Biografi
Lahir pada 6 Juli 1970 di kota Madiun, dengan nama Tinuk Pressanti atau yang akrab dengan sapaan Ressa. Lahir dari seorang ayah anggota tentara satuan tempur amfibi dan seorang ibu rumah tangga, ia dibesarkan oleh kakek dan neneknya di jl. cendrawasih gang pinguin no. 9 Madiun. Namun pada saat kelas 3-6 SD, ia juga dirawat oleh saudara dari ayahnya. Karena melihat saudaranya yang disiplin dengan waktu dan mengingat saudaranya juga mengasuhnya. Dengan keadan ini, ia besar menjadi perempuan mandiri yang sangat disiplin waktu.
Selain itu, mulai dari kecil ia sudah diajarkan untuk membantu urusan rumah mulai dari membeli bahan-bahan ke toko sampai memasak dan mencuci baju. Saat SD pun, ia sudah bisa menjahit baju atasan tanpa lengan sendiri. Hal yang mungkin anak sma saja belum tentu bisa saat ini. Mulai menginjak dewasa, ia pun juga membantu merawat adik-adiknya saat sang ayah pergi bertugas dan sang ibu dengan pekerjaannya. Apalagi saat sang ibu menjalani operasi di Pasuruan yang membuat ia tinggal dengan sang adik yang masih balita dimana ia sendiri masih SD, saat itu pun ia memasak, mencuci baju, dan juga mengasuh adik setelah pulang sekolah.
Foto saat Ressa duduk di bangku SMP.
Selain itu, ia juga aktif dalam kegiatan sekolah maupun kegiatan kampus. Saat masih SD ia aktif dalam sanggar tari sampai-sampai ikut serta memeriahkan acara kota Madiun saat itu. Saat SMP pun, ia aktif dalam menulis cerpen hingga sering di terbitkan dalam majalah khusus cerpen dengan nama “Anita” pada saat itu. Dan pada masa SMA pula, ia aktif dalam ekstrakulikuler teater dan sering tampil di berbagai acara, hingga ia ingin melanjutkan studi di Institut Seni Yogyakarta yang terkenal akan seni-seninya. Namun malangnya, pada masa ia lulus SMA, jalur penerimaan kuliah melalui jalur undangan dihapuskan. Sehingga ia harus mengikuti UMPTN atau yang saat ini bisa disebut sebagai SBMPTN. Ressa pun diterima di pilihan keduanya, yaitu jurusan biologi murni di Universitas Diponegoro Semarang.
Saat kuliah, ia tinggal di kost bersama dengan temannya. Kemandiriannya akan manajemen waktu pun tetap selalu diterapkannya, apalagi melihat saat itu gedung perkuliahan di UNDIP yang masih terpencar-pencar sampai-sampai jarak gedung A dengan gedung B bisa mencapai 15 km sendiri. Disini ia tertantang dalam mengatur waktunya, mengingat beberapa orang yang tinggal di kosan tersebut tidak bisa mengatur waktunya dengan baik. Contohnya saja saat bergantian memakai kamar mandi, Ressa pernah marah kepada kakak tingkatnya yang tinggal di kosan itu karena ia mandi terlalu dekat jaraknya dengan dimulainya perkuliahannya. Karena menurutnya, kakak tingkatnya seharusnya mandi jam 5an mengingat kelasnya yang dimulai jam 7, bukannya mandi 15 menit sebelum kelas dimulai, baginya jam segitu adalah jadwalnya untuk anak-anak kelas kedua mandi. Walau seperti itu, ia tetap berusaha mengatur waktunya dengan baik.
Saat kuliah juga, ia mulai belajar membuat tas songket yang mana dilanjutkannya sampai membuat usaha tas songket di Madiun yang sudah sampai dikirim ke Jakarta, Surabaya, Malang, dan daerah sekitar. Apalagi saat kuliah, ia juga menjadi asisten dosen mata kuliah vasektomi tumbuhan. Semakin padat pula kegiatannya, hingga ia harus memperhitungkan betul waktu dan jarak untuk mengikuti perkuliahan di gedung A dan B ataupun C.
Sikap tegasnya dalam disiplin waktu, semakin menjadi saat ia lulus kuliah dan bekerja. Pada saat itu, ia sampai memiliki 3 pekerjaan sekaligus, yaitu jika pagi menjadi karyawan percetakan dari jam 8 hingga jam 3 sore, dilanjutkannya jam 4 sampai jam 9 malam sebagai guru bimbel di dua tempat yaitu bimbel “10 November” sebagai guru biologi dan bimbel “Madiun Computer School” sebagai guru komputer. Selanjutnya setelah sampai rumah, ia pun tetap mengerjakan usahanya membuat tas songket. Dalam disiplin waktu, ia tetap memiliki waktu menonton tv untuk menghibur diri, namun saat menonton tv pun ia tetap mengerjakan membuat tas songketnya.
Hingga pada 14 Juni 1997, Ressa menikah dengan Heri Winarno di Madiun. Namun ia pun mengikuti suaminya untuk tinggal di Surabaya. Disana pun ia tidak hanya menjadi ibu rumah tangga biasa, namun ia tetap melanjutkan bekerja di beberapa tempat dan juga membuka catering kue dan cake. Walau memang pekerjaan tetapnya dan passionnya adalah menjadi seorang guru. Mulai dari guru bimbel sampai guru SMA ia tekuni.
Pada murid-muridnya pun, ia juga menerapkan disiplin waktu yang ia jalani. Seperti bagaimana ia membuat peraturan kelas tersendiri menurutnya, yang isinya adalah harus mengumpulkan tugas tepat waktu, murid harus sudah berada dikelas saat jam pelajaran mulai dan tidak ada murid yang diluar, hingga bagaimana murid harus mengacungkan jari terlebih dahulu jika ingin bertanya atau mengatakan sesuatu. Ia juga sangat menjunjung tinggi kejujuran, karena baginya “Respectly, Responsibility, and Honestly is a Keyword to Success”. Dan saat ini ia menjadi guru mata pelajaran biologi di SMA Trimurti Surabaya.
Foto saat hari guru tahun 2019 di ruang kelas.
Bella Nafisa Yumnaa
165110300111019
Penulisan Kreatif.
YOU ARE READING
Biographie
Non-FictionThis is biography for my final exam in creative writing course.