"Setiap cerita pasti memiliki awal mula kisah kan? Begitu pula kami."
"Kak Zazza, aku pulang duluan ya. Kak Saga udah nungguin!" Pamit Karen ke Zazza.
Zazza cuma menoleh singkat ke Lala kemudian mengangguk pelan tanda menyetujui.
Setelah memasukkan semua buku dan membereskan meja, Zazza pun segera bergegas untuk pulang.
Di luar sudah sangat sepi, karena memang sudah menjadi kebiasaan cewek ini untuk pulang lebih lama dari murid lain. Dan kebetulan tadi juga ada beberapa berkas yang harus di kerjakan dulu.
Biasanya masih ada beberapa murid yang juga belum pulang sekolah, tapi kali ini beda.
Sekolah benar-benar sepi sekali, rasanya kayak sedang berada di dunia lain. Oke alay...
"Tumben," gumam Zazza pelan, tapi yang namanya Zazza mana mau memusingkan hal kecil seperti ini.
Hari ini Zazza pulang sendiri, karena hari ini gak ada yang jemput. Lagian juga rumahnya gak jauh-jauh amat.
Tepat saat Zazza berada di depan sekolah ada banyak orang yang berlari dan teriak, Zazza yang nggak mengerti apa-apa hanya terdiam.
"LARI!"
"Eh?" Hanya itu yang keluar dari mulut seorang Zazza di waktu itu, dia kebingungan.
Tanpa basa-basi seseorang yang barusan berteriak itu narik Zazza menjauh dari sekolah dengan gak santai, sampe cewek itu ngeringis pelan karena tangannya di tarik.
Zazza yang awalnya terdiam kemudian mulai berlari bersama seseorang yang narik itu.
Hingga akhirnya sampailah mereka pada sebuah lorong dan seseorang itu ngedorong Zazza untuk masuk ke lorong.
"Hah...hah..." Zazza bernafas tidak beraturan, mengingat tadi tiba-tiba saja dia ditarik oleh seseorang di sampingnya ini.
"Kan udah dibilang lari, kenapa malah diam sih?" Gerutunya sambil ngos-ngosan tapi malah terlihat seperti bertanya.
Kayaknya Zazza kenal deh sama dia, kalau nggak salah mereka satu sekolah.
"Lo luka." Balas Zazza sambil melihat muka cowok itu.
Baru aja tangannya mau nyentuh muka cowok itu, tapi dia di tepis.
"Jangan lo pegang, sakit."
"Maaf...gue obatin ya?" Tanya Zazza.
Cowok itu cuma diam.
"Diem berarti gue anggep iya." Kata Zazza.
"Ck serah, pelan-pelan." Sahut cowok itu.
Sebagai anak Dokter, Zazza selalu ngebawa alat-alat kesehatan baik obat ataupun plester yang emang udah di siapin mamanya.
"Ssshh, pelan-pelan." Ringis cowok itu.
"Maaf, tadi ada apa sih emangnya?" Tanya Zazza ke cowok itu.
"Itu tadi ada tawuran, lo mau jadi tawanan SMA sebelah? Untung ada gue kan." Ucapnya dengan nada lebih tenang dari sebelumnya.
"Gue nggak tau, maaf ya . Dan makasih juga." Kata Zazza pastinya tak lupa mengucapkan terima kasih.
"Lain kali hati-hati, ayo gue antar pulang." Tawarnya ke Zazza yang sebenarnya malah terdengar seperti paksaan.
"Eh? Gak usah sih. Gue pulang sendiri, deket juga." Tolak Zazza pelan padanya.
"Terus mau gitu kalo tiba-tiba ketemu anak SMA sebelah dan nanti dijadiin tawanan? Ya udah, gue gak ikut-ikut ya nanti." Jelas cowok itu panjang lebar.
Zazza terlihat berpikir sebentar.
"Iya ya, hm." Batin Zazza, ya asalkan dia aman jadi gapapa deh.
"Iya deh, ayo keburu sore." Ajak Zazza padanya.
Dia yang tadi ingin segera beranjak pergi pun menoleh ke Zazza dan berbalik.
"Dasar labil." Oloknya padaku.
"Biarin, yang penting aman." Balas Zazza ke cowok itu.
Akhirnya Zazza di anter cowok itu pulang, dan kabar baiknya Zazza masih aman-aman saja. Ya walaupun tadi aku hampir menjadi tawanan di SMA sebelah.
Sampailah mereka di rumah Zazza, rumah sepi banget dan gak ada siapa-siapa di luar. Mungkin pada di dalam pikir Zazza.
"Makasih ya." Zazza ngomong terima kasih sekali lagi padanya.
"Iya." Balasnya singkat kemudian pamit pulang.
"Tunggu!" Panggil Zazza.
"Apa?" Tanyanya.
"Nama lo siapa?" Tanya Zazza tanpa basa-basi, Zazza itu tipe yang frontal dan tidak suka berbasa-basi.
"Oh iya, nama gue Angkasa tapi panggil aja JJ dah."
KAMU SEDANG MEMBACA
ANGKASA
Разное❁ཻུ۪۪⸙͎.'𝐀𝐍𝐆𝐊𝐀𝐒𝐀! Status : rest. ❝Awalnya Zazza gak tau kalo dia sekelas sama JJ, si anak basket alias kembarannya AJ. Sampe akhirnya anak kelas nunjuk mereka berdua sebagai perwakilan lomba photografi. Zazza jadi kenal dan deket sama JJ yang...