1

7 1 0
                                    

Embun yang menutup sebagian bumi kini telah hilang digantikan cahaya sang surya. Bunga-bunga mulai mekar meminta sinar dari matahari. Burung-burung mulai berkicauan menunjukan suara unik mereka. Kelompok burung malam kini mulai tak terlihat. Tidak hanya ribuan manusia, namun jutaan manusia mulai melakukan aktivitasnya sehari-hari. Berbeda dengan gadis berlesung pipit yang masih bermain dengan ilusinya.

"Denna cepat bangun, mama mau pergi sama Rasen nanti kalo kamu mau sekolah mama udah nyiapin sarapan, mama udah nyuruh Kevan nganter kamu"

"Hoammm....iya ma tenang aja"

Duarrrrr....

"Assalamualaikum"

"Iya astaga waallaikumsallam"

Gadis itu kini kembali memejamkan matanya, menarik slimut berwarna hitam gambar harimau, serta kembali memeluk boneka harimau miliknya.

Tiga puluh menit ia habiskan bukan untuk bersiap-siap ke sekolah, namun untuk melanjutkan mimpi yang sudah ia rangkai sebelumnya. Waktu menunjukan pukul 08.00, Denna kembali membuka matanya melihat jam dinding menunjukan pukul 8 ia langsung beranjak dari tempat tidur menuju kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya dan melanjutkan sekolah.

"Woi lo gimana si, lo ga bangunin gue dan sekarang gue telat bego, emang ya lo tu kakak durhaka"

"Idih ngapain gue bangunin lo, heh lo yang ga tau diri udah tau ini hari selasa masih aja ngebo"

"Ya bangunin kek, telat kan gue"

"Udah ayo cepetan gue anter daripada lo bacot mulu"

"Nggak usah gue bisa berangkat sendiri"

"Yaudah sono"

Duarrrr....

Kevan menyahut saat Denna menutup pintu dengan kencang "Waallaikumsallam Denna."

"Assallamualaikum."

Derum motor hitam melaju menuju parkiran. Seperti biasa Denna meletakkan motornya diparkiran paling depan. Otaknya memang sangat cerdik, kalau saja gadis itu tak mempunyai gairah belajar ia akan membolos tanpa memiliki beban apapun, bahkan di alpa saja gadis itu tak takut. Dengan mudah Denna akan mengeluarkan motor hitamnya dan menaiki menuju luar sekolah. Itulah alasan kenapa Denna selalu memarkirkan Enjelina di parkiran bagian depan.

Koridor yang sepi kini Denna lewati. Kelas-kelas tertutup sepi menandakan pelajaran sedang dimulai. Dari arah toilet Denna mendengar siulan-siulan sedikit bernada. Mendengar siulan itu Denna sudah hafal siapa orang yang akan ia temui.

"Widih tuan putri baru berangkat"

"Lo ngapain sih ganggu gue mulu, udah sana minggir"

"Bentar-bentar, nih gue tadi nemu coklat di rumah gue daripada mubazir mending gue kasih ke lo"

"Gue ga butuh coklat dari lo titik"

"Yaudah sih ga masalah, gue buang aja kali ya ni coklat" Detra mendekatkan coklat itu menuju tempat sampah di dekatnya.

"E busett lu, mending gue makan lah yakali coklat mau lo buang gitu aja, mubazir bego"

"Lu tadi bilangnya gamau dasar ya lu cewek gila"

"Serah"

"Cewek aneh" Detra tersenyum kecil melihat tingkah Denna. Setelah puas melihat tingkah aneh Denna kini Detra mengikuti Denna yang akan memasuki kelas, karena memang mereka satu kelas.

Dari arah pintu kelas Denna dan Detra masuk tanpa permisi. Detra kembali duduk di mejanya, sementara Denna masih harus bersalaman dengan Bu Kitri, guru matematika yang juga wakil kepala sekolah SMA Cakrawala.

