Harinya

14 3 2
                                    

  “Terimaksih nyonya saya pergi dulu”sambil melangkahkan kaki keluar dari rumah tersebut.

Setelah beres dirumah itu, aku pun pergi menuju rumah lainnya yang membutuhkan bantuanku, disinilah hari-hari yang ku lewati dengan bekerja serabutan dirumah tetangga, seperti mencuci, membereskan rumah, membuat kue bahkan mengasuh anak.

Namaku Kanaya Hazel Azni, panggil saja aku Naya, aku telah membantu ibu saat usiaku 10 tahun, setelah ayah sang tulang punggung keluarga pergi meninggalkan kami didunia ini.

Selain bekerja serbatuan, aku pun bekerja tetap pada siang harinya disebuah kafe dekat rumah.

Tak terasa waktu telah menunjukan pukul 22.18, yang artinya waktu bekerja telah usai.

“ibu aku pulang” ucapku setelah sampai rumah kami, sambil membuka sepatu diteras depan pintu, ibu menghampiriku dengan senyuman hangat

“bagaimana pekerjaan mu, lancar?” balasnya dengan bahasa isyarat.

  Ibuku bisu saat dia dilahirkan kedunia ini, tapi dia tidak pernah pantang menyerah dalam menjalani hidupnya, bahkan bagiku ibu adalah wanita yang paling bahagia, walau mungkin dulu saat masih muda sering di hina dan di bully tapi, ibu tetap wanita yang tegar, karena perjuangannya itulah aku pun berfikir jika ibu bisa, maka kenapa aku tidak bisa? bahkan orang lain menilaiku dengan nilai sempurna dengan wajah yang cantik, juga semua organku berfungsi dengan sempurna, tidak kurang satu pun.
Aku bahkan memiliki kelebihan dengan kecerdasan otak dan tentunya dapat mengerti bahsa isyarat, yang jarang sekali orang bisa.

“iya lancar kok bu, seperti biasa, ibu tidak tidur?”

“ahh, ibu menunggu kedatangan mu nak, ibu memasak makanan kesukaan mu”

“benarkah? Ibu memang the best, ibu sudah makan?” ibu mengangguk sebagai jawaban ‘sudah’

“ya sudah kalau begitu ibu istirahat saja” ibu pun beranjak pergi kedalam, setelah selelsai membuka sepatu, aku masuk dan langsung menuju dapur untuk mengambil makanan, saat makan di meja makan aku melihat ibu yang menghampiriku.

“ada apa ibu?”tanyaku heran

“ibu tadi ditawarkan bekerja” sambil duduk disampingku

“benarkah? Kerja apa?”

“menjadi pembantu tetap”

“wah bagus itu bu, jadi ibu tidak perlu capek-capek berkeliling kerumah tetangga, apa ibu menerimanya?”

“belum ibu ingin bertanya padamu terlebih dahulu”

“ibu.., kenapa ibu meminta pendapatku, aku pasti akan menjawab iya”ucapku lembut sambil memegang tangan ibu.

“masalahnya ibu disuruh tinggal disana juga” aku pun tersenyum hangat

“ibu aku sudah besar, aku bisa menjaga diriku dengan baik” ibu menghela nafas panjang

“kalau begitu tunggu apa lagi terima saja tawaran itu” ibu pun mengangguk , sebelum menghubungi orang tersebut ibu memelukku erat sambil mencium puncak kepalaku, aku tahu ini terasa berat baginya meninggalkan anak semata wayangnya tinggal sendirian.

“tidak apa bu” ibu menitikan air matanya beberapa butir yang tidak terbendungi lagi, aku menghapus air matanya yang basah dipipi keriputnya sambil tersenyum untuk mengkuatkannya.

Paginya ibu membereskan barang barangnya untuk pergi kerumah majikannya, ibu pun pergi menggunakan mobil taksi yang terparkir didepan rumah, kami pun saling melambaikan tangan sampai mobil yang membawa ibu tidak terlihat lagi.

hay! selamat datang diceritaku, mohon maaf jika ada kesalahan tanda baca dan kata, karena ini cerita baruku tolong dimaklumi:) semoga kalian suka, jangan pernah bosan ya:);) terimakasih

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 15, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Majikan ReseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang