Jalan kaki adalah pilihan Sa untuk bisa sampai ke kampus nya. Sa adalah mahasiswi jurusan sastra yang sedang menempuh semester 3. Memilih sastra karna ia suka bahasa. Menurutnya bahasa adalah sebuah cara untuk dapat bercerita dengan lantang karna Sa sendiri adalah tipe orang yang tidak bisa bercerita, jangankan bercerita. Untuk bisa sekedar mengobrol saja sangat susah. Hanya orang terdekat yang dapat melakukan nya.
Sa sampai ke kampusnya, ditujunya kursi paling belakang untuk diduduki. Tidak seperti mahasiswa lainya yang datang langsung bergerombol. Sa lebih suka menikmati kesendiriannya. Banyak sebenarnya yang ingin berkenalan dengan Sa, tapi sayang nya manusia itu tidak percaya dengan yang namanya kenalan. Menurut nya kenalan adalah awal sebuah perpisahan. Kenalan juga di ibaratkan sebagai kesedihan yang di rencanakan. Pokoknya, Sa adalah manusia yang menutup dunia dan enggan menerima manusia lainya.
Selesai semua mata kuliah Sa hari ini, Sa bergegas pulang menuju rumah yang bahkan sebenarnya tidak layak disebut rumah.
Seperti biasa Sa berjalan menuju rumah nya, dari arah berlawanan terdapat Galih yang siap untuk memberhentikan jalan nya Sa.
"Pulang dengan ku yuk, Sa"
"Jangan berusaha membuang waktu ku di jalan dengan perihal kamu pura pura haus lah, pura pura bensin mu habis lah. Awas saja ya!"
"yah kebaca, ya sudah naik. Aku tidak akan membuang waktu mu kali ini"
ragu untuk naik, Sa hanya diam di tempat sambil menatap sinis Galih.
"Sa, beneran kali ini waktu mu tak akan terbuang. Pegang kata kata ku, ayo cepat naik"
akhirnya Sa naik ke motor Galih. Sambil memasangkan helm, Galih berkata
"nah gitu dong, percaya sama aku"
"dih, aku naik motor mu karna kaki ku pegal berdiri tau. Bukan karna aku percaya sama kamu. Gak usah gila rasa deh"
"iya iya"
Dalam perjalanan hanya bisu yang didapat dari mereka. Sa memang selalu enggan untuk berbicara di motor, ia selalu pura pura tidak mendengar ketika Galih mengajak nya bicara di motor. Di setiap perjalanan hanya selalu Galih yang berbicara.
"sudah sampai, ayo turun"
mereka sampai di taman yang menjadi langganan nya untuk mengobrol
"taman lagi, Lih?"
"memang nya kamu mau dimana? kamu kalau aku ajak ke suatu tempat gak pernah mau. Giliran di taman lagi kamu protes"
"aku nggak protes tau, cuma nanya"
"yasudah"
Mereka duduk dibangku yang disediakan taman
"Sa, mengapa sampai sekarang aku gak diizinkan untuk mengetahui nama mu lebih dari Sa?"
Galih memulai percakapan setelah duduk
"kamu sudah menanyakan ini berkali kali, sudah ku jawab juga berkali kali. Masih nggak ngerti, Lih?"
"Jawaban mu gak masuk ke akal ku, Sa."
Selama ini Galih hanya di izinkan untuk memanggilnya dengan nama panggilan Sa. Nama kepanjangan Sa berhasil Sa rahasiakan dari publik termasuk Galih. Namanya sendiri ia simpan rapih rapih karna ada satu hal yang memang harus di rahasiakan.
"Lih, kalau aku jelasin nama ku. Berarti aku menjelaskan tujuan hidup ku selain ingin membumi. Memang nya kamu siap mendengarnya?"
"kapan aku tak siap dengan semua rencana mu, Sa?"
Sa menarik nafasnya, ia akan mengungkap kan hal yang sebelumnya belum pernah ia ceritakan pada siapapun. Karna ini menyangkut tujuan hidup Sa.
"Nama ku Panthalassa, Lih"
Mata Galih berbinar.
Nama yang begitu indah, mengapa pemilik namanya menyembunyikan nya dengan rapih?. Tak pantas pula nama yang indah ini harus menjadi hal yang tak lagi indah karna pemiliknya susah menerima dunia, menerima manusia, dan menerima diirinya sendiri yang selalu merasa lebih baik tidak dihidupkan. Ucap Galih dalam hati
"kamu tau artinya, Lih?. Panthalassa adalah laut purba yang mengelilingi Pangea. Dan Pangea adalah superbenua yang di hasil kan dari penyatuan benua benua pada zaman karbon. Jika kamu bertanya tujuan hidup ku karna nama ku Panthalassa maka jawabanya adalah.."
Panthalassa menarik nafasnya sebelum melanjutkan kalimatnya
"maka jawabanya adalah, aku mencari Pangea. Panthalassa dan Pangea tadinya hidup berdampingan, Lih. Tapi terpisah karna Pangea mulai bergerak dan saling menjauhi untuk membentuk benua yang baru. Dan aku rasa, tujuan ku di lahirkan ke bumi dengan nama Panthalassa adalah untuk mencari Pangea. Nama kami selalu bersamaan bahkan hingga saat ini. Aku yakin, diantara seribu milyar manusia pasti ada yang bernama Pangea. Aku harap, aku dapat menemukan Pangea dan hidup berdampingan. Mendengar namanya saja sudah membuat sepi ku hilang sedikit, Lih. Aneh memang aku, belum menemukanya tapi jika mendengar namanya hidup ku merasa lebih tenang."
Tidak mengerti apa yang di ucapkan Sa, Galih hanya bertanya tanya di dalam kepala nya sendiri.
Seperti bisa membaca pikiran Galih, Sa melanjutkan jawabanya tadi.
"Ya jadi tujuan hidup ku adalah hidup berdampingan dengan Pangea, Lih. Memang aku sedikit ke kanak kanak an ingin mencari pendamping yang bernama Pangea, tapi aku ini Panthalassa, Lih. Yang selalu bertekad mewujudkan impian ku. Ingin membantu ku tidak dalam mencari Pangea di bumi ini, Lih?"
Galih menatap kosong semua pandangan yang di lihatnya. Tak percaya apa yang di ucapkan oleh Sa yang sekarang sudah Galih tau nama kepanjangan setelah 3 tahun berteman.
Jadi alasan Sa selama ini tidak bisa membalas perasaan ku ini? kamu benar Sa, kamu terlalu kekanak kanak an ingin mencari pendamping bernama Pangea karna nama mu adalah Panthalassa. Mengapa setelah 3 tahun kamu baru memberi tahu ini semua? memang benar pula aku hanya lelucon. Ucap Galih yang masih tak menyangka dengan gadis yang dicintainya 3 tahun ternyata memiliki tujuan hidup lain.
"sudah yuk, Sa. Balik saja. Cuaca nya sangat panas."
"eh kok tumben balik, aku baru bercerita loh. Aku juga bercerita tentang nama panjangku yang selalu ingin kamu ketahui."
"kita lanjut besok saja, Sa"
Dalam perjalanan kali ini, sepi lebih mencekam dari biasa nya. Karna Galih yang masih tidak bisa menerima jawaban Sa. Dan karna Sa yang tidak pernah bisa menganggap Galih sebagai Pangea nya.