Autobiografi

174 3 0
                                    


Hanif Hulwatul Haqi nama yang diberikan kepada kedua orang tuaku ketika aku terlahir di Jakarta, 16 november 1996 yang memiliki arti "condong terhadap manisnya kebenaran" yang berarti harus bersikap fanatik dan peduli terhadap manisnya kebenaran walaupun kejujuran itu terasa pahit. Terlahir sebagai anak pertama memang sesuatu yang bisa dibanggakan dimana kasih sayang kedua orang tua penuh diberikan kepadaku. Empat tahun kemudian adikku Azimatul Fathiah dilahirkan di karawang tepat satu tahun setelah kami pindah dikarawang karena ditahun 1998 bukanlah tahun yang aman apabila tinggal dijakarta dengan pembrontakan para mahasiswa dan krisis moneternya Indonesia. Aku tidak mengingat kejadian itu akan tetapi orangtuaku bercerita kepadaku mengenai kejadian itu. Setelah itu aku menetap tinggal dikarawang bersama kedua orang tuaku dan 3 saudara perempuanku.

Bapakku bernama Sartana berasal dari Klaten dan ibuku bernama Sulastri berasal dari Bojonegoro menikah diusia yang sama hanya bulan saja yang berbeda, ibuku bercerita ketika bapakku datang melamar ibuku saat mereka sedang sama-sama merantau bekerja di Jakarta. Bapakku yang melihat ibuku terlebih dahulu tapi ketika itu ibuku sudah memiliki teman dekat yang juga ingin segera melamarnya akan tetapi kalah cepat dari bapakku ya tentu saja bapakku memang pintar dan tanggap mengenai hal itu. Saat ini kedua orang tuaku berusia 48 tahun, bukan lagi usia yang muda untuk bekerja terlalu keras. Harapan kedua orang tuaku adalah anak-anaknya dapat terus menempuh pendidikan setinggi-tingginya tentu saja itu adalah cita-cita ibuku saat ia masih kecil, karena terlahir dari keluarga yang sederhana dengan jumlah keluarga yang banyak membuat kakekku menjadi sensitif dan beranggapan bahwa anak perempuan hanyalah malapetaka karena kodratnya hanya menetap dirumah dan tidak bisa bekerja hingga melarang ibuku untuk bersekolah dasar padahal ibuku juga ikut bekerja membuat batu bata dan genteng untuk biaya pendidikannya sendiri tapi tetap saja kakekku melarangnya dan mengancam untuk memukulnya apabila ibuku bersikeras untuk pergi kesekolah padahal diusia itu ibuku sangat menyukai belajar dan ingin menjadi orang yang sukses dengan kepintarannya dikemudian hari tapi takdir berkata lain dan diusia yang masih belia itu ibuku pergi merantau kejakarta untuk bekerja bersama saudaraku yang sudah lebih dulu pergi bekerja dijakarta.

Aku belajar di Sekolah Dasar Wadas II , sekolah yang lokasinya paling dekat dengan rumahku karena berada di komplek rumahku. Aku mengalami trauma terhadap guru dan sekolah karena disaat kelas IV aku mendapatkan guru baru yang sangat galak dan suka bermain tangan bahkan temanku ketika terlambat masuk kelas bajunya langsung ditarik kedepan kelas dan wajahnya ditampar didepan murid satu kelas padahal ia belum menjelaskan kenapa ia terlambat hingga banyak sekali kejadian lainnya yang berakibatkan kekerasan tapi sekolah seperti tidak ingin ikut campur dalam urusan guru itu . Saat itu kami mendapatkan tekanan yang sangat berat karena hanya terdiam dan tidak bisa melawan. Tahun berganti berharap guru lain menggantikan posisinya akan tetapi tetap saja tidak ada perubahan sampai lulus sekolah dasar dengan luka psikis yang sangat dalam. Hingga menjadi mengurung diri dan tidak bisa mengekspresikan diri yang sebenarnya. Aku beruntung memiliki orang tua yang sabar dan memahami anaknya serta berusaha mengobati anaknya dengan nasehat dan motivasi. Sekolah baru menyadari perilaku guru itu saat aku mendekati kelulusan entah baru menyadari atau sengaja menutupinya hingga para orang tua serempak untuk berdemo ke sekolah dan akhirnya berhasil keluar saat kelulusanku. Masaku belajar di sekolah dasar bukan lagi masa kekerasan melainkan masa mendidik dengan motivasi dan dukungan tapi aku tidak mendapatkan itu sehingga aku merasa bodoh sekali selama sekolah dasar karena tidak ada sedikitpun materi pembelajaran yang ku dapat dan ku fahami.

Aku berharap keajaiban datang saat ibuku mendaftarkanku ke Sekolah Menengah Pertama di SMP Budi Mulia . Allah tidak ingin aku putus asa hingga pada saat penerimaan murid didik baru dimulai ternyata aku terpilih menjadi murid pilihan terbaik mengalahkan 300 siswa-siswi pendaftar lainnya dan aku dilatih oleh ketua osis umum SMA Budi Mulia untuk latihan gerak jalan sebagai penerima pembukaan masa orientasi siswa SMP Budi Mulia 2008/2009 dan aku masuk kelas A. Trauma yang menyerang psikisku sedikit demi sedikit terobati lantaran aku mendapat wali kelas seorang bidadari. Bu Tari namanya , hatinya lembut serta kesabarannya yang tiada teruji dan ditambah lagi bu Tari cantik sekali dengan tubuh tinggi dan kulitnya yang berwarna gula aren membuatnya semakin cantik dan manis sebagai sorang muslimah. Saat sekolah dasar aku tidak pernah mendapatkan peringkat, masuk 10 besar saja tidak pernah hingga masa kenaikan ternyata aku mendapatkan peringkat 10 dikelas. Teman-temanku meremehkanku tapi bagiku mendapat peringkat 10 setelah kejadianku di sekolah dasar itu membuatku terharu hingga tidak bisa menahan ledakan tangis saat sudah sampai dirumah. Ibu dan bapakku turut bangga dan menyemangatiku untuk terus bangkit dan semangat belajar. Memasuki kelas VIII aku mendapatkan wali kelas yang berbeda, aku sedih tapi aku sudah bertekat untuk berani dan tidak boleh putus asa. Warna-warna baru dan pengalaman baru berdatangan kepadaku, aku direkrut menjadi siswa OSIS dibidang penghijauan dan lingkungan. Aku menerimanya dengan lapang dada karena itu pengalaman baru buatku dan aku juga dilibatkan dalam ikut serta menjadi panitia penerimaan masa orientasi siswa baru, senang sekali hatiku bisa bertemu dan menyemangati siswa didik baru. Di kelas VIII aku mendapatkan peringkat 7 hatiku berdebar kencang dan senang karena pertumbuhanku membaik. Dikelas IX aku mendapatkan seorang motivator lagi yaitu wali kelasku yang bernama Pak Irsyad Fuadi, aku ingin bisa menjadi seorang guru seperti itu dan mengabdikan diriku untuk mendidik orang yang merasa kesulitan suatu saat nanti. Sekolah menengah pertamaku diahkiri dengan mendapatkan peringkat ke tiga dikelas.

Tugas Akhir Penulisan kreatifTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang