begitu ceritaku yang juga mengalami rasa gundah setelah momen pertama. Aku pun mengerti apa yang Robby rasa. Melalui imel aku sudah menceritakan beberapa pengalamanku. Robby pun sudah
terbuka dan menyadari perasaannya. Ini juga alasanku menulis imel ini untuk meminta dukungan dari kalian semua. Mungkin kalian bisa menceritakan pada Robby pengalaman pertama kalian dan
bagaimana cara kalian memecahkan rasa kacau yang kalian pernah alami. Perlahan tapi pasti semua pasti menjadi lebih baik.

Salam,

IMRON

NB. Panggil saja aku Imron!

Dicopypaste langsung dari E mail Imron

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 11, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

ASMARA DI ASRAMATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang