00.6 [End]

37 7 1
                                    

"Nissa." Tegur Algana yang sedang menyenderkan kepalanya di bahu Anissa.

Saat weekend seperti ini, mereka biasanya menghabiskan waktu untuk menonton film di rumah atau di bioskop jika Anissa mau. Saat ini Algana sedang bosan dengan kegiatan mereka yang terus menerus setiap minggu.

"Apa?"

"Ke luar yuk."

"Ngapain? Lagian enakan di rumah tau adem."

"Saya bosen."

Lalu Anissa menghadap Algana dan membuat Algana yang menyender di bahu Anissa pun duduk tegap. "Kamu bosen? Mau apa hm?" Tanya Anissa.

Algana langsung tersenyum dan ia mulai berfikir. "Ah! Gini, kita buat pesan waktu."

"Pesan waktu?"

"Iya, kita nulis harapan-harapan kita di kertas terus nanti kertasnya di gulung terus masukin ke botol abis kayak gitu botolnya di kubur, kita buka lima tahun kedepan."

"Seru tuh, ayo ayo." Ucap Anissa antusias.

Anissa pun menyiapkan kertas, pulpen dan juga botol yang akan mereka kubur nanti. Anissa dan Algana duduk berjauhan agar tidak bisa mengintip harapan satu sama lain. Selesai menulis harapan mereka, kertas pun di gulung dan di masukkan ke dalam botol.

Anissa dan Algana memilih untuk menguburnya di halaman belakang rumah Anissa, sebenarnya itu keinginan Anissa karena baik Algana dan Anissa adalah seseorang yang mudah lupa akan suatu yang lama, maka dari itu mereka memilih untuk menguburnya di halaman belakang rumah Anissa dengan memasang tanda di dekatnya.





↺↺↺






Lima tahun kemudian...

Anissa saat ini sedang berada di rumah sakit, lebih tepatnya ia sedang tidur di ranjang rumah sakit untuk menemani seseorang. Itu adalah Algana.

"Nissa."

"Iya?"

"Udah lima tahun ya?"

"Iya, kenapa?"

"Kamu inget pesan waktu?"

"Pesan waktu? Ah inget, kenapa?"

"Harusnya kita ada di halaman rumah kamu terus tukeran kertas harapan kita."

Anissa tersenyum hangat walaupun Algana tidak melihatnya. "Besok aku bawain ke sini deh."

"Bener ya?"

"Iya."

"Nissa."

"Apa?"

"Saya capek."

"Tidur Al."

"Nissa."

"Iya?"

"Saya ngantuk."

"Tidur Al, istirahat."

"Nissa."

"Apa?"

"Saya sayang kamu."

"Aku juga."

Lalu Algana menutup matanya. Lalu setelah terdengar suara yang membuat Anissa lemas. Algana sudah tiada. Algana sudah istirahat untuk mengikuti ucapan Anissa. Algana istirahat dengan tenang sekarang.

"Kamu yang tenang ya Al."





↺↺↺






Anissa terduduk di halaman belakang rumahnya. Ia sudah memegang botol yang sempat ia dan Algana kubur. Anissa menghapus air matanya lalu ia mulai membuka tutup botol itu dan mengeluarkan kertas di dalamnya.

Anissa membuka gulungan kertas milik Algana, ia membacanya dengan perasaan yang sangat sedih, ia merasa lemas. Bahunya langsung turun karena ia sedih.

Untuk Anissa sayangku...

Saya harap kita sama-sama sampai kita buka dan baca surat ini.
Saya harap kita tidak berpisah dengan cara yang tidak wajar.
Saya harap jika kita berpisah itu atas kehendak tuhan untuk kebaikan kita.
Anissa, saya mencintai kamu.
Untuk Anissa di lima tahun kedepan, bahagia selalu ya, kalau sedih jangan terlalu larut.
Saya bahagia kalau kamu bahagia Nissa.

Dari Algana Guinandra






End

Algana✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang