—
Suasana Mansion di RedMoon Pack terlihat begitu ramai. Tetapi, warganya benar-benar menerapkan sikap tentram. Terbukti dari acara yang berjalan lancar dan penuh ketenangan, berusaha menghayati bagaimana sang pemimpin lama menurunkan tanggung jawab kepemimpinan pada anak laki-laki satu-satunya.
Alera terus menampilkan senyum lembutnya dengan mata yang menatap haru pada anak dari sahabat almarhum ayahnya itu yang kini sudah resmi dinobatkan sebagai sang Alpha baru yang akan memimpin RedMoon Pack.
Sampai kemudian acara pun berlanjut sebagai perayaan bersama sang pemimpin juga rakyatnya yang benar-benar ramah. Ketahuilah, bahwa Moonlight Pack yang kini dipimpin oleh kakak tertua dari Alera sudah lama memiliki hubungan dekat dan akur dengan RedMoon Pack setelah berakhirnya perang melawan musuh terkuat dari kedua Pack itu belasan tahun yang lalu, yang memakan banyak korban termasuk kedua orangtua Alera yang rela mengorbankan nyawa demi menyelamatkan ketiga anaknya yang masih berumur sangat muda pada saat itu.
Bahkan Renz terpaksa dinobatkan diusianya yang baru menginjak 15 tahun sebagai seorang Alpha yang diharuskan menerima tanggung jawab besar mengurus kepemimpinan di Moonlight Pack.
Sementara Alera yang masih berusia 7 tahun dan Ravel 13 tahun hanya bisa berusaha bersama-sama menguatkan sang kakak di masa-masa tersulit mereka pada saat itu.
"Hai, Lucy, aku tidak melihatmu sedari tadi saat acara penobatan sedang berlangsung."Alera langsung menghampiri Lucy yang baru saja muncul.
Lucy lantas tersenyum segan sebelum berakhir menjawab."Pack kita kedatangan pemimpin dari BlackMoon Pack disaat kalian sudah pergi meninggalkan Mansion. Jadi, Ayah berusaha menghandle pertemuan. Tetapi, hanya sebentar saja karena sang Alpha dari BlackMoon Pack itu hanya berniat bertemu dengan Alpha Renz."
"Alpha dari BalckMoon Pack? Kenapa tumben sekali? Biasanya juga kak Renz lah yang lebih dulu mengunjungi BlackMoon Pack."Alera mengernyit kecil saat dirasa bahwa seperti ada yang aneh.
"Kalau soal alasannya, aku sama sekali tidak tahu. Tetapi, ayah berkata padaku bahwa mereka hanya sekedar mampir sebelum menghadiri acara penobatan di RedMoon Pack saat ini."ujar Lucy, membuat Alera hanya bisa mengangguk, berusaha berpikir positif disaat kegelisahan masih saja terus menghampirinya semenjak pagi tadi.
Namun, suara pecahan kaca dari gelas yang tiba-tiba berjatuhan itu sontak membuat Alera juga Lucy sama-sama tersentak akibat terkejut. Mata Alera langsung menyusuri area sekitar yang ramai akan tamu yang hadir guna menikmati acara. Tetapi, manik Alera kontan menatap tepat pada sosok Alvian—sang Alpha yang baru saja dinobatkan—yang melangkah dengan aura intimidasi disertai sorot mata tajam yang mengarah tepat kearah Lucy yang masih setia berdiri disamping Alera.
Hingga kemudian setelah Alvian berhasil berdiri dihadapan Lucy, pria itu langsung menarik sepupunya itu kedalam rengkuhan untuk kemudian berakhir mencium Lucy tepat dibibir gadis bersurai coklat itu.
Alera tanpa sadar menyaksikan semua itu tepat didepan matanya. Ia lantas menampilkan senyum kecilnya saat baru menyadari bahwa Alvian adalah Mate dari Lucy—si gadis rumahan yang susah sekali diajak keluar. Sehingga sekalinya keluar sepupunya itu langsung bertemu dengan sang Mate yang berstatus sebagai seorang Alpha.
Ravel tiba-tiba datang dan menarik Alera agar menjauh dari sepasang belahan jiwa yang baru saja bertemu itu.
