Prolog

4 0 0
                                    

"Estrellaaaa"
"Oh hai Athalia, selamat pagi"
"Pagii, akhirnya kita masuk SMA Ella! Tidak sabar sekali bertemu teman teman baru, memulai cerita-cerita baru. Kata orang-orang dewasa, SMA adalah masa paling indah, ingin sekali segera merasakannya," kata Lia dengan penuh semangat.
"Ah kamu biasa aja Lia, jangan terlalu bersemangat, nanti langit runtuh melihat semangatmu. Lihat tuh, langit saja mendung tapi semangatmu tetap berapi-api," balasku.
"Biar saja, nanti aku akan buat langit cemburu denganku, ketika aku lebih cerah darinya hahaha," candanya dengan penuh percaya diri.
"Bisa aja kamu, ayo masuk ke ruang kita masing masing. Katanya sekolah kita ini kalau telat hukumannya mengerikan tauu"
"Astagaaa sudah jam berapa ini, ayo lariii," kata Lia yang kemudian langsung lari terbirit-birit dikejar waktu.
"padahal aku hanya mengada-ada saja hahaha, dasar Lia"

Namaku Estrella, biasa dipanggil Ella, nama lengkapku, Estrella Brillare. Sedikit aneh bukan? Tapi nama itu, nama yang selalu menguatkanku. Nama itu yang membuatku mampu bertahan hingga hari ini.

Estrella Billare.
Bintang yang selalu bersinar terang. Nama yang bagus bukan? Aku adalah bentuk harapan dari orang tuaku. Harapan besar yang ditaruh dipundakku. Lebih dari itu, aku adalah harapanku sendiri. Aku mau jadi bintang, bintang paling terang. Menjadi Estrella Brillare, setidaknya untuk saat itu, bagi diriku sendiri.

Tujuh belas. Mungkin bagi sebagian kita itu hanya angka. Tapi untukku, semuanya baru saja dimulai saat itu.

Hari itu hari pertama aku masuk SMA. Aku masuk di salah satu SMA favorit di kotaku. SMA 1 Harapan. Sekolah yang selama ini aku impikan. Sesuai namanya, disana harapan-harapan besar sudah terlanjur aku letakkan. Jarak sekolah dengan rumahku cukup jauh, enam belas kilometer. Aku benar-benar memulai dunia baru, aku benar-benar berjalan keluar dari tempurungku, jauh dari apa yang pernah aku bayangkan. Rasanya saat aku turun dari bis kota yang membawaku, langkah kakiku benar-benar berat melangkah masuk. Aku tidak percaya, aku berada tepat di depan gerbang sekolah ini, bersama Lia. Sahabatku.

Gerbang sekolah itu, gerbang sekolah yang membawa cerita tak terduga. Gerbang sekolah yang menjadi saksi cerita. Tentang aku, dia, teman-teman, bahkan sudut kelas tua yang seakan masih tergambar jelas di ingatan. Gerbang sekolah, yang membawaku keluar dengan bentuk lebih hebat. Gerbang sekolah yang selalu datang menyambut dan melepas pergi. Gerbang sekolah itu, akan selalu tergambar dalam imaji. Ya, gerbang sekolahku, saksi kecil perjuanganku.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 13, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

17Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang