PROLOG

207 101 71
                                    

Assalamualaikum. Alhamdulillah, akhirnya aku ada niatan juga buat nulis disini*

Ini adalah karyaku yang pertama. Jadi maklum kalau masih ada kekurangan didalamnya*

Buat para pembaca kalian fokus ceritanya aja. Soal penulisan abaikan. Maklum aku nulis sambil rebahan santuy*

~SELAMAT MEMBACA~


Pukul 07.00
Pagi ini tidak seperti pagi sebelumnya. Mendung. entah karena mau hujan atau perasaan ku saja yang membuat seolah olah semua menjadi gelap berkelabu. Tapi nyatanya langit cerah matahari juga sudah separuh keluar dari balik persembunyiannya.

Seperti biasa sekarang hari kebebasanku. Hari minggu.

"Bangun tidur ku terus mandi tidak lupa menggosok gigi, terus siap siap tidur kembali sek asek joss!".

Aku cukup sadar kalau punya suara yang merdu. Tapi entah kenapa orang orang selalu siap menutup telinga jika mulutku sudah siap sedia untuk berkumandang.

"Puuuurrr!!"

Aku mendengar teriakan dari dapur.
Aku yakin suara itu milik nyonya besar yang setiap pagi selalu terdengar. Meski memuakkan karena tiap pagi selalu berteriak memanggil namaku. Aku sih oke oke aja kalau memang ada yang penting. Sebagai anak yang berbakti disuruh manjat pohon kelapa untuk mengambil kelapa dengan alasan si nyonya besar itu lupa beli santan di pasar aku siap. Tapi sering dan kali ini panggilan yang nyaris membuat telinga terkontaminasi dengan suara nya mirip kadal kejepit, hanya untuk menanyakan sesuatu yang sepele.

"Puuurrrwanttiii".

Ups. salah ternyata yang di panggil bukan namaku. Purwanti adalah nama adik perempuanku. Dia pun kerap menjadi korban bullying nyonya besar kalau aku yang menjadi sasaran utama punya seribu jurus untuk menghidar. Terdengar pintu kamar ku diketuk.

"Apa lagi sih!",Aku menggerutu tidak jelas akibat ketukan pintu yang mungkin saja diketuk oleh seseorang.

Yakali yang ngetuk setan. Dengan langkah malas aku berniat untuk membukakan pintu lebar lebar untuk siapa pun yang ada di luar.

Tanpa berlama lama pintu langsung aku buka lebar, selebar hatiku yang penuh kesabaran. Tapi bukan nyonya besar atau wanti yang ada di hadapan ku sekarang. Gadis manis yang sudah membuat semua pandangan ku gelap berkelabu seperti yang aku tadi bilang.

"Udah bangun pur?",tanya si manis itu dengan lembut.

Yang biasanya aku akan sorak bergembira setiap kali ketemu Hita nama si manis didepan ku ini, tapi hari ini rasanya dia hanya berlagak manis didepan ku tapi sepet di belakang. Tidak! Dia sebenarnya baik cuma dalam hal ini saja dia tega padaku.

Setelah cintaku ditolak mentah mentah olehnya. Percuma saja manisnya bukan untukku jadi buat apa aku bersorak gembira. Toh aku beruntung memiliki wajah tampan, mudah jika harus cari gadis lain yang lebih yahud dari pada Hita.

Gadis manis ini memang sering datang kerumahku karena kami bertetanggaan. Jadi tidak heran jika aku sering melihatnya tiba tiba nongol di depan pintu kamar seperti saat ini.

"Ada apa Ta?" tanyaku dengan malas.

"Aku mau bicara sama kamu",Hita kelihatan tidak seperti biasanya yang tanpa ijin, langsung nyoros bicara panjang lebar tanpa jeda.

Kini ada apa dengannya?

"Bicara aja," ucap ku cepat memintanya untuk bicara apa yang ingin dia bicarakan dengan ku.

Masih ingat apa yang dia katakan pada ku waktu aku mengungkapkan perasaanku waktu itu, membuat nama baik seorang Purna tampan jatuh.

Seperti biasa aku dan Hita punya tempat favorit untuk sekedar nongkrong berdua.tempatnya berada di bawah jembatan tidak jauh dari rumahku. kadang kami ber tiga dengan sitompel. Salah satu sahabat lainku.

BROKEN(Cendol Dawet)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang