Namanya Park Jungsoo dan ia masih duduk dibangku kelas dua sekolah menengah atas. Semua orang melabeli nya sebagai 'anak yang baik', 'siswa paling rajin', dan 'orang yang bisa diandalkan'. Ia sangat senang di puji, kepribadian yang ia bawa sejak lahir. Setidaknya, itu yang ia pikirkan.
"Aku sita. Berapa kali harus ku katakan sampai kalian mengerti? Dilarang membawa kaset game ke sekolah"
Tanpa menunggu respon dari dua orang yang baru saja ia sita barangnya, Jungsoo pun berbalik dan melangkah pergi. Ia dapat mendengar gerutuan kedua siswa tersebut yang mengatainya 'kaku' dan 'pelit'. Kesal? Tentu saja. Namun, Jungsoo tidak akan langsung mengatakannya. Ia berhenti pada langkah kelima, lalu menatap salah satu siswa yang masih saja melemparkan umpatan dan gerutuan untuknya.
"Cho Kyuhyun"
Yang dipanggil langsung mengatupkan bibirnya rapat, menghentikan segala gerutuan yang keluar dari mulut manis tersebut. Jungsoo dapat melihat ekspresi siswa yang berdiri disebelah Cho Kyuhyun menjadi sedikit pucat. Melemparkan pandangan sekilas melalui sudut matanya pada orang yang ia panggil tadi, Jungsoo lalu kembali berjalan sambil melemparkan peringatan lain.
"Celana seragam mu terlalu ketat dibagian bokong. Berhenti mereparasi seragam sesuka mu, jika kau tidak ingin aku juga menyita semua seragam yang sudah kau kecilkan menjadi pas badan"
Lalu ia benar – benar pergi. Meninggalkan dua orang siswa tadi, yang salah satunya sudah bersemu merah seperti kepiting rebus. Saat ini dahinya sudah berkerut, kesal mengingat beberapa barang sitaan yang ada ditangannya. Kaset game, majalah porno, bahkan kosmetik seperti lipgloss dan bedak padat ia dapatkan dari beberapa adik kelas dan juga siswa seangkatannya. Sekolah tempat ia menimba ilmu memang sekolah khusus laki – laki, namun ada beberapa dari siswanya yang suka berdandan juga. Dan Jungsoo tidak suka akan hal itu.
Kenapa orang – orang suka sekali melakukan pelanggaran? Membawa barang – barang yang dilarang sekolah dan bolos kelas karena pura – pura sakit, kenapa semua orang berbuat seenaknya sendiri? Apa hanya ia yang melakukan segalanya dengan serius? Ibunya selalu mengandalkan dirinya dan memujinya, teman – teman sekolahnya selalu menunjuknya menjadi ketua kelas, walaupun itu adalah tugas yang dibenci semua orang. Ia berusaha keras untuk memikul segalanya dengan serius, tidak peduli jika semua itu terasa berat dan melelahkan.
"Kim seonsaengnim..."
Setelah mengetuk pintu sebanyak tiga kali pada ruangan yang berlabel 'Kantor Guru', segera saja ia melangkahkan kaki untuk masuk kedalam ruangan tersebut. Beruntungnya ia karena meja milik wali kelasnya itu terletak tak jauh dari pintu, apa lagi saat ini ruangan itu sedang kosong. Ia dapat melihat wali kelasnya itu sedang sibuk dengan tumpukan buku diatas meja. Sekali lagi, Jungsoo memanggil gurunya itu hingga pria yang fokus dengan pekerjaannya, harus mendongak untuk melihat siswa didikannya.
"Oh? Jungsoo-ah! Ada apa kesini?"
"Menyerahkan tugas yang anda minta untuk dikumpulkan. Dan ini barang – barang yang ku sita hari ini. Ada yang ku dapat dari adik kelas dan juga teman – teman dikelas"
"Wah... Ternyata mereka masih berani juga ya. Terimakasih banyak Jungsoo-ah, kau sudah menjadi peran jahatnya untuk ku dan para guru disini"
"Tidak masalah, seonsaengnim. Ini sudah menjadi tugas ku sebagai ketua kelas dan anggota tim disiplin"
Ia tersenyum lebar, sangat senang mendengar pujian dari gurunya itu. Guru Kim adalah wali kelasnya di kelas dua ini, dan Jungsoo pribadi nyaman berbicara dengan pria yang masih berusia 25 tahun itu. Usia yang tak terpaut begitu jauh juga menjadi salah satu alasannya. Tanpa sepengetahuan Jungsoo, pria itu juga yang menyadari tentang keadaannya saat ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
A Place for Runaway
Fanfiction"Seonsaengnim salah... Aku ini hanya... Tidak punya tempat pelarian..." - Park Jungsoo "Manusia butuh tempat pelarian untuk beristirahat dari segala beban berat yang dipikulnya, bukan begitu, Jungsoo-ah?" - Kim Heechul *** Mereka salah besar jika me...