🍃
Terlihat seorang wanita yang tak henti bergilir memandang jam yang melingkar ditangannya dan pintu masuk restoran.
Menunggu seseorang yang biasanya selalu membuatnya berdebar dan bahagia,tapi kali ini semua terasa berbeda. Yang terasa hanya rasa pedih dan sedih yang kian mencekik.
Senyumnya semakin pilu saat menyentuh cincin yang sudah 5 tahun ini menghias dijari manisnya.
Hingga dorongan kursi mengalihkan pandangannya, mata mereka bersibobrok dengan pancaran makna yang berbeda.
"Nai"
Naila hanya tersenyum saat tangannya digenggam laki-laki yang menyandang gelar kekasihnya selama 10 tahun ini.
Sedikit cerita awal kisah mereka yang dipertemukan saat ospek untuk pertama kali dikampus swasta kota ini.
Pertemuan yang sering terjadi membuat mereka memutuskan untuk menjalin cinta hingga saat ini.
"Rei, aku_" Naila menghela nafas panjang sambil melepaskan cincin itu dari jari manisnya "Maaf, kita akhiri semuanya ya"
Rei memandang Naila tak percaya.
Dia harap Naila hanya sedang mengerjainya, mengatakan semua ini dan setelah berhasil membuatnya kaget Naila akan memberikan pelukan dan berkata"Surprise".
Hanya itu inginnya saat ini, hingga suara kursi tergeser dan membawa Naila keluar dia masih tidak mampu mencerna apa yang barusan terjadi.Saat kesadarannya terenggut Rei memandang miris cincin yang 5 tahun lalu dipasangkannya dengan perasaan membucah dijari manis Naila.
Bergerak cepat Rei segera menyusul Naila keluar."Aku anter Nai" Rei memandang penuh permohonan saat menatap Naila yang ingin menolak ajakannya.
"Tapi_"
"Aku belum jawab Nai, saat ini kamu masih kekasihku"
"Rei"
"Masuk Nai! "
Naila menurut dan masuk kedalam mobil Rei dengan patuh.
Suasana didalam mobil hanya hening.Mereka terlalu larut dalam pikiran masing-masing.
Masih memikirkan kenapa hanya jalan ini yang bisa mereka pilih.
Ah.. Mereka memang tidak punya pilihan bukan.
Sejak awal ini memang salah, mereka hanya terlalu keras kepala dan menganggap ini bisa mereka atasi sejalan berlalunya waktu.Hingga mereka sampai pada pilihan yang harus mematahkan hati sampai begini.
Mereka hanya menunda sebuah perpisahan dengan kedok akan tiba waktunya saja."Ibadah dulu Nai? "
Rei memberhentikan mobilnya ketempat ibadah, mereka berdua keluar dengan hati yang memohon kepada sang pencipta.
Ingin mengeluhkan rasa sakit yang saat ini bercokol dihati.
Memohon kekuatan untuk terus bertahan.Rei menuju gereja.
Naila menuju masjid.Ya.. Keadaan yang memaksa mereka untuk berhenti.
Bukan manusia yang mereka lawan, melainkan Tuhan.
Dan inilah yang mereka dapatkan untuk pemberontakan kecil yang mereka pikir dapat diatasi dimasa lalu.Mereka akhirnya kalah.
Mereka akhirnya menyerah.Cinta yang melawan Tuhan?
Cinta apa yang mereka pikir bisa didapatkan?Rei berdoa dengan sungguh kepada sang Kudus, beri mereka waktu sedikit lagi untuk berjuang.
Rei yakin mereka akan bersama sebentar lagi.
Berlutut memohon dengan kesungguhan hati terdalam.Impian dalam hidupnya tak muluk.
Bahagia bersama wanita yang dicintainya sampai akhir hidup.
Selama ini semua hal berjalan lancar seperti keinginannya,tapi kenapa sekarang seakan berbalik menyerangnya.Sedangkan Naila menangis tergugu dalam sujudnya.
Menadahkan tangan memohon ampun kepada Sang Khalik.
Sejak awal dia salah,tidak ada cinta yang baik kalau menentang Tuhan.Mereka hanya manusia yang diberi nafas untuk bertahan hidup dan akal untuk berpikir.
Kali ini dia tidak ingin menjadi sombong lagi dengan tidak melibatkan-NYA dalam setiap keputusan dalam hidup ini.
Tak apa hatinya terluka saat ini.
Hanya sebentar saja, bersabarlah hati."Nai"
Naila mendekati Rei yang berdiri disamping mobilnya.
Senyum mereka terbit saat mendapati tatapan bola mata yang masih tetap sama seperti 10 tahun ini.Mereka masih saling mencintai.
Hanya saja kali ini cinta kepada Tuhan mengalahkan keingin bersama itu."Aku butuh waktu menerima ini"
Rei menghela nafas lelah.
"Jangan lupa bahagia"
Naila tersenyum dan mengelurkan tangannya kehadapan Rei yang masih memandangnya.
"Nai"
"Bisa? Bisa kita akhiri? Dengan keadaan yang baik, hingga dimasa depan kita masih bisa menyapa dan tersenyum seperti ini"
Rei mengusap kasar wajahnya.
Dengan enggan tangannya menyambut uluran tangan Naila.Merasakan untuk terakhir kali kelembutan tangan yang bisa dia genggam disaat apapun.
Otaknya merekam semua yang melekat pada diri gadis yang bahkan saat ini masih bertahta dihatinya meski dilukai dengan cara seperti ini.
Dan jabatan tangan itu menjadi akhir dari semua hal yang mereka mulai dengan salah.
Menjadikan kenangan berharga bagi dua insan yang pernah saling mencintai.
🍃
🎶
My love where are you?
When never you ready?
Can we? Can we surrender?
I surrender..
🎶