1. Ruang Direktur

16 0 0
                                    

           "Fel, dipanggil sama Sekertaris Anna." Dinda mendekat, sambil membawa sapu lantai.

Kegiatan dijam-jam kerja seperti ini memang sangat menyibukkan. Apalagi bagi Felisha, Office Girl yang baru masuk sepekan ini. Kerjanya lebih berat dari pada yang sudah senior, karena kebanyakan mereka menumpukkan pekerjaannya pada pendatang baru.

Felisha segera menghentikan aktifitasnya mengelap kaca. "Ada apa, Kak?" tanyanya, pada seniornya itu.

"Nggak tahu, tapi kayaknya penting. Dia lagi di dapur sekarang," ujar Dinda, menjelaskan.

Felisha pun segera pergi, setelah pamit pada Dinda. Menuju dapur kantor, yang memang tidak terlalu jauh dari tempatnya mengelap kaca tadi.

Berjalan melewati tiga ruangan yang merupakan ruangan tempat para karyawan bekerja.

Sesekali ia sedikit melongok ke dalam ruangan, yang pintunya sedikit terbuka. Dalam hati terbayang, bahwa dirinyalah yang tengah duduk di sana, dibalik laptop dan berkas yang menggunung.

'Kapan ya, aku bisa seperti mereka?' Batinnya terus bertanya-tanya, penuh dengan harapan.

Sampai di dapur, dia disambut oleh aroma kopi yang menyeruak di seluruh penjuru ruangan.

"Kamu, OG yang baru?" tanya Sekertaris Anna, wanita yang memiliki tubuh tinggi ideal, dan juga sangat elegan.

Felisha sendiri sempat terpana, tetapi segera mengusai diri saat secangkir kopi itu disodorkan ke arahnya.

"Benar, Bu," jawabnya, sambil mengangguk.

"Tolong bawakan kopi ini ke ruang Direktur, di lantai sebelas. Saya ada perlu, tadi sudah izin sama Pak Direktur," ujarnya, sambil menyerahkan secangkir kopi.

Felisha pun mengangguk. "Baik, Bu." Kemudian segera berlalu, setelah melihat Sekertaris Anna pergi meninggalkan dapur.

'Ruang sebelas. Ya, aku harus bersikap sebaik mungkin, karena ini pertama kalinya aku bertemu Pak Direktur.

Seperti apa ya, orangnya? Apakah seorang bapak-bapak yang mempunyai kumis tebal, dan memiliki tatapan garang? Apa mungkin seorang lelaki tua, yang rambutnya sebagian putih dan berwibawa. Atau mungkin, lelaki tampan yang cool dan penuh pesona?

Aaa ... membayangkan yang nomor tiga, kok jadi deg-degan, ya?'

Dalam perjalanan, Felisha terus saja berkhayal. Membayangkan berbagai hal yang menggelikan tentang atasannya itu.

Lift berdenting dan terbuka, dia segera keluar dan berjalan mencari-cari dimana ruang direktur.

"Permisi, Mbak, ruang direktur sebelah mana, ya?" tanyanya, saat berpapasan dengan salah satu karyawan.

"Dari sini lurus, belok kanan, lurus lagi, nah diujung sana ruangan yang paling besar, ada papan nama di atasnya." Karyawan itu menjelaskan.

"Ooh ... terima kasih, Mbak, makin cantik deh." Godanya, kemudian ditanggapi senyuman oleh karyawan itu.

'Ada-ada saja ini OG!' batin karyawan itu, kepalanya sempat menggeleng menyadari betapa konyolnya OG tadi.

Felisha berjalan, mengikuti petunjuk yang diberikan karyawan itu. Terlihat, ada empat ruangan berhadap-hadapan. Dia pun mendongak ke atas setiap pintu, mencari papan nama bertuliskan Ruang Direktur.

'Nah, itu dia!' Dia berseru dalam hati, setelah mendapati ruangan yang ia tuju.

Hati-hati dia mengetuk pintu, tetapi tidak ada sahutan dari dalam. Mengetuk lagi, tapi masih sama. Ia pun berinisiatif untuk menarik handle pintu.

PossessiveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang