Sepagi tadi aku bangun dari tidur dan seluruh badan ku masih sangat terasa sakit sekali, dan aku masih saja terbayang oleh pernyataan ibu dan bapa semalem lewat via televon kaka.
Mereka bilang tahun ini tidak bisa pulang ke kampung halaman. Katanya, karena memang tidak boleh dan seperti itu aturannya. Ibu bilang, ia sudah setengah perjalanan pulang namun entah kenapah di peetengahan jalan ada semacam pemeriksaan. Kata pak polisi yang memeriksa harus kembali lagi dan tidak boleh melanjutkan pulang, padahal lebaran ini aku sangat ingin bersama keluarga, entah akhir-akhir ini orang-orang sedang di buat panik oleh semacam penyakit pilek, hanya pilek? Tapi katanya itu memang sangat berbahaya, bukan karena penyakitnya, namun penularannya yang cepat dan jika ketepat sasaran kepada orang-orang yang renta maka bisa lewat pula usianya.
Bapa dan ibu tidak tahu padahal tangan dibagian pundak kiri ku hampir saja patah karena terjatuh dari pohon belimbing kemaren sore, dan langsung di bawa oleh teman-temanku ke mbah imas dia tukang urut di desa dan cukup sadis jika mengurut pasien-pasiennya, saat aku sudah dirumah. Dan setelah berbuka puasa bapa dan ibu menelvon kaka. Dan memberi kabar itu, dan sialnya kaka tidak bicara bahwa aku habis terjatuh dari pohon belimbing kepada ibu, bapa. Ya mungkin memang tidak mau membuatnya panik, lagian memang aku ngeyel sudah diperingatkan jangan main pingpong.Seperti biasa memang setiap menjelang sore para teman-teman beekumpul di pos ronda dimana di samoing itu ada sebuah pohon belimbing yang membuat sejuk, cabang yang banyak dan ranting yang lebat.
Di kampung halaman ku orang-orang beraktifitas seperti biasa tidak ada yang di batasi atau membatasi, karena memang apa pula yang mereka takuti dengan pilek dan batuk, toh setiap hari pergi ke sawah panas dan hujan bermain cangkul di lumpur mereka masing-masing, hal itu di lakukan setiap pagi hingga menjelang sore di sawah, dan anak-anak mereka seperti biasa bermain bola, mengikut kesawah, ada pula yang di pos ronda bersama ku barmain pingpong. Iyaa, pingpong namanya.
Ketika di mana setiap sore sembari menunggu berbuka puasa para remaja sebaya bermain pingpong di pohon belimbing, dan merembet ke pos layaknya kera yang handal memanjat.
"Her kamu mau ikutan?" Ucap temanku saat aku baru sampai ke pos ronda dengan beejalan kaki.
"Pingpong?" Sautku dengan lemas karena memang sedang berpuasa, tetapi memang itu tujuanku ke sini untuk barmain menghabiskan waktu sembari menunggu azan mahgrib bersama teman-teman, ets, tetapi beberapa temanku sering kali memakan belimbing di atas pohon walau sedang puasa, mereka memang seperti itu bermain pingpong kesempatannya untuk mengisi perut seharian ini, setelahnya sampai rumah pasti merek berpura-pura lemas dan ikut berbuka puasa bersama keluarga, itu sudah bukan hal yang aneh oleh anak-anak di sini seperti tak ada dosa saja mereka.
"Yaudah aku ikut" sautku setelah lama berdiam diri dan banyak pikiran melintas di kepalaku yang tak karuan ini.
"Siapa yang jadi?" Ucapku untuk memastikan aku tidak menjadi penjaga dan mencari dalam kegelapan mata di mana harus di tutup dan memanjat sana, sini untuk menyentuh orang-orang yang ada di atas pohon atau pos.
"Ya kalo mau ikut harus ganti jaga" tutur temanku yang matanya di ikat dengan sebuah kain dan menengok entah kemana layaknya orang buta. Memang ada-ada saja, petak umpat di atas pohon hal yang cukup berbahaya siapa orang dewasa yang berani melakukan ini? Hehe hanya anak-anak remaja tanggung yang masih memerlukan kesenangan permainan semata.
"Baiklah kalo gitu" ucapku dengan nada sedikit kecewa karena aku harus bergantian jaga dan mencari beberapa orang di atas pohon belimbing.
"Yasudah kalau gitu kamu naik dulu" tutur temanku dengan semangat tinggi, karena dia akan segera berakhir masa-masa sulitnya, dan berpindah kepadaku untuk beberapa saat. Hemm, tak masalah hanya beberapa saat jika salah satu ada yang ketauan dan kena maka dia akan bergantian, dengan begitu aku akan naik ke ujung genteng pos sambil memakan belimbing. Hehe.Saat aku memanjat temannku sudah melepaskan ikatan kepalanya yang di ikat di mata supaya tidak melihat siapa siapa, tetapi sialnya tak ada tanda dari pakaian mereka, semuanya melepaskan bajunya agar tidak mudah di ketahui olehku yang akan segera berjaga dan memulai permainan.
"Sini aku ikatkan, tak masalah pakai bajuku saja, aku tidak perlu memakai baju", ucap temanku yang akan segera berakhir masa-masa penderitaannya.Setelah di tutup mataku dengan ikatan baju seorang temanku, haduh aku tidak bisa melihat apa-apa tentu karena mata tertutup dan mencari para pemain pingpong di atas pohon, aku harus berhati hati dan merayap dari kayu ke kayu berikutnya.
Mulailah aku dengan merayapi batang-batang kayu yang cukup kuat untuk aku berpindah dari satu bagian ke bagian lain, aku sangat yakin biasanya kebanyakan dari mereka selalu di atas pos ronda dimana batang kayu yang kuat dan besar langsung tersalur genting pos ronda sembari duduk dan memakan belimbing, itulah para kampret di sore hari dengan badan telanjang memakan buahan pada bulan ramadhan.Perlahan-lahan aku menyusuri batang kayu, setapak demi setapak aku merambat di atas pohon belimbing dengan mata tertutup.
Prak!!
Wah aku sudah duga mereka menjatuhkan genting pos ronda, artinya mereka berkumpul di sanah, sedang asik memakan belimbing.
Pelan-pelan aku susuri batang kayu besar yang ke arah genting pos, jika sudah teraba genting pos ronda berarti itu adalah atas pos ronda.
Syutt,,
Syutt,, suara itu terdengar oleh telingaku, ini kan hanya mata yang tidak di gunakan, insting, pendengaran dan penciuman masih bisa di gunakan dengan baik untuk mengendus siapa yang ada di hadapanku dan siapa yang sudah aku pegang tangannya.Itu indra, hehe hehe,, seperti itu ucap temanku dan suara itu terdengar dari atas, mana mungkin aku tidak mengenal suara itu, tentu yang barusan berucaplah si indra, memang seperti itu untuk mengecoh yang menjadi penjaga dan mencari targernya.
"Nah kena kau," aku sangat senang berhasil menangkap satu aku harus benar untuk menebak siapa yang sudah aku genggam tangannya, dan sialnya memang licin karena berkeringat, aku ingat, tidak ada yang memakai baju tadi saat aku naik ke atas.
GuBrak!!srakk aaaaa!! Buk!!
KAMU SEDANG MEMBACA
petak pingpong
Short Storybegitu setelah mendengar pernyataan dari ibu dan bapak setelah sore tadi lewat televon kaka yang memberitahukan bahwa ibu dan bapak tidak bisa pulang ke kampung halaman.