"Aku nggak nyangka akhirnya bisa nikah sama kamu. Setelah sekian lama hari yang kita nantikan akhirnya datang juga."
"Iya mas, aku juga senang bisa nikah dengan orang yang selama ini aku cinta."
"Kau terlihat begitu cantik hari ini. Sini kucium dulu."
"Mas jangan gombal mulu deh, belum sah loh kita."
"Hahaha."
Kata-kata itu terus terngiang-ngiang di kepala cowo yang tengah mengendarai motor Kawasaki Ninja H2 Carbon dengan kecepatan tinggi. Atmosfirnya sedang kacau saat ini, marah, kesal, sakit hati bercampur aduk di hatinya. Tidak ada yang bisa mengukur betapa sakitnya dia saat ini. Bagaimana tidak, ayahnya menikah lagi dengan perempuan lain. Apalagi hari pernikahanya belum lama setelah ibunya meninggal dunia. Yang membuatnya sangat terpukul adalah ayahnya tidak pernah menyayangi dan perhatian dengan ibunya selama semasa hidupnya.
Karena pikiranya yang sedang berkecamuk, cowo itu hampir saja menabrak seorang cewe kalau saja dirinya tidak membanting stir ke arah lain. Motor yang dikendarainya kini menabrak pohon besar sehingga membuatnya terpelanting cukup keras. Untung saja kecelakaan itu tidak terlalu parah sampai membuatnya harus terkapar di rumah sakit dan dirinya bisa bernapas lega karena bisa menghindari cewe yang tiba-tiba menyebrang jalan tanpa lihat kanan kiri. Sementara dirinya yang berusaha berdiri perlahan-lahan, seorang cewe yang berdiri tak jauh dari tempatnya jatuh, bergegas menghampirinya. Dia mengulurkan tanganya berniat membantu cowo itu berdiri. Namun, uluran tanganya ditepis kasar olehnya.
"Apa kau baik-baik saja kak? Maaf yah, maaf tadi saya nggak lihat, soalnya lagi buru-buru," ucap cewe itu meminta maaf. Ekspresi khawatir terpampang jelas di wajah cewe itu.
Cowo itu bangkit berdiri dengan sisa tenaga yang dia punya. Kecelakaan tadi benar-benar menguras energinya, terlebih lagi ditimpa motornya yang berat membuat badanya terasa remuk. Dibuka helm itu dan memperlihatkan parasnya yang rupawan. Tinggi cowo itu sekitar 186 cm, membuat si cewe harus mengangkat kepalanya untuk berbicara denganya.
"Apa kau tidak waras, menyebrang tanpa melihat kanan-kiri hah?! Di mana otakmu! Jika saja aku tidak membanting stir, sudah dipastikan sekarang kau dan aku terbaring tak berdaya di rumah sakit," cerca cowo itu menaikan nada bicaranya. Cewe itu mengerutkan kening mendengar cercaanya, dia heran kenapa ada manusia yang seperti itu di muka bumi ini. Sudah jelas yang salah dalam hal ini tidak dia saja, tetapi cowo itu juga salah.
"Hey tuan pemarah! Memangnya jalan ini punya nenek moyangmu yang dapat kau gunakan seenak jidatmu hah?! Jelas-jelas kau juga salah. Ini jalanan umum tidak seharusnya kau membawa motor dengan kebut-kebutan seperti itu. Lihat di sekelilingmu, banyak area bermain anak-anak di sini. Kau beruntung jalanan ini sedang sepi. Kalau ramai seperti biasanya, bagaimana jika salah satu diantara mereka tertabrak oleh orang-orang sepertimu yang menggunakan jalanan umum sebagai area balapnya?!" Cewe itu ikut menaikan nada bicaranya. Cowo itu benar-benar membuat darahnya mendidih. Entah kenapa tak ada rasa bersalah sedikitpun dalam diri si cowo, yang dia bisa hanya menyalahkan orang lain saja.
"Suruh saja mereka bermain di rumah bersama orang tuanya tercinta dan berhahaha ria. Beres kan?" Tandas si cowo sekenanya.
"Hah? Apa kau bilang? Kenapa kau begitu keras kepala? Apa di hatimu tidak ada rasa bersalah sedikit pun? Di mana hati nuranimu?"
"Maaf yah nona gila, aku itu tidak punya hati. Apa kau puas?!"
"Tidak, sebelum kau mengakui kesalahanmu!"
"Pergilah! Aku tidak sudi membuang-buang waktuku dengan orang sepertimu!" Tampiknya sembari mengangkat motornya yang penyok setelah menabrak pohon tadi. Untung saja hanya motornya, bagaimana jika nyawanya ikut melayang?
KAMU SEDANG MEMBACA
Gelagar Retisalya [On Going]
RomanceAldera Rigel Altezza cowo dengan kepribadian dingin, cuek dan acuh tak acuh pada lingkungan sekitar. Apalagi setelah kepergian ibunya dan pernikahan kedua ayahnya dengan perempuan yang dianggapnya sebagai perusak rumah tangga orang membuat dirinya s...