"Apa yang sedang kau lakukan?"
Alera berdecak kesal menanggapi pertanyaan dari sang kakak."Tidak ada."jawabnya seraya melipat lengan didepan dada.
"Tunggu disini dan jangan kemana-mana. Aku akan menemui kak Renz, karena kita akan segera kembali ke Moonlight Pack."
Alera hanya bisa menuruti ucapan kakaknya tersebut walaupun perasaan kesalnya masih saja terus menghampiri, sebab Ravel datang dan menarik Alera yang sedang menyaksikan adegan romantis dari Lucy dan juga Alvian. Ah, Alera jadi merasa iri sendiri karena sampai saat ini dirinya bahkan belum juga bertemu dengan Mate nya.
Namun, Alera masih bisa merasakan kegelisahan yang terus menerus menyerangnya. Hal itu sungguh sangat menggangu dan membuatnya merasa tidak nyaman sendiri.
Sampai kemudian tiba-tiba saja aroma yang sangat memabukkan menghampiri indra penciumannya. Hingga rasanya kepala Alera menjadi pusing karena tidak kuat dengan aroma terlampau wangi tersebut.
Rasanya seperti tengah berada di hutan rimbun yang baru saja disiram hujan. Sangat menyegarkan ditambah dengan aroma mint yang begitu tajam.
Alera memejamkan mata seraya memegang kepalanya yang benar-benar pusing. Ini tidak benar. Alera rasanya ingin pingsan disaat itu juga.
Aromanya semakin kuat, hingga kemudian dengan terpaksa Alera membuka matanya.Tubuhnya tiba-tiba membeku ketika manik mata Alera menyorot tepat pada salah seorang pria yang berdiri tidak terlalu jauh didepan sana.
Pria itu balas menatapnya dengan tatapan penuh intensitas sebelum berakhir melempar seringaian nakal dan berjalan perlahan mendekat kearah Alera yang masih setia terdiam di posisinya.
"Cantik sekali."ujarnya yang lebih seperti bisikan penuh rayuan setelah berhasil menempatkan diri dihadapan Alera.
Alera menatap tidak percaya dengan pria sialan tampan dihadapannya. Pria itu—wanginya, Mate. Serigala dalam tubuh Alera meraung kesenangan dan tanpa henti meneriakkan kata Mate—yang menjadi alasan kepala Alera menjadi pusing luar biasa.
Alera mengangkat tangan kanannya, berniat ingin menyentuh wajah pria tampan dihadapannya tersebut.
"Aku berjanji akan merobek pakaian yang saat ini kau kenakan, karena sudah berani menampilkan lekuk tubuhmu yang seharusnya hanya aku yang boleh melihatnya."ujar pria itu penuh penekanan.
Alera lekas melempar tawa kecilnya dengan sebelah alis terangkat disertai tatapan teramat menggoda.
"Lakukan saja.""Alera .. !"
Ravel kembali muncul bersama dengan Renz yang berjalan disisinya. Hal itu kontan membuat pria dihadapan Alera menarik lengan gadis itu untuk dibawa kedalam rangkulan mesra yang tersirat akan keposesif'an.
Sementara Ravel dan Renz yang melihat itupun tanpa sadar menaikkan sebelah alis mereka.
"Alpha Aezar, apa yang sedang kau lakukan pada adikku?"Renz langsung melemparkan pertanyaannya disertai tatapan sedikit tidak suka ketika melirik lengan pria itu melingkar mesra dipinggang sang adik.
"Kakak ipar, sepertinya kita benar-benar harus berbicara penting setelah ini."ujar pria itu seraya melempar senyum yang terkesan dingin kearah Renz juga Ravel secara bersamaan.[]
***
Kalau banyak typo-nya boleh kasih tau aku.
Part selanjutnya adalah part terakhir.
Vote dan komen wajib diberikan, karena aku butuh tanggapan dari kalian. Kira-kira cerita ini dapat feel'nya gak? Bagian mana yang menurut kalian susah untuk dimengerti?
Big luv
Yui💜
KAMU SEDANG MEMBACA
One Shot|Dark Romance|[M]
FantasyWARNING!! This story a lot of adult content. So, be wise!! copyright©YuiCha12