Denna mendapat hukuman menyapu lantai kelas karena sudah terlambat. Pekerjaan yang cukup mudah bagi Denna. Satu persatu meja dia bersihkan dan satu hal yang penting yaitu Denna akan berlama-lama dengan sapu yang dipegangnya, dia akan menikmati hukumannya karena memang Denna malas untuk mengikuti pelajaran.

Tepat dibawah meja Detra Denna menemukan sebuah gelang berwarna hitam, cukup menarik batin Denna. Denna mengambil gelang itu lalu meletakkan di atas meja Detra. Tanpa melihat Denna, Detra pun langsung memasukan gelang hitam itu ke sakunya.

"Ye lu sombong amat Det, udah mending gue temuin dan gue balikin, bilang trimakasih kek, liat muka gue aja enggak" Denna mencibir kesal dengan kelakuan Detra.

"Oh lo mau gue liatin? Yaudah sini makanya duduk samping gue biar bisa gue liatin terus"

"Paan sih Det ngaco lo"

"Hahahaha, yaudah makasih tuan putri udah balikin gelang gue"

Tanpa menjawab Denna langsung melanjutkan ritual hukumannya. Membutuhkan waktu 20 menit untuk menyapu ruang kelas yang cukup besar ini. Setelah selesai mengerjakan hukuman Denna kembali duduk di mejanya. Dia meminum air mineral yang sudah disediakan Andin, teman sebangkunya.

Tettttt....tett.....

Bel istirahat berbunyi, Bu Kitri membereskan buku-bukunya dan pergi meninggalkan kelas.

"Jadi lo enak banget ya Den, cuma ikut pelajaran 5 detik"

"Udah ayo ke kantin, oiya btw gue dari tadi ga liat Rangga sama Galang"

"Gatau, tadi mereka ijin ke toilet tapi sampe sekarang belom nongol juga"

Denna hanya menjawab dengan anggukan. Dua gadis itu kini berjalan menuju kantin yang jaraknya tidak jauh dari kelas. Mata kedua gadis itu celingak-celinguk melihat kanan kiri kanan kiri mencari keberadaan kedua temanya yang entah hilang kemana. Dan yaps... mereka menemukan kedua makhluk gila itu.

Rangga melambaikan tangannya pertanda dia menyuruh kedua gadis itu agar mendekat. Disinilah mereka. Dimana makhluk-makhluk aneh ini berkumpul disitulah kekonyolan akan berlangsung.

Denna dan Andin mengambil satu tempura yang sudah Galang pesan sedari tadi. Tenyata kedua pria itu sudah memakan cukup banyak tempura dari pelajaran pertama matematika sampai jam istirahat, memang tempura makanan pokok bagi Denna, Andin, Rangga, dan juga Galang. Ditambah dengan teajus apel, inilah minuman pokok mereka.

Setelah selesai menghabiskan tempura-tempura itu, lalu ke-empat makhluk itu melakukan tugasnya, tugas yang cukup aneh menurut siswa lain, tapi menurut mereka ini tugas yang sangat penting dan wajib dilakukan setiap hari.

Satu persatu jari-jari ke-empat makhluk itu mendekat ke dinding dengan mata yang memandang kanan kiri kanan kiri melihat situasi yang aman. Satu jari, dua jari, tiga jari, empat jari, empat puluh jari itu sudah mengotori dinding kantin, jari merekalah yang membuat dinding kantin menjadi hitam bermotif sidik jari.

Sebelumnya dinding kantin itu berwarna coklat muda dan bersih, tapi sekarang semenjak berpenghuni makhluk konyol itu dinding yang semula cerah kini menjadi coklat seperti daki. Inilah hal yang sering dilakukan mereka, membuat ulah konyol yang memang menurut mereka itu sangat lucu.

Bel masuk berbunyi, mereka membayar semua makanan yang sudah dipesan Rangga, setelah selesai membayar kini mereka berbaris satu demi satu, seperti ayam yang berbaris mau menyebrangi jalan dipandu oleh induknya.

Inilah kebiasaan mereka, jalan satu-satu dan berbaris seperti ini membuat jalan tidak terlalu sempit, ide ini cukup bagus dan menguntungkan sesama pejalan menurut mereka.

SenjaